Andalas, Eggy Fajar (2014) Mitos mBah Bajing dalam sastra lisan masyarakat Dusun Kecipokan Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang / Eggy Fajar Andalas. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.
Full text not available from this repository.Abstract
ABSTRAK Andalas Eggy Fajar. 2014. Mitos Mbah Bajing Dalam Sastra Lisan Masyarakat Dusun Kecopokan Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang. Skripsi Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Dr. Roekhan M.Pd (II) Dwi Sulistyorini S.S M.Hum Kata kunci sastra lisan mitos Mbah Bajing strukturalisme Claude Levi Strauss. Mitos Mbah Bajing merupakan sastra lisan milik masyarakat Dusun Kecopokan Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang. Keberadaan mitos Mbah Bajing dalam masyarakatDusunKecopokan telah menjadi bagian dalam kehidupan spiritual masyarakat di sana. Mbah Bajing dipercaya masyarakat Dusun Kecopokan sebagai orang sakti dari Keraton Mataram yang mendirikan Dusun Kecopokan. Dalam mitologi masyarakat Dusun Kecopokan diyakini bahwa makam Mbah Bajing yang berada di Dusun Kecopokan dapat digunakan sebagai media dalam meminta keberkahan dan safaat. Hal tersebut tidak lepas dari keberadaan cerita mengenai asal-usul Mbah Bajing yang ada di kalangan masyarakat Dusun Kecopokan. Cerita asal-usul Mbah Bajing berkisah mengenai perjalanan Mbah Bajing menuju wilayah Malang Selatan hingga babat alas di Dusun Kecopokan.BerdasarkanisiceritadanpengakuanmasyarakatterlihatadanyabentukhubunganantarasastralisanmasyarakatDusunKecopokanmengenaiMbahBajingdengansastralisanmasyarakatDesaWonosari GunungKawi mengenaiMbahDjoego.Untukmelihatkonstruksi yang membangunceritadanmaknasimbolisdariceritamasyarakatDusunKecopokandigunakanteoriStrukturalAntropologi Claude Levi Strauss.Dengan digunakannya teori StrukturalAntropologiClaude Levi Strauss akan dapat mengungkapkan konstruksi yang membangun cerita dan makna simbolis dari konflik-konflik batiniah masyarakat Dusun Kecopokan dalam menjelaskan mitos mengenai Mbah Bajing yang hidup di Dusun Kecopokan yang tertuang lewat ceritaMbahBajing. Penelitian ini secara rinci bertujuan untuk mendeskripsikan struktur permukaan cerita Mbah Bajing dan mendeskripsikan struktur dalam cerita Mbah Bajing. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian etnografi.Data penelitian ini berupa hasil wawancara yang diperoleh dari informan pewaris kebudayaan lisan dan hasil jawaban angket yang telah disebarkan kepada masyarakat Dusun Kecopokan. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi wawancara dokumentasi dan angket. Untuk mengecek keabsahan data digunakan triangulasi dan diskusi analitik yang dilakukan kepada rekan sejawat dan dosen pembimbing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur permukaan cerita Mbah Bajing dibangun atas 18 miteme dan 9 ceriteme yang membangun 3 episode cerita. Berdasarkan tiga episode cerita yang diperoleh dari struktur luar cerita dan data etnografimasyarakatDusunKecopokandidapatkan struktur dalam cerita mengenai simbolisasi yang ada dalam cerita. Simbolisasi yang terdapat dalam cerita sebagai berikut. Pertama episode pertama dalam cerita Mbah Bajng melukiskan mengenai asal-usul Mbah Bajingserta peristiwa kedatangannya menuju wilayah Malang Selatan bersama tokoh lain yang bernama Mbah Djoego. Episode ini merupakan bentuk penjelasan simbolik masyarakat Dusun Kecopokan dalam menjelaskan hubungan historis antara Mbah Djogoe dan Mbah Bajing serta asal-usul garis keturunan para tokoh sehingga menjadi seseorang yang patut dianut dan dianggap memiliki kekuatan supranatural dalam mengabulkan hajat dan keselarasan yang ada di Dusun Kecopokan. Kedua pada episode dua terdapat bentuk simbolisasi yang ingin diungkapkan lewat cerita yaitu bentuk simbolisasi dari jasa para tokoh dalam mendirikan desa ataudusun di kelima tempat dalam cerita dan bentuk penjelasan masyarakat Dusun Kecopokan dalam menjelaskan keberadaan dan asal-usul dusun mereka. Hal tersebut digunakan sebagai alasan yang mampu menjelaskan tokoh mitologis dalam cerita yang dianggap memiliki kekuatan supranatural sehingga perlu dihormati dengan cara tertentu. Ketiga pada episode 3 terdapat bentuk simbolisasi terkait bentuk pengulangan untuk mempertegas asal-asul mengenai Mbah Bajing dankeberadaan tokoh Dyah Ayu Compo yang dipercaya sebagai istri Mbah Bajing merupakan bentuk simbolisasi atas Dusun Kecopokan. Bentuk simbolisasi yang dimaksud adalah bentuk pengukuhan mengenai keyakinan pada Mbah Bajing sebagai tokoh yang babat alas dan mendirikan Dusun Kecopokan. Selain itu peristiwa yang ada dalam episode 2 dan 3 penjelasan mengenai peristiwa babat alas yang dilakukan tokoh tempat babat alas dan latar belakang tokoh Mbah Bajing difungsikan sebagai bentuk simbolisasi penguat mengenai mitos yang berkembang di masyarakat Dusun Kecopokan. Jadi secara keseluruhan cerita mengenai Mbah Bajing yang ada di kalangan masyarakat Dusun Kecopokan merupakan alat legitimasi masyarakat Dusun Kecopokan dalam menjelaskan mitos mengenai Mbah Bajing yang hidup di Dusun Kecopokan. Lewat cerita Mbah Bajing masyarakat ingin menunjukkan alasan logis yang ada dalam pikiran orang Jawa dalam memandang realitas kehidupan berdasarkan kepercayaan masyarakat Jawa yang masih mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Dusun Kecopokan. Berdasarkan pengungkapan struktur cerita Mbah Bajing diharapkan terutama bagi masyarakat Dusun Kecopokan agar dapat lebih memaknai sastra lisan yang dimilikinya dengan begitu masyarakat akan menjaga dan melestarikan keberadaan mitos Mbah Bajing sebagai khasanah kebudayaan masyarakat Dusun Kecopokan.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | P Language and Literature > PIN Indonesian Literature |
Divisions: | Fakultas Sastra (FS) > Departemen Sastra Indonesia (IND) > S1 Bahasa dan Sastra Indonesia |
Depositing User: | library UM |
Date Deposited: | 04 Aug 2014 04:29 |
Last Modified: | 09 Sep 2014 03:00 |
URI: | http://repository.um.ac.id/id/eprint/9808 |
Actions (login required)
View Item |