Nugraha, Yudha Purna Setya (2013) Dinamika industri tahu Bahkacung di Kota Kediri tahun 1912-2010 / Yudha Purna Setya Nugraha. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.
Full text not available from this repository.Abstract
Nugraha Yudha Purna Setya. 2013. Dinamika Industri Tahu Bahkacung di Kota Kediri Tahun 1912-2010. Skripsi Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Dra. Yuliati M. Hum. (II) Drs. Mashuri M. Hum. Kata Kunci dinamika industri Tahu Bahkacung Kota Kediri Kota Kediri terkenal dengan kuliner khasnya yaitu tahu Kediri yang akhirnya membuat kota ini dijuluki sebagai Kota Tahu. Kondisi demografi Kota Kediri menunjukkan bahwa kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Kota. Hal ini disebabkan karena kawasan ini merupakan sentra perdagangan dan jasa yang ada di Kota Kediri termasuk lokasi sentra industri tahu. Industri tahu di Kota Kediri berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan terdapat sekitar 24 industri tahu berskala kecil dan menengah pada akhir tahun 2012. Dari puluhan industri tahu yang terdaftar terdapat salah satu industri tahu yang kini kalah besar dengan industri tahu yang lebih modern namun sebenarnya merupakan pelopor industri tahu di Kota Kediri yang masih menjaga ketradisionalannya hingga kini yaitu industri tahu Bahkacung. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan perkem-bangan industri Tahu Bahkacung dalam tiga generasi kepemimpinannya yaitu masa Lauw Soen Hoek (Bahkacung) Lauw Sing Hian (Yosef Seger Budisantoso) dan masa Herman Budiono. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan historis mulai dari pemilihan topik heuristik kritik interpretasi hingga historiografi. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Pertama masa Lauw Soen Hoek merupakan awal industri tahu Bahkacung dirintis dan akhirnya disebut menjadi pelopor industri tahu di Kota Kediri. Kedua pada masa Lauw Sing Hian industri tahu Bahkacung pindah dari Jalan Pattimura ke Jalan Trunojoyo dan industri ini juga mengalami berbagai permasalahan terkait kondisi ekonomi global isu-isu tentang penggunaan formalin serta fluktuasi harga kedelai yang menjadi bahan baku tahu. Ketiga Herman Budiono sebagai generasi ketiga berupaya menjaga keeksistensian dan ciri khas industri tahu Bahkacung dengan tetap menjaga resep leluhur menjaga mutu dan kualitas tahu tidak membuka cabang dan mempersiapkan generasi penerus yang tepat dan siap mengelola industri tahu Bahkacung nantinya. Keempat terdapat kesamaan tiga masa kepemimpinan yaitu skala industrinya yang tetap dalam skala industri kecil tradisional jenis tahu yang diproduksi yaitu tahu putih dan takwa teknik pengolahan yang tetap tradisional cara pemilihan tenaga kerja dan pewaris usaha yang menggunakan sistem kaderisasi. Perbedaannya terletak pada cara pemasaran dari mulut-kemulut beralih ke pemanfaatan media dan teknologi selain itu dalam hal variasi bentuk ukuran dan harga tahu yang diproduksi. Kelima sejarah keberadaan industri tahu Bahkacung memiliki dampak bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya bagi masyarakat di sekitarnya menanamkan nilai nilai pendidikan kewirausahaa serta dapat dimanfaatkan untuk pengembangan materi muatan lokal berbasis sejarah ekonomi daerah setempat. Pada dasarnya dalam penelitian ini masih terdapat banyak ruang dengan batasan wilayah dan waktu tertentu yang bisa dikaji lebih lanjut sehingga diperoleh pembahasan tentang sejarah perkembangan kuliner khususnya tahu secara lebih luas dan menyeluruh misalnya dinamika industri tahu di Sumedang atau daerah lainnya.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial (FIS) > Departemen Sejarah (SEJ) > S1 Pendidikan Sejarah |
Depositing User: | library UM |
Date Deposited: | 26 Sep 2013 04:29 |
Last Modified: | 09 Sep 2013 03:00 |
URI: | http://repository.um.ac.id/id/eprint/54664 |
Actions (login required)
View Item |