Bahasa intimidasi guru dalam wacana kelas / Dian Sugiarti Puspitorini - Repositori Universitas Negeri Malang

Bahasa intimidasi guru dalam wacana kelas / Dian Sugiarti Puspitorini

Puspitorini, Dian Sugiarti (2018) Bahasa intimidasi guru dalam wacana kelas / Dian Sugiarti Puspitorini. Masters thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

i ABSTRAK Puspitorini Dian Sugiarti 2017. Bahasa Intimidasi Guru dalam Wacana Kelas. Tesis Program Studi Bahasa Indonesia Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Prof. Dr. Imam Suyitno M.Pd. (II) Prof. Dr. Anang Santoso M.Pd. Kata Kunci bahasa intimidasi wacana kelas tindak tutur Penelitian ini pada berawal dari fakta di lapangan guru melakukan intimidasi verbal dan fisik. Fakta dan belum adanya penelitian tentang tuturan intimidasi guru menjadikan penelitian ini perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan bentuk-bentuk bahasa intimidasi guru teknik penyampaian bahasa intimidasi guru dan tujuan bahasa intimidasi guru dalam wacana kelas. Austin mengklasifikasikan tindak tutur menjadi tiga yaitu tindak tutur lokusi ilokusi dan perlokusi. Tindak tutur ilokusi memiliki daya ilokusi. Tindak ini dibagi menjadi lima yaitu deklaratif reprensentatif direktif ekspresif dan komisif. Ditinjau dari cara penyampaian terdapat tindak tutur langsung dan tidak langsung sedangkan jika ditinjau dari hubungan kata-kata dengan maksud penutur terdapat tindak tuturl literal dan tidak literal. Intimidasi dapat dilakukan dalam berbagai tindak tutur. Intimidasi merupakan perbuatan berulang terhadap seseorang atau sekelompok orang yang takut kepada si pelaku intimidasi kedua pihak terdapat ketidakseimbangan kekuatan (Parsons 2009 10). Intimidasi dapat dibagi menjadi tiga yaitu intimidasi verbal atau tertulis intimidasi fisik dan intimidasi sosial (Parson 2009 25). Intimidasi dapat diindentifikasi berdasarkan dua hal yaitu a) Segi kebahasaan intimidasi dapat diketahui dengan indikasi penggunaan pronomina tertentu (antonomasia) diksi/pilihat kata intonasi dan tekanan b) intimidasi bertujuan mencemooh mengancam memfitnah mengucilkan meremehkan menginterupsi memerintah mengkritik dan menegur. Menelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan ancangan pragmalinguistik. Ancangan ini disesuaikan dengan rumusan masalah yang menunjukkan pada fungsi bahasa. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Rejoso pada kelas tujuh dan delapan. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan perekaman observasi dan angket. Adapun hasil penelitian ini mencakup tiga hal berikut ini. Pertama bentuk bahasa intimidasi guru memiliki kaitan dengan teknik dan tujuan intimidasi yang menunjukkan daya intimidasi. Bentuk bahasa intimidasi guru didominasi tindak tutur ilokusi khususnya tindak tutur direktif komisif dan representatif. Bentuk bahasa intimidasi guru memengaruhi daya intimidasi kehadiran piranti intimidasi akan meperkuat daya intimidasi. Bentuk bahasa intimidasi guru berwujud kalimat pasif dan permutasi adalah bentuk yang mengaburkan agen atau pelaku intimidasi dan mengukuhkan objek intimidasi. Bentuk bahasa intimidasi inversi penggunaan sindiran halus ciri fisik mengaburkan objek intimidasi. Struktur kalimat bahasa Jawa memiliki kemiripan dengan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Jawa yang lebih dominan karena bahasa Jawa ii sebagai bahasa pertama peserta didik dan guru. Hal ini menunjukkan bahwa Pendidik dan peserta didik belum menerapkan sepenuhnya kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Ke dua terdapat delapan teknik penyampaian bahasa intimidasi yaitu (1) teknik pemfokusan informasi baru (2) teknik pemfokusan subjek (3) teknik pemfokusan penuh (4) teknik agentif (5) teknik humor (6) teknik perbandingan (7) teknik sindiran dan (8) teknik bertanya. Majas metafora majas repetisi asidenton dan majas sindiran dipergunakan sebagai sarana mengintimidasi. Penggunaan majas metafora dan ironi sarana intimidasi yang halus sedangkan sinisme dan sarkasme saana intimidasi yang kasar. Teknik pemfokusan informasi baru pemfokusan penuh dan teknik agentif menunjukkan ekspresi emosional personal yang diikuti dengan penggunaan bahasa Jawa sebagai bahasa pertama penutur. Teknik agentif dalam bahasa Indonesia ditandai dengan penggunaan pronomina persona pengunaan teknik agentif ini jika pronomina persona berkedudukan sebagai subjek pelaku memiliki daya intimidasi yang kuat. Penggunaan teknik ini dalam bahasa Jawa ditandai dengan hadirnya imbuhan tripurusa dan kata mbok sebagai pengganti pronomina persona pelaku orang ke dua. Teknik intimidasi didominasi teknik langsung hal ini menunjukkan peserta didik pada saat ini kurang peka perasaannya. Dominasi teknik pemfokusan baru teknik bertanya teknik pemfokusan subjek dan teknik sindiran menunjukkan bahwa guru mementingkan informasi menghaluskan intimidasi dan pengukuhan kekuasaan guru objek intimidasi. Berdasarkan teknik penyampaian bahasa intimidasi memiliki tiga klasifikasi yaitu intimidasi halus dengan teknik sindiran halus/ ironi dan perbandingan intimidasi tingkat sedang atau dapat disebut perundungan misal dengan menggunakan teknik bertanya pemfokusan subjek pemfokusan penuh. Klasifikasi intimidasi ini yang membedakan dengan intimidasi kasar adalah penggunaan diksi kasar. Intimidasi kasar yang sudah termasuk dalam jenis kekerasan dengan menggunakan teknik informasi baru yang melaksanakan perintah hukuman dan ditandai dengan diksi yang kasar sinisme sarkasme. Ketiga terdapat dua belas tujuan bahasa intimidasi yaitu (1) memerintah (2) mengucilkan (3) mencemooh (4) menegur (5) menekan (6) menentang (7) mengkritik (8) mengolok-olok (9) meremehkan (10) menuduh (11) mempermalukan (12) mengancam. Tujuan bahasa intimidasi guru memerintah menegur mengkritik memiliki nilai positif meskipun kecil yaitu tujuan memerintah dan menegur dalam rangka memperingatkan. Sedangkan tujuan bahasa yang lain bersifat negatif. Tujuan bahasa intimidasi guru mengucilkan mencemooh menegur menekan menentang mengkritik destruktif mengolok-olok meremehkan menuduh mempermalukan mengancam dihindari guru ketika melakukan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran. Dominasi tujuan menegur mencemooh memerintah mengancam dan mengkritik menunjukkan sisi superior guru. Hal ini ditunjukkan dari sisi kekuasaan guru untuk menegur memerintah dan mengkritik baik yang konstruktif maupun destruktif. Tujuan mengancam dan mencemooh secara absolut menunjukkan kekuasaan guru karena tujuan ini lebih banyak destruktif daripada konstruktif.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Sastra (FS) > Departemen Sastra Indonesia (IND) > S2 Pendidikan Bahasa Indonesia
Depositing User: library UM
Date Deposited: 23 May 2018 04:29
Last Modified: 09 Sep 2018 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/58203

Actions (login required)

View Item View Item