Pengembangan dan penggunaan instrumen diagnostik two-tier untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi termokimia di SMA Negeri 7 Malang / Erlyn Stevanie Rosalyn - Repositori Universitas Negeri Malang

Pengembangan dan penggunaan instrumen diagnostik two-tier untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi termokimia di SMA Negeri 7 Malang / Erlyn Stevanie Rosalyn

Rosalyn, Erlyn Stevanie (2012) Pengembangan dan penggunaan instrumen diagnostik two-tier untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi termokimia di SMA Negeri 7 Malang / Erlyn Stevanie Rosalyn. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

Kata Kunci Konsepsi Miskonsepsi Termokimia Instrumen Diagnostik Two-Tier Ilmu kimia sebagai bagian dari IPA memiliki karakteristik sebagai produk berupa fakta konsep prinsip hukum dan teori dan sebagai proses yang meliputi kerja ilmiah. Kebanyakan konsep dalam ilmu kimia bersifat abstrak sehingga sulit dipahami oleh siswa. Salah satu materi dalam kimia yang dianggap sulit adalah termokimia karena selain menuntut pemahaman konsep juga mengharuskan siswa mengoperasikan perhitungan matematis. Sebagian besar siswa telah memiliki pengetahuan awal tentang konsep yang akan dipelajari selanjutnya akan dibangun pemahaman sesuai konsep yang akan dibelajarkan. Konsep yang dikembangkan siswa sering tidak sesuai dengan kebenaran ilmiah sehingga menimbulkan miskonsepsi. Miskonsepsi jika tidak diluruskan akan mengganggu proses pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu guru perlu mengidentifikasi konsepsi siswa terlebih dahulu. Banyak cara yang dapat digunakan untuk menggali konsepsi siswa salah satunya adalah dengan tes diagnostik. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan (1) mengembangkan instrumen diagnostik dan (2) mengidentifikasi miskonsepsi yang dialami siswa SMA Negeri 7 Malang pada materi termokimia. Tes diagnostik menggunakan model instrumen diagnostik two tier (dua lapis) dipopulerkan oleh Treagust (1988 1995). Peneliti mengembangkan instru-men yang serupa untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi termokimia. Instrumen yang dikembangkan peneliti terdiri dari 31 item soal (13 berpasangan dan 3 tidak berpasangan) yang terdiri dari 2-5 pilihan jawaban pada lapis pertama dan 4-5 alasan yang memungkinkan pada lapis kedua. Instrumen ini dikembangkan melalui tahap (1) mendefinisikan isi pada area penelitian (2) mengumpulkan informasi tentang konsepsi siswa dan (3) penyusunan dan validasi instrumen diagnostik two-tier. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan penelitian gabungan antara metode kualitatif dan kuantitatif yang dipadukan (mixed-methods) dengan desain eksploratori di mana hasil analisis data kuantitatif digunakan untuk menguatkan data kualitatif. Pengambilan data dilakukan pada subjek penelitian sebanyak 95 responden yang berasal dari 3 kelas yang berbeda. Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah berupa (1) instrumen diagnostik two-tier pada materi termokimia dan (2) miskonsepsi yang dialami siswa SMA Negeri 7 Malang. Miskonsepsi tersebut diantaranya (1) 25 16% siswa menganggap pelarutan padatan dalam air dapat bersifat endoterm karena energi yang dimiliki sistem lebih tinggi sehingga lingkungan terasa lebih dingin (2) 20 01% siswa memahami bahwa suatu reaksi kimia bersifat eksoterm karena dibebaskannya gas (3) 26 32% siswa berkeyakinan bahwa reaksi pembakaran bersifat endoterm karena adanya pengikatan oksigen (4) sebanyak 21 05% siswa ii berpendapat reaksi fotosintesis berlangsung secara eksoterm (5) ada 31 58% siswa yang beranggapan dekomposisi termal berlangsung secara eksoterm karena dihasilkan gas (6) 20 05% siswa beranggapan pengenceran asam pekat hanya merupakan perubahan fase yang tidak melibatkan energi (7) 26 32% siswa menganggap nilai entalpi pembakaran 0 karena terjadi pengikatan oksigen (8) 26 32% siswa menganggap entalpi pada pembentukan senyawa dari atom-atomnya bernilai 0 karena tidak melibatkan energi (9) 23 16% siswa menganggap entalpi netralisasi pada reaksi asam kuat dan basa kuat paling besar karena ion H paling banyak (10) sebanyak 30 53% siswa beranggapan entalpi sublimasi bernilai 0 karena merupakan perubahan fase yang tidak melibatkan energi (11) 33 68% siswa menganggap energi ikatan pada ikatan tunggal paling besar karena ikatan mudah terbentuk (12) 23 16% siswa kurang memahami penerapan Hukum Hess dalam menuliskan persamaan termokimia (13) 21 05% siswa menganggap bahan bakar ekonomis adalah yang paling murah (14) 24 21% siswa memahami grafik proses eksoterm dicirikan dengan perubahan entalpi bernilai positif dan grafik proses endoterm dicirikan dengan perubahan entalpi bernilai negatif (15) 41 36% siswa menganggap air hanya menguap pada saat mendidih dan (16) sebesar 21 05% siswa menganggap air dapat menguap pada suhu tertentu.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: ?? ??
Divisions: Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) > Departemen Kimia (KIM) > S1 Pendidikan Kimia
Depositing User: library UM
Date Deposited: 10 Oct 2012 04:29
Last Modified: 09 Sep 2012 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/21983

Actions (login required)

View Item View Item