Sistem kaderisasi partai politik (studi kasus pada Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan (DPC PDI-P) Kota Malang) / Mariatus Sholikhah - Repositori Universitas Negeri Malang

Sistem kaderisasi partai politik (studi kasus pada Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan (DPC PDI-P) Kota Malang) / Mariatus Sholikhah

Sholikhah, Mariatus (2009) Sistem kaderisasi partai politik (studi kasus pada Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan (DPC PDI-P) Kota Malang) / Mariatus Sholikhah. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

Dari berbagai masalah kebangsaan yang muncul yang paling rumit adalah kaderisasi. Kemacetan kaderisasi telah melingkupi segala sektor kehidupan. Baik di pemerintahan organsasi politik pemuda maupun sektor olah raga di Indonesia. Berbagai jenis kaderisasi yang pernah diterapkan berbagai organisasi Massa (atau organisasi Kader) belum menampakkan hasil yang diharapkan. Berbagai isu tentang peran seseorang selalu dihubungkan dengan proses kaderisasi yang pernah ia tempuh. Satu diantara tuntutan Oposisi adalah Suksesi. Suksesi adalah alih kepemimpinan baik secara sistem maupun figur. Karena sejak Indonesia Merdeka mekanisme dan aturan main suksesi belum melembaga. Padahal dalam Manejemen negara modern suksesi dikenal sebagai satu diantara tolok ukur keberhasilan dari kepemimpinan sebelumnya. Jika Ia berhasil melahirkan kader pengganti maka ia telah berhasil menjalankan fungsinya sebagai pemimpin. Ketika Soekarno dinyatakan sakit berbagai kelompok kepentingan berlomba bagai cacing kepanasan membangun klik-klik oligarkis untuk dapat memenangkan kelompok dan kepentingannya dalam permainan politik yang belum diatur mekanisme dan aturan mainnya. Semua bergantung pada person yang sedang berkuasa baik itu yang dibangun melalui kekuatan bersenjata 2 seperti rezim Soeharto maupun dibangun lewat legitimitas sejarah yang menempatkannya menjadi sosok kharismatik dan merakyat seperti Soekarno. Karena didasari kegelisahan itu maka tampillah Megawati Soekarnoputri di panggung perpolitikan di era Orde Baru sebagai Ketua Umum PDI yang berlambang kepala Banteng. Akan tetapi kemunculan Megawati menimbulkan kecemasan dan harapan. Kecemasan dari penguasa Orde Baru akan munculnya paham Soekarnoisme lebih-lebih ia bukan produk dari atas tapi kehendak arus bawah dan ancaman berat bagi partai-partai pro-status quo (Golkar) dalam Pemilu 1997 dan 1999. Kecemasan yang berlebihan inilah yang menjadikan Megawati dalam cermin Orde Baru sebagai musuh yang berbahaya . Sebaliknya bagi PDI dan arus bawah Megawati adalah sebuah harapan. (www.tokohindonesia.com/ ensiklopedi/m/megawati/ akses 1 Juni 2009) Megawati yang muncul sebagai pemimpin alternatif ketika Kongres Medan gagal menghasilkan seorang pemimpin partai diharapkan meredam konflik berkepanjangan dalam tubuh partai itu sendiri dan dapat menggenjot perolehan suara dalam pemilu terakhir rezim Orde Baru dimata arus bawah. Penggusuran Megawati Soekarnoputri yang berimbas pada peristiwa 27 Juli 1996 jelas kemenangan berada di pihak rezim Soeharto beserta pendukungnya Golkar ABRI dan pengkhianat partai seperti Soerjadi Fatimah Buttu Hutapea. Meskipun kemenangan itu diperoleh dengan jalan kekerasan namun Megawati bukan membalas dengan kekerasan melainkan dengan gerakan moral. la mengambil pilihan oposisi (beserta pengikutnya pisah 3 dengan nama baru PDI Perjuangan) untuk terus berjuang menentang tirani Orde Baru. Pilihan Megawati tampaknya seperti yang pernah dikatakan oleh Ronggowarsito Ketika kamu menemukan jaman edan zaman di mana persoalan etika dan moral diabaikan maka janganlah sekali-kali kamu terlibat di dalamnya. Sebab meskipun beruntung mereka yang terlibat namun lebih beruntung tidak melibatkan diri dan tetap ingat kepada Tuhan . Pada Pemilu 1997 Megawati memilih Golput ketimbang menyumbangkan suaranya kepada pro-status quo (www.tokohindonesia.com/ ensiklopedi/m/megawati/ akses 1 Juni 2009). Pada Pemilu ini sempat diwarnai insiden pengejaran oleh massa Megawati terhadap Soerjadi dan fungsionaris PDI. Di beberapa daerah juga terwujud aliansi Mega - Bintang yang membawa konsekuensi pada merosotnya perolehan suara PDI Soerjadi. Pada Pemilu 1999 Megawati dan PDI Perjuangannya menang dan mendapat kepercayaan Rakyat Indonesia. Realitas demikian menunjukkan bahwa Mega tiada Mega ada - meminjam istilah Eep Saefulloh Fatah. Pada Pemilu 1997 ini hasilnya menunjukkan bahwa setelah pada Pemilu 1992 mengalami kemerosotan kali ini Golkar kembali merebut suara pendukungnnya. Perolehan suaranya mencapai 74 51 persen atau naik 6 41. Sedangkan perolehan kursinya meningkat menjadi 325 kursi atau bertambah 43 kursi dari hasil pemilu sebelumnya. PPP juga menikmati hal yang sama yaitu meningkat 5 43 persen. Begitu pula untuk perolehan kursi. Pada Pemilu 1997 ini PPP meraih 89 kursi atau meningkat 27 kursi dibandingkan Pemilu 1992. Dukungan terhadap partai itu di Jawa sangat besar. Sedangkan PDI yang mengalami konflik internal dan terpecah antara PDI Soerjadi dengan Megawati 4 Soekarnoputri setahun menjelang pemilu perolehan suaranya merosot 11 84 persen dan hanya mendapat 11 kursi yang berarti kehilangan 45 kursi di DPR dibandingkan pemilu 1992 ( http //id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan Umum. diakses 1 juni 2009) Setelah Presiden Soeharto dilengserkan dari kekuasaannya pada tanggal 21 Mei 1998 jabatan presiden digantikan oleh Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie. Atas desakan publik Pemilu yang baru atau dipercepat segera dilaksanakan sehingga hasil-hasil Pemilu 1997 segera diganti. Kemudian ternyata bahwa Pemilu dilaksanakan pada 7 Juni 1999 atau 13 bulan masa kekuasaan Habibie. Pada saat itu untuk sebagian alasan diadakannya Pemilu adalah untuk memperoleh pengakuan atau kepercayaan dari publik termasuk dunia internasional karena pemerintahan dan lembaga-lembaga lain yang merupakan produk Pemilu 1997 sudah dianggap tidak dipercaya. Hal ini kemudian dilanjutkan dengan penyelenggaraan Pemilu 1999. Pemilu 1999 dimana disebutkan sebagai pemilu yang paling demokratis setelah orde baru tumbang (era reformasi) tampil sebagai pemenangnya adalah PDI Perjuangan yang meraih 35.689.073 suara atau 33 74 persen dengan perolehan 153 kursi. Golkar memperoleh 23.741.758 suara atau 22 44 persen sehingga mendapatkan 120 kursi atau kehilangan 205 kursi dibanding Pemilu 1997. PKB dengan 13.336.982 suara atau 12 61 persen mendapatkan 51 kursi. PPP dengan 11.329.905 suara atau 10 71 persen mendapatkan 58 kursi atau kehilangan 31 kursi dibanding pemilu 1997. PAN meraih 7.528.956 suara atau 7 12 persen mendapatkan 34 kursi. Di luar lima besar partai lama yang masih ikut yakni PDI merosot tajam dan hanya meraih 2 kursi dari pembagian kursi 5 sisa atau kehilangan 9 kursi dibanding Pemilu 1997 (www.astaga.com/pemilu akses 1 Juni 2009). Didaerah pemilihan Jawa Timur PDI Perjuangan meraih 7.338.813 suara atau 34 persen menempati peringkat kedua setelah PKB. Khusus untuk kota malang PDIP meraih 177.726 suara atau 41 persen dan merupakan salah satu lumbung suara untuk daerah pemilihan Jawa Timur (Tim Pappuda PDIP Jatim 2004 2). Pada pemilu 2004 PDI Perjuangan khususnya di Kota Malang meraih 109 893 atau 26 75 persen (www.pemkot-malang.go.id/hasilpemilu.php diakses 1 Juni 2009). Sedangkan pada pemilu lagislatif 2009 PDI Perjuangan berada di urutan ke 3 setelah Partai Demokrat dan Partai Golkar. Kejutan terjadi pada Partai Demokrat yang naik fantastis lebih dari 100% membuat semua partai untuk instropeksi diri tidak terkecuali PDI Perjuangan yang mendapatkan 95 kursi (14 6 juta suara 15%) sebelumnya 109 kursi. Oleh karena itu untuk instropeksi diri salah satu tugas PDI Perjuangan yang sangat penting dalam menjalankan perannya tersebut secara konkrit baik dalam rangka membangun dan menumbuhkembangkan partai sebagai perjuangan yang mandiri profesional dan modern maupun dalam rangka pengabdian dan kontribusinya kepada kehidupan kebangsaan dan ketatanegaraan dan agar bisa memenangkan pemilu diperlukan kader yang berkualitas dalam jumlah yang cukup banyak Kader adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai ketrampilan dan disiplin ilmu sehingga dia memiliki kemampuan yang diatas 6 rata-rata orang umum. Sedangkan kaderisasi adalah proses penyiapan sumber daya manusia agar kelak mereka menjadi pemimpin yang mampu membangun peran dan fungsi organisasi secara lebih baik. (http //pertamacanberra.wordpress.com diakses 25 April 2008) Kaderisasi suatu organisasi dapat dipetakan menjadi dua ikon secara umum. Pertama pelaku kaderisasi (subyek). Dan kedua sasaran kaderisasi (obyek). Untuk yang pertama subyek atau pelaku kaderisasi sebuah organisasi adalah individu atau sekelompok orang yang dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan kebijakan-kebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-tugas organisasi. Sedangkan yang kedua adalah obyek dari kaderisasi dengan pengertian lain adalah individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi. Sifat sebagai subyek dan obyek dari proses kaderisasi ini sejatinya harus memenuhi beberapa fondasi dasar dalam pembentukan dan pembinaan kader-kader organisasi yang handal cerdas dan matang secara intelektual dan psikologis.Sebagai subyek atau pelaku dalam pengertian yang lebih jelas adalah seorang pemimpin. (http //www.digilib.ui.edu diakses 10 Mei 2008). Oleh karena itu PDI Perjuangan sangat memperhatikan kaderisasi. Karena kaderisasi merupakan inti dari kelanjutan perjuangan PDI Perjuangan ke depan. Kaderisasi di PDI Perjuangan merupakan urat nadi bagi partai. Tanpa kaderisasi PDI Perjuangan tidak dapat bergerak dan melakukan tugas-tugas keorganisasiannya dengan baik dan dinamis dan tidak dapat menang di dalam pemilu. 7 Kepedulian yang amat rendah terhadap proses pengkaderan partai tidak akan hanya berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup partai itu sendiri tetapi pertaruhannya adalah masa depan bangsa secara keseluruhan. Bila partai tidak melakukan pengkaderan yang benar mereka akan menuai kader partai yang kering cita-cita dan tidak mempunyai komitmen terhadap kepentingan rakyat banyak. Mereka hanya pandai beretorika tetapi tidak mempunyai kemampuan secuil pun untuk mewujudkannya. Karena itu mutu kader partai pertama-tama dan terutama harus diukur dari komitmennya dan konsistensinya dalam memperjuangkan keprihatinan masyarakat. ( Kristiadi http //www.csis.or.id diakses 11 April 2008) Atas dasar dari uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti sistem kaderisasi PDI Perjuangan khususnya Kota Malang. Karena didasarkan atas pertimbangan bahwa PDI Perjuangan Kota Malang ini merupakan partai yang cukup berhasil didalam melaksanakan program kaderisasinya sebagai buktinya terdapat banyak kader PDI Perjuangan Kota Malang yang terpilih dan mempunyai suara terbanyak pada saat pemilu. Oleh karena itu peneliti memilih judul SISTEM KADERISASI PARTAI POLITIK (Studi Kasus Pada Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan (DPC PDI-P) Kota Malang) .

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: ?? ??
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial (FIS) > Departemen Hukum dan Kewarganegaraan (HKn) > S1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 16 Oct 2009 04:29
Last Modified: 09 Sep 2009 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/87502

Actions (login required)

View Item View Item