Rosimanidar (2024) Aktivitas berpikir aljabar mahasiswa dalam menyelesaikan masalah berbasis konflik kognitif / Rosimanidar</p>. Doctoral thesis, Universitas Negeri Malang.
Full text not available from this repository.Abstract
Berpikir aljabar adalah proses mental pada diri manusia yang melibatkan aktivitas generasional transformasional dan level meta-global yang berkaitan dengan ilmu aljabar maupun disiplin ilmu lainnya yang diselesaikan secara aljabar. Pada aktivitas tersebut kemungkinan terjadi situasi dimana mahasiswa menyadari bahwa ada ketidakcocokan dalam konsep berpikir ketika dia menyelesaikan masalah. Situasi tersebut disebut situasi konflik kognitif. Dalam hal ini ada empat kategori untuk situasi dalam matematika yang memicu konflik kognitif yaitu missing a fragment violation of a rule an unexpected result dan matching problem components. Sejauh ini berpikir aljabar yang dipaparkan dalam beberapa penelitian belum menjelaskan secara eksplisit proses penyelesaian masalah dalam matematika yang memicu konflik kognitif tetapi masih fokus pada klaster-klaster knowledge of teachers factors affecting algebraic thinking relations understanding dan measuring. Oleh karena itu penelitian ini mendeskripsikan aktivitas berpikir aljabar mahasiswa dalam menyelesaikan masalah berbasis konflik kognitif. Penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan jenis fenomenologi dengan melibatkan 57 mahasiswa semester tiga tahun akademik 2023/2024 yang telah mengambil matakuliah Kalkulus I pada Program Studi S1 Tadris Matematika Universitas Islam Negeri di Malang. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti dan instrumen pendukung adalah lembar masalah berbasis konflik kognitif dengan jenis procedural traps pada materi persamaan linier satu variabel dan pedoman wawancara. Analisis dari lembar jawaban penyelesaian masalah transkrip hasil think aloud dan transkrip hasil wawancara. Sebanyak 57 mahasiswa yang mengerjakan masalah berbasis konflik kognitif terdapat 34 mahasiswa yang mengalami tanda-tanda konflik kognitif. Selanjutnya peneliti memilih 15 mahasiswa sebagai calon subjek karena mereka melakukan aktivitas berpikir aljabar yang meliputi tipe generasional transformasional dan level meta-global. Para calon subjek ini dipicu situasi konflik kognitif dengan kategori missing a fragment violation of a rule an unexpected result dan matching problem components. Sementara itu 19 mahasiswa lainnya tidak melakukan ketiga aktivitas berpikir aljabar. Kemudian 15 mahasiswa calon subjek penelitian akan dikelompokkan ke dalam 4 bagian kelompok dengan proses berbeda saat menyelesaikan setiap aktivitas berpikir aljabar dengan memicu situasi konflik kognitif. Adapun 4 kelompok tersebut adalah (1) empat calon subjek yang menyelesaikan masalah dengan aktivitas berpikir aljabar tipe generasional dan transformasional yang tidak lengkap tipe level meta-global secara lengkap ketika dipicu situasi konflik kognitif (2) enam calon subjek menyelesaikan masalah dengan aktivitas berpikir aljabar tipe generasional transformasional level-meta global yang tidak lengkap ketika dipicu situasi konflik kognitif (3) dua calon subjek menyelesaikan masalah dengan aktivitas berpikir aljabar generasional yang tidak lengkap tipe transformasional secara substitusi dan tipe level-meta global yang tidak lengkap ketika dipicu situasi konflik kognitif dan (4) tiga calon subjek yang menyelesaikan masalah dengan aktivitas berpikir aljabar tipe generasional dan level-meta global secara lengkap serta tipe transformasional yang tidak lengkap ketika dipicu situasi konflik kognitif. Dalam hal ini peneliti memilih 5 subjek penelitian dimana kelompok pertama terdapat subjek ke-3 (S3) kelompok kedua terdapat subjek ke-1 (S1) dan subjek ke-2 (S2) kelompok ketiga terdapat subjek ke-5 (S5) serta kelompok keempat terdapat subjek ke-4 (S4). Peneliti melakukan pemilihan subjek penelitian tersebut dengan pertimbangan secara mendalam bahwa mereka telah melakukan tiga tipe aktivitis berpikir aljabar ketika mereka dipicu situasi yang memiliki paling banyak kategori konflik kognitif dan dapat berkomunikasi dengan baik. Hasil analisis data menunjukkan bahwa aktivitas berpikir aljabar dalam menyelesaikan masalah berbasis konflik kognitif yaitu (a) aktivitas generasional lengkap dengan model matematika benar ketika dipicu situasi konflik kognitif (b) aktivitas generasional lengkap dengan model matematika salah ketika dipicu situasi konflik kognitif (c) aktivitas transformasional tidak lengkap ketika dipicu situasi konflik kognitif berpikir kembali dan tidak dapat menyelesaikan masalah (d) aktivitas transformasional tidak lengkap ketika dipicu situasi konflik kognitif berpikir kembali dan menyelesaikan masalah dengan benar (e) aktivitas transformasional tidak lengkap ketika dipicu situasi konflik kognitif berpikir kembali menyelesaikan masalah tetapi salah (f) aktivitas level meta-global lengkap model matematika benar ketika dipicu situasi konflik kognitif berpikir kembali menyelesaikan masalah tetapi salah dan (g) aktivitas level meta-global tidak lengkap model matematika salah ketika dipicu situasi konflik kognitif berpikir kembali dan tidak dapat menyelesaikan masalah. Temuan lain dari hasil analisis data adalah (1) terdapat kesalahan konstruksi mis-logical construction pada situasi konflik kognitif violation of a rule dimana kesalahan tersebut diidentifikasi dari jawaban mahasiswa yang tidak dapat menalar atau memahami soal dengan benar (2) terjadi proses berpikir kembali (rethinking) ketika mahasiswa dipicu situasi konflik kognitif pada aktivitas transformasional dan level meta-global meskipun terdapat mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan masalah beberapa mahasiswa menyelesaikan masalah dengan benar atau menyelesaikan masalah tetapi salah (3) proses rethinking dari mahasiswa dengan perolehan dari scafflolding yang dilakukan oleh peneliti dan temannya yang berdampak pada penilaian kembali terhadap situasi konflik kognitif (reappraisal of cognitive conflict situation) dan memiliki kemampuan metakognisi. (4). hasil terkait kategori konflik kognitif dengan potensi destructive dan meaningless diperoleh bahwa mahasiswa dengan potensi destructive menyadari adanya konflik kognitif sedangkan potensi meaningless terjadi ketika mahasiswa tidak menyadari adanya konflik kognitif tetapi mahasiswa menyadari adanya konflik kognitif berasal dari input eksternal. Pada aktivitas level meta-global mahasiswa dapat membuat model dengan benar atau salah serta tidak dapat menyelesaikan masalah atau menyelesaikan masalah meskipun hasilnya salah. Sementara itu pada potensi destructive dalam aktivitas generasional mahasiswa dapat membuat model dan pada aktivitas transformasional mereka dapat menyelesaikan masalah meskipun hasilnya salah. Kemudian pada potensi meaningless dalam aktivitas generasional mahasiswa dapat membuat model dengan benar dan dalam aktivitas transformasional. mereka dapat menyelesaikan masalah meskipun hasilnya salah atau benar.
Item Type: | Thesis (Doctoral) |
---|---|
Divisions: | Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) > Departemen Matematika (MAT) > S3 Pendidikan Matematika |
Depositing User: | library UM |
Date Deposited: | 03 Sep 2024 04:29 |
Last Modified: | 09 Sep 2024 03:00 |
URI: | http://repository.um.ac.id/id/eprint/349460 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |