Sugiono (2012) Peningkatan pembelajaran berpidato dengan metode pemodelan di kelas IX-A Madrasah Tsanawiyah Miftahul Ulum Kanigoro Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang / Sugiono. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.
Full text not available from this repository.Abstract
Kata Kunci PTK Pembelajaran Berpidato Metode Pemodelan MTs. Penelitian ini bertujuan meningkatkan (1) proses pembelajaran berpidato dengan metode pemodelan di kelas IX-A MTs Miftahul Ulum Kanigoro Pagelaran dan (2) hasil pembelajaran berpidato dengan metode pemodelan di kelas IX-A MTs Miftahul Ulum Kanigoro Pagelaran. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pembelajaran pra tindakan dan hasil tindakan siklus I dan siklus II yaitu skor performansi pidato dengan pola 3 in 1 sedangkan data kualitatif diperoleh dari proses pembelajaran pra tindakan siklus I dan siklus II. Sumber Data diperoleh dari proses dan hasil pembelajaran berpidato dengan metode pemodelan di kelas IX-A MTs Miftahul Ulum Kanigoro Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Ada empat tahapan dalam penelitian ini yaitu (1) perencanaan (2) tindakan (3) observasi dan (4) refleksi sedangkan penerapan metode pemodelan dilaksanakan dalam siklus I dan siklus II di kelas IX-A MTs Miftahul Ulum Kanigoro Pagelaran melalui tiga tahap yaitu (1) tahap mendengarkan model berpidato (2) tahap menganalisis model berpidato dan (3) tahap latihan berpidato. Hasil pembelajaran berpidato dengan metode pemodelan di kelas IX-A MTs Miftahul Ulum Kanigoro Pagelaran dikemukakan mulai dari pratindakan siklus I dan siklus II berbentuk (a) proses pembelajaran berpidato dengan metode pemodelan mulai pratindakan siklus I dan siklus II dan (b) hasil pembelajaran berpidato dengan metode pemodelan mulai pra tindakan siklus I dan siklus II. Proses pembelajaran berpidato pada indikator keaktifan keantusiasan dan keberanian tampil 100% pada siklus I. Hal ini dimungkinkan adanya berpidato dengan pola 3 in 1 yang diterapkan tetapi aspek keaktifan keantusiasan dan keberanian tampil siklus II menjadi 87 1%. Hal ini dimungkinkan pola berpidato secara individual yang diterapkan oleh peneliti. Jadi siswa memiliki keberanian tampil berpidato di depan kelas apabila dilakukan secara berkelompok dan siswa kurang memiliki keberanian tampil berpidato di depan kelas apabila berpidato secara individual. Keberhasilan proses pembelajaran berpidato mulai dari pra tindakan ke siklus I sampai dengan siklus II pada indikator keantusiasan keaktifan dan keberanian tampil diperoleh rata-rata 97 5% pratindakan 100% siklus I dan 87 1% siklus II. Proses pembelajaran berpidato mulai dari prat indakan ke siklus I mengalami peningkatan sedangkan proses pembelajaran siklus I ke siklus II mengalami penurunan. Hal ini dimungkinkan adanya penerapan performansi berpidato yang berbeda yaitu siklus I menggunakan pola 3 in 1 dan siklus II menggunakan pola individual. Secara kualitatif proses pembelajaran berpidato siklus I meningkat dibandingkan pratindakan tetapi siklus II mengalami penurunan. Secara kualitatif pula proses pembelajaran berpidato siklus I masih ditemukan kelemahan yaitu (a) siswa kurang memiliki kreativitas dalam membuka dan menutup pidato (b) siswa masih mencontoh model pidato dan (c) penyampaian inti pidato belum runtut. Pola kesalahan pada siklus I dijadikan dasar mengubah tindakan pada siklus II yaitu dengan memberikan tugas pada siswa untuk memvariasikan cara membuka dan menutup pidato dan menyampaikan inti pidato secara runtut. Pola kesalahan pada siklus I tentang cara membuka dan menutup pidato kurang bervariasi serta penyampaian inti belum sistematis ternyata dapat diatasi pada siklus II. Jadi secara kualitatif pembelajaran berpidato dengan metode pemodelan siklus II mengalami peningkatan yaitu (a) adanya variasi cara membuka dan menutup pidato (b) inti pidato disampaikan secara runtut (c) keberanian tampil berpidato secara individu di depan kelas mencapai 87 1%. Hasil berupa skor pembelajaran berpidato mulai dari pratindakan sampai dengan siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan hasil pembelajaran berpidato dengan metode pemodelan. Hasil pembelajaran berpidato pada (a) indikator ketepatan intonasi 2 5% pratindakan menjadi 74 3% siklus I dan menjadi 79 4% siklus II (b) indikator ketepatan artikulasi 33 3% pratindakan menjadi 61 5% siklus I dan menjadi 71 7% siklus II (c) indikator kejelasan volume suara 58 9% pratindakan menjadi 58 9% siklus I dan menjadi 69 2% siklus II. Besarnya prosenstase peningkatan pembelajaran berpidato dari pra tindakan ke siklus I yaitu (a) indikator ketepatan intonasi meningkat sebesar 71 8% (b) indikator ketepatan artikulasi meningkat sebesar 28 2% dan (c) indikator kejelasan volume suara meningkat sebesar 0%. Dan besarnya prosentase peningkatan pembelajaran berpidato dari siklus I ke siklus II yaitu (a) indikator ketepatan intonasi meningkat sebesar 5 1% (b) indikator ketepatan artikulasi meningkat sebesar 9 9% dan (c) indikator kejelasan volume suara meningkat sebesar 10 3%. Hal yang belum berhasil diatasi pada penelitian ini adalah efisiensi waktu sampai siklus II kekurangan waktu sekitar 30 menit. Dengan kata lain penggunaan metode pemodelan dalam pembelajaran berpidato ternyata membutuhkan waktu yang lebih panjang daripada alokasi yang disediakan.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | P Language and Literature > PINL Indonesian and Regional Literary Languages |
Divisions: | Fakultas Sastra (FS) > Departemen Sastra Indonesia (IND) > S1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah |
Depositing User: | library UM |
Date Deposited: | 30 Aug 2012 04:29 |
Last Modified: | 09 Sep 2012 03:00 |
URI: | http://repository.um.ac.id/id/eprint/9263 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |