Kekuatan sambungan finger joint pada struktur balok laminasi kayu glugu / Asti Apriani - Repositori Universitas Negeri Malang

Kekuatan sambungan finger joint pada struktur balok laminasi kayu glugu / Asti Apriani

Apriani, Asti (2017) Kekuatan sambungan finger joint pada struktur balok laminasi kayu glugu / Asti Apriani. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

ABSTRAK Apriani Asti. 2017. Kekuatan Sambungan Finger Joint Pada Struktur Balok Laminasi Kayu Glugu. Skripsi Program Studi S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Ir. Edi Santoso M.T. (II) Dr. Nindyawati S.T. M.T Kata kunci Sambungan Finger Joint Balok Laminasi MOR MOE. Balok laminasi dan Sambungan Finger Joint merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas kayu rakyat agar dapat memenuhi persyaratan bahan konstruksi bangunan. Dengan menggunakan teknologi laminasi balok kayu akan mendapatkan kualitas yang lebih baik kemudian untuk sambungan Finger joint juga dapat mengatasi adanya keterbatasan panjang kayu yang tersedia dilapangan dengan mengharuskan adanya bahan elemen struktur yang disambung. Sambungan Finger Joint yang dibuat dengan baik akan mudah mencapai kekuatan sambungan sekitar 85% dari kayu utuhnya. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui (1) adanya pengaruh sambungan Finger Joint terhadap perilaku lentur balok utuh tanpa sambungan balok utuh dengan sambungan balok laminasi tanpa sambungan dan balok laminasi dengan sambungan (2) membandingkan nilai Modulus of Elasticity (MOE) dan Modulus of Rupture (MOR) balok utuh tanpa sambungan balok utuh dengan sambungan balok laminasi tanpa sambungan dan balok laminasi dengan sambungan (3) Mengetahui pola kerusakan balok utuh tanpa sambungan balok utuh dengan sambungan balok laminasi tanpa sambungan dan balok laminasi dengan sambungan. Kekakuan dinyatakan dengan Modulus of Elasticity (MOE) dan kekuatan dinyatakan dalam Modulus of Rupture (MOR). Kayu yang digunakan adalah kayu Kelapa (Cocos Nucifera L). Dimensi pada masing masing benda uji adalah 5 x 10 x 170 cm. Balok utuh dibagi menjadi 2 kelompok yaitu balok utuh tanpa sambungan dan balok utuh dengan sambungan. Sedangkan balok laminasi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu balok laminasi tanpa sambungan dan balok laminasi dngan sambungan dengan ketebalan papan lamina sebesar 2 5 cm. Perekat yang digunakan adalah Urea Formaldehyde (UF) powder merk Promega. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa nilai MOR dari balok utuh tanpa sambungan lebih tinggi 41 11% dari balok utuh dengan sambungan untuk balok laminasi tanpa sambungan lebih tinggi 18 28% dari balok laminasi dengan sambungan.kemudian untuk nilai MOE dari balok utuh dengan sambungan lebih tinggi 78 34% dari balok utuh tanpa sambungan sedangkan balok laminasi dengan sambungan lebih tinggi 40 56% dari balok laminasi tanpa sambungan. Hal ini disebabkan gagalnya kuat geser yang mengakibatkan balok utuh dengan sambungan balok laminasi tanpa sambungan dan balok laminasi dengan sambungan tidak bersifat monolitik atau bekerja sebagai satu kesatuan balok melainkan masing masing lamina bekerja sendiri.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General)
Divisions: Fakultas Teknik (FT) > Departemen Teknik Sipil (TS) > S1 Teknik Sipil
Depositing User: library UM
Date Deposited: 24 Jul 2017 04:29
Last Modified: 09 Sep 2017 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/45344

Actions (login required)

View Item View Item