Murtini, Sri (2018) Pengembangan suplemen bahan ajar geografi pariwisata yang kontekstual / Sri Murtini. Doctoral thesis, Universitas Negeri Malang.
Full text not available from this repository.Abstract
1 RINGKASAN Pengembangan Suplemen Bahan Ajar Geografi Pariwisata yang Kontekstual Sri Murtini Abstrak Ekowisata merupakan bagian materi dari geografi pariwisata yang belum kontekstual. Materi ekowisata akan lebih bermakna jika menggunakan kawasan ekowisata mangrove Wonorejo sebagai sumber belajar. Kawasan ekowisata mangrove Wonorejo merupakan kawasan yang mempunyai banyak fungsi salah satunya sebagai sarana pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata yang kontekstual mengetahui kelayakan suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata yang kontekstual mengetahui efektivitas suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata yang kontekstual dan mengetahui respon mahasiswa terhadap suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata yang kontekstual. Penelitian dan pengembangan bahan ajar ini menggunakan model Borg Gall dengan sembilan langkah. Penulisan bahan ajar ini berdasarkan kaidah BSNP dengan dibantu oleh validator isi validator bahasa dan validator desain pembelajaran. Setelah dilakukan revisi maka suplemen diuji cobakan pada kelompok kecil dengan sepuluh mahasiswa. Penilaian dari hasil ujicoba kecil kemudian direvisi selanjutnya diuji cobakan untuk kelompok besar. Efektivitas suplemen bahan ajar diketahui dari nilai pretest postest antara klas kontrol dan ekspermen. Uji validitas butir soal uji realibilitas butir soal dan uji-t. Respon mahasiswa diketahui dari tanggapan atas penilaian suplemen bahan ajar dilihat dari materi pembelajaran organisasi bahasa penyajian dan penilaian. Hasil penilaian menunjukkan bahwa suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata dikembangkan dengan menggunakan model Borg Gall sepuluh langkah. Penilaian dari tim validator menunjukkan bahwa suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata layak digunakan sebagai sumber belajar dengan revisi. Hasil nilai pretest antara klas kontrol dan eksperimen tidak ada perbedaan kemampuan. Hasil analisis t-test independen menunjukkan nilai p signifikansi 0 000 lebih kecil dari taraf signifikansi 0 05 (alpha) yang berarti ada perbedaan nilai rata-rata postest klas kontrol dengan klas eksperimen. Hasil beda rata-rata pretest antara klas eksperimen dan kontrol menunjukkan hasil sebesar 3 704 sedangkan beda rata-rata postest antara klas eksperimen dan kontrol menunjukkan hasil sebesar 7 647. Rata-rata hasil belajar klas eksperimen menunjukkan peningkatan sebesar 25 68. Beda nilai rata-rata antara nilai postest klas kontrol dan eksperimen sebesar 7 65. Selisih hasil belajar antara klas kontrol dan klas eksperimen sebesar 6 05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata efektif dapat meningkatkan hasil belajar Respon mahasiswa terhadap suplemen bahan ajar yang dikembangkan menyatakan sangat baik. Saran untuk produk suplemen bahan ajar ini perlu dikembangkan untuk pembelajaran selama satu semester dengan ujicoba di perguruan tinggi lain. Kata Kunci pengembangan suplemen bahan ajar geografi pariwisata kontekstual. 2 Pendahuluan Pengembangan bahan ajar wajib dilakukan oleh dosen sebagai pengampu mata kuliah. Pengembangan bahan ajar perlu dilakukan dengan beberapa alasan. Beberapa alasan tersebut antara lain bahan ajar sudah tidak relevan dengan tuntutan kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia yang menuntut lulusannya memiliki kemampuan tertentu. Bahan ajar tidak sesuai dengan kompetensi dasar seperti penguasaan konsep geografis pendekatan dan model analisisnya serta strategi pengembangan. Oleh karena itu perlu dikembangkan bahan ajar (Pannen Purwanto 2001). Bahan ajar yang dibuat sendiri dapat mempermudah proses pembelajaran di perguruan tinggi (Kurniasih Sani 2014). Pengembangan bahan ajar di perguruan tinggi perlu mempertimbangkan beberapa hal. Salah satu di antaranya adalah dengan meninjau materi pada bidang studi yang diajarkan di bangku sekolah menengah atas. Tujuan dari pertimbangan materi di bangku sekolah menengah atas adalah untuk menemukan sinkronisasi. Pembelajaran ideal dapat tercapai jika materi yang diajarkan oleh dosen dengan materi yang diajarkan guru terdapat sinkronisasi. Menurut Lynne Hill (Kompas 2015) banyak dosen di LPTK kurang memahami situasi di kelas dan materi-materi ajarnya. Hal ini menunjukkan bahwa bahan ajar yang dimiliki dosen tidak mempertimbangkan materi yang ada di bangku sekolah . Hal ini dapat terlihat pada tiap sub pokok bahasan yang ada dalam bahan ajar. Pada materi bidang studi geografi kelas X IPS ada beberapa kompetensi dasar yang memuat materi antara lain ekosistem hutan mangrove perairan darat sungai dan pemanfaatan hutan mangrove. Pada KD dinamika hidrosfer dan pengaruhnya terhadap lingkungan terdapat materi salinitas air kualitas air pembagian sungai menurut letaknya batas pasang surut laut pantai dan pesisir pembagian laut menurut zona kedalaman zona tanaman mangrove jenis fauna yang hidup di ekosistem mangrove pemanfaatan hutan mangrove dalam berbagai aspek dan faktor penunjang tumbuhnya hutan mangrove. Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu bentuk model pembelajaran yang substansinya mengkonstruk pengetahuan awal yang dimiliki mahasiswa. Bahan ajar dengan karakteristik kontekstual dapat mendukung cara pembelajaran konstruktif (Sumarmi 2012) memberi peluang mahasiswa tidak 3 hanya belajar untuk mengetahui tetapi juga dituntut untuk mencari informasi (searching) mengajukan hipotesis mengumpulkan dan menganalisis data serta menarik kesimpulan. Pembelajaran kontekstual pada umumnya dapat meningkatkan hasil belajar. Menurut Hosnan (2014) Johnson (2014) Komalasari (2014) pembelajaran yang didesain dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar. Pembelajaran kontekstual dapat membantu mahasiswa menemukan makna konsep dengan cara menghubungkan materi terhadap konteks kehidupan sehari-hari sehingga dapat meningkatkan.keunggulan akademik mahasiswa (Johnson 2002). Hasil survei yang dilakukan kepada beberapa mahasiswa yang pernah memprogram mata kuliah Geografi Pariwisata sebelumnya diperoleh informasi bahwa mahasiswa merasakan adanya pembelajaran yang kurang menarik monoton dan membosankan. Pembelajaran yang dilakukan selama ini membuat mahasiswa cendeurng pasif dan kurang kreatif serta tidak termotivasi selama pembelajaran. Dosen cenderung menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional hanya dengan diselingi diskusi. Hal ini tentu akan bertentangan dengan model belajar yang menjadi tuntutan saat ini. Pembelajaran yang seharusnya dilakukan dosen menggunakan student center approach. Model belajar student center akan memberikan variasi dalam pembelajaran. Pembelajaran lebih hidup mahasiswa lebih aktif dan termotivasi. Student center learning dipercaya sangat efektif meningkatkan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan hakekat belajar bahwa belajar merupakan kegiatan untuk memperoleh pengetahuan baru. Pandangan ini sesuai dengan aliran psikologi kognitif dimana mahasiswa yang memiliki pengetahuan banyak dapat mengeksplorasi sumber belajar baru sehingga akan memperoleh banyak informasi baru. Selama ini pengampu mata kuliah belum dapat melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan capaian pembelajaran mata kuliah atau kompetensi. Capaian pembelajaran yang pertama adalah mampu memanfaatkan sumber belajar dan media pembelajaran berbasis teknologi informasi untuk mendukung pelaksanaan perkuliahan Geografi Pariwisata. Namun kenyataannya dalam pembelajaran belum memanfaatkan sumber belajar untuk mendukung perkuliahan. . 4 Capaian pembelajaran yang kedua adalah pada kompetensi mampu mengambil keputusan strategis berdasarkan data dan informasi di lapangan untuk pengembangan kepariwisatan di suatu wilayah. Pada kenyataannya mahasiswa tidak diajarkan bagaimana cara mengambil keputusan berdasarkan data dan informasi yang dapat diperoleh di lapangan. Sementara itu pengambilan data dan informasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan kawasan wisata terdekat. Pemanfaatan kawasan wisata terdekat sebagai lingkungan belajar dapat digunakan sebagai contoh pengembangan pariwisata yang sekaligus memberikan pengetahuan untuk belajar yang lebih bermakna (Hosnan 2014). Indikator yang akan dicapai pada pertemuan ini adalah (1) menjelaskan konsep esensial geografi dalam kepariwisataan dan pendekatannya (2) mengetahui potensi dan daya dukung kawasan wisata dan (3) menemukan strategi pengembangan ekowisata. Hal ini diperlukan lingkungan yang mendukung materi tersebut agar semua tujuan pembelajaran dapat tercapai. Lingkungan kawasan ekowisata mangrove Wonorejo merupakan kawasan yang tepat untuk dijadikan sebagai sumber belajar. Kawasan ekowisata mangrove Wonorejo ini merupakan suatu lingkungan wisata berkelanjutan. Pariwisata berkelanjutan merupakan bentuk pariwisata yang memperhitungkan dampak ekonomi sosial dan lingkungan (UN-World Tourism Organization 2017). Pembelajaran kontekstual menjadi salah satu syarat dalam pengembangan suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata. Mahasiswa yang memprogram mata kuliah Geografi Pariwisata ini sudah pernah mengunjungi kawasan mangrove Wonorejo melalui mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar sehingga mereka sudah tidak asing. Kawasan ekowisata mangrove Wonorejo digunakan sebagai latar pengembangan materi ekowisata karena memiliki jarak yang relatif dekat dengan kampus. Penerapan model kontekstual dalam pembelajaran ini diharapkan akan memberikan respon yang lebih baik dapat mengaktifkan dan memotivasi mahasiswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Suci (2008) bahwa penerapan model kontekstual dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar dan respon yang posisitif karena pembelajaran lebih bermakna. Hasil studi eksplorasi yang dilakukan oleh Yeo 5 (2007) tentang persepsi pembelajaran kontekstual bahwa ada hubungan yang signifikan antara PBL dengan pembelajaran di tempat kerja. Downing (2011) melakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas kontekstual dan metode konvensional dari hasil temuan bahwa kelompok kontekstual memberikan nilai yang signifikan secara keseluruhan dari pada kelompok konvensional. Oleh karena itu perlu dibuatkan buku ajar yang kontekstual dengan memanfaatkan lingkungan terdekat sebagai sumber belajar. Lingkungan terdekat yang dapat digunakan sebagai sumber belajar dengan materi ekowisata adalah kawasan ekowisata mangrove Wonorejo. Kawasan ini mudah dijangkau dengan jarak yang relatif dekat dengan lokasi belajar yang memungkinkan mahasiswa untuk mempelajarinya. Pemanfaatan kawasan ekowisata mangrove Wonorejo sebagai sarana edukasi baik untuk pendidikan formal maupun non formal dari semua jenjang. Kawasan ekowisata mangrove Wonorejo ini dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada mata kuliah Geografi Pariwisata. Banyak materi yang dapat dicontohkan dengan menggunakan pendekatan kontekstual di kawasan mangrove Wonorejo. Pengembangan bahan ajar yang baik harus merujuk pada prosedur tertentu. Pada penelitian pengembangan yang akan dilakukan untuk suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata ini menggunakan prosedur Borg Gall. Model pengembangan Borg and Gall dipilih karena prosedur ini memuat panduan langkah yang sistematis dan pengujian yang berulang kali dilakukan agar produk yang dirancangnya mempunyai standar kelayakan. Di samping itu kesepuluh model Borg Gall menunjukkan hubungan yang sangat jelas dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan yang lain. Sistem yang terdapat pada Borg Gall sangat ringkas namun isinya padat dan jelas dari satu langkah ke langkah berikutnya. Untuk mengurangi kelemahan buku ajar geografi pariwisata ini maka perlu penelitian pengembangan dengan membuat suplemen bahan ajar. Suplemen bahan ajar yang disusun ini menggunakan model Dikti dengan alasan memiliki sistematika yang sederhana namun dapat memudahkan untuk pembelajaran. Mahasiswa dengan mudah belajar secara mandiri karena diawali dengan petunjuk 6 belajar secara jelas kompetensi dan diakhiri dengan soal latihan. Tujuan penelitian dan pengembangan ini adalah untuk mengembangkan suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata yang kontekstual mengetahui kelayakan suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata yang kontekstual mengetahui efektivitas suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata yang kontekstual dan mengetahui respon mahasiswa terhadap suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata yang kontekstual. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian dan pengembangan. Menurut Sugiyono (2015 28) penelitian dan pengembangan berfungsi untuk memvalidasi dan mengembangkan produk memvalidasi produk yang sudah ada dan penelitiannya menguji efektivitas atau memvalidasi produk tersebut. Penelitian dan pengembangan ini menggunakan desain instruksional model Borg Gall dengan sepuluh langkah. Uji coba dilakukan melalui (1) uji validasi penggunaan bahasa Indonesia. materi bahan ajar dan desain pembelajaran (2) uji lapangan kepada kelompok sasaran. Penelitian dan pengembangan bahan ajar Geografi Pariwisata ini menggunakan nonequivalent control group design di mana pada desain ini kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono 2010 116). Kelas 2016A merupakan kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan pengembangan suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata sebanyak 31 mahasiswa sedangkan kelas 2016B adalah kelas kontrol yaitu kelas yang tidak menggunakan pengembangan suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata sebanyak 30 mahasiswa. Penentuan klas eksperimen dan klas kontrol didasarkan dari hasil pretest yang dilaksanakan sebelum diberikan materi. Hasil pretest dianalisis dengan menggunakan uji t sampel bebas (independent sample t-test) Uji t sampel bebas dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata nilai pretest dari klas A dan klas B dengan taraf signifikansi yang digunakan sebesar 0 05 (5%). Teknik pengambilan data menggunakan wawancara angket dan tes. Teknik analisis dilakukan pada setiap komponen yang terdapat pada tabel masing-masing aspek. Persentase dari data angket validasi diperoleh berdasarkan perhitungan dengan menggunakan skala Likert 1-5. Selanjutnya untuk mengetahui kelayakan bahan ajar yang dikembangkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut 7 Persentase (%) Jumlah skor yang diperoleh x 100% Jumlah skor maksimal Kriteria penilaian dari persentase skor validasi suplemen bahan ajar yang dikembangkan adalah sebagai berikut Tabel 1. Kriteria Penilaian Suplemen Bahan Ajar Persentase Kriteria 0% - 20% Tidak layak 21% - 40% Kurang layak 41% - 60% Cukup layak 61% - 80% Layak Dikatakan layak digunakan apabila bahan ajar yang dikembangkan termasuk 8805 60% (Riduan 2012). Validitas butir soal dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment berikut ini rxy N 931 XY ( 931 X)( 931 Y) 8730 N 931 X2 N 931 Y2-( 931 Y 2 Uji realibilitas butir soal dilakukan dengan menggunakan Cronbach Alpha. Ukuran reliabel apabila nilai Cronbach Alpha 0 70 ( Ghozali 2011). Jika nilai alpha 0.7 artinya realibilitasnya mencukupi sedangkan jika alpha 0 80 mengartikan seluruh item reliabel dan seluruh tes secara konsisten memiliki reliabilitasnya kuat. Uji t digunakan untuk mengetahui perbedaan antara hasil tes klas eksperimen dan klas kontrol. Analisis dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16 dengan uji normalitas dan homogenitas data. Di samping itu juga dilaukan Uji beda t-test sampel bebas (independent sample t-test) dan Uji beda t-test sample berhubungan (paired sample t-test). Data respon mahasiswa diperoleh dari angket respon mahasiswa terhadap pengembangan bahan ajar pada kelas eksperimen. Data yang terkumpul dipersentasekan dan dihitung dengan menggunakan skala Likert. Hasil dan Pembahasan Bahan ajar Geografi Pariwisata dikembangkan dengan menggunakan model Borg Gall. Model Borg Gall yang digunakan dengan sembilan langkah meliputi (1). Pengumpulan data dan survey (Research and Information Collecting) (2). Perencanaan (Planning).(3). Pengembangan produk awal (Develop Preliminary of Product) (4). Uji coba awal ( Preliminary Field Testing) (5). Revisi 8 Hasil Uji coba Terbatas (Main Product Revision) (6). Revisi Hasil Uji Lapangan Lebih Luas (Operational Product Revision) (7). Revisi Produk (Operational Product Revision) (8). Uji Kelayakan (Operational Field Testing) dan (9). Revisi Produk Akhir (Final Product Revision). Pada umumnya kesembilan langkah dapat dilaksanakan sesuai rencana dan harapan. Kelas eksperimen dan klas kontrol yang digunakan sebagai klas ujicoba sudah terkondisikan dengan baik. Uji efektivitas dilakukan dengan membandingkan antara klas eksperimen dan klas kontrol. Pada klas klas eksperimen terjadi kenaikan sebesar 25 68 sedangkan pada klas kontrol mengalami peningkatan sebesar 19 63 sehingga selisih antara klas eksperimen dan klas kontrol adalah 7 65. Pada langkah kesembilan sudah tidak ada revisi sehingga produk dianggap sudah final dan layak untuk digunakan. Pada penelitian ini model pengembangan Borg Gall yang digunakan hanya sampai pada langkah kesembilan. Langkah kesepuluh yang berupa desiminasi dan implementasi (Dessimination Implementation) tidak dilakukan karena diperlukan waktu yang cukup lama untuk perencanaannya dan implementasinya perlu persiapan yang matang. Produk hasil pengembangan akan lebih baik kalau dilakukan dengan menggunakan sepuluh langkah yang ada. Validator materi memberikan penilaian melalui duabelas item kriteria yang tersedia pada tabel untuk mengetahui tingkat kelayakan. Hasil penilaian dari validator materi menunjukkan bahwa suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata memperoleh nilai sebesar 78 3% atau 3 9 pada rentang skala 1-5. Nilai 78 3 ini termasuk kategori layak. Menurut Riduan (2010) apabila bahan ajar yang dikembangkan memperoleh nilai lebih dari 60% maka dapat dikatakan layak untuk digunakan sebagai pembelajaran. Hasil penilaian dari validator bahasa Indonesia menunjukkan nilai sebesar 70%. Artinya nilai 70% atau 3 5 pada skala 1-5 ini termasuk kategori layak untuk digunakan sebagai bahan ajar perkuliahan. Menurut Riduan (2010) apabila bahan ajar yang dikembangkan memperoleh nilai lebih dari 60% maka dapat dikatakan layak untuk digunakan sebagai pembelajaran. Hasil penilaian validator desain pembelajaran memperoleh sebesar 82% atau 4 1 pada rentang skor 1-5. Nilai sebesar itu termasuk dalam kategori layak 9 digunakan untuk pembelajaran. Menurut Riduan (2010) apabila bahan ajar yang dikembangkan memperoleh nilai lebih dari 60% maka dapat dikatakan layak untuk digunakan sebagai pembelajaran. Rata-rata nilai dari ketiga validator menunjukkan angka sebesar 76 8% atau rentang skor 3 8 termasuk kategori layak. Nilai sebesar itu mempunyai arti bahwa suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata sudah layak untuk digunakan sebagai penunjang pembelajaran. Suplemen bahan ajar yang layak penting dikembangkan dalam upaya untuk memperlancar proses belajar mengajar. Di samping itu suplemen bahan ajar yang layak diharapkan dapat mendukung efektifitas pembelajaran. Pengembangan bahan ajar merupakan salah satu usaha meningkatkan kualitas pembelajaran baik secara materi maupun metode dan subtitusinya (Majid 2005 24). Secara materi artinya dari aspek bahan ajar yang disesuaikan dengan perkembangan pengetahuan sedangkan secara metodologis dan subtansinya berkaitan dengan pengembangan strategi pembelajaran baik secara teoritis maupun praktis ( Hamid 2013 125). Pengembangan bahan ajar dapat dilakukan dengan mencari strategi pembelajaran yang inovatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Manfaat penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar antara lain memberikan pengetahuan nyata karena hakekat belajar lebih bermakna mempermudah menyerap materi lebih mengenal kondisi lingkungan memotivasi belajar kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan. Di samping itu manfaat lain kegiatan belajar lebih komprehensif serta aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati bertanya membuktikan dan lainnya. Untuk mendapatkan hasil belajar seperti yang diinginkan banyak faktor penentunya. Lingkungan itu kompleks dan bahwa untuk memahami pembelajaran kita harus memperhitungkan banyak faktor (Marshall Weinstein 1984 Roeser et.al. 2009). Hasil uji coba yang dilakukan antara klas eksperimen pada mahasiswa angkatan 2016 klas A menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar setelah digunakan suplemen bahan ajar yang dikembangkan. Uji t-test sampel berhubungan menunjukkan adanya peningkatan nilai pada klas kontrol sebesar 19 63 sedangkan 10 pada klas eksperimen terdapat peningkatan nilai sebesar 25 68. Kalau diperbandingkan antara klas eksperimen dengan klas kontrol maka peningkatan nilainya sebesar 7 65. Menurut Hosnan (2014) bahwa pembelajaran kontekstual efektif dapat meningkatkan hasil belajar. Penggunaan pendekatan kontekstual diharapkan lebih bermakna. Nurhadi (dalam Muslich 2009 41) mengatakan pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu dosen mengkaitkan materi belajar dengan situasi nyata dan mendorong membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strataegi yang dapat memenuhi prinsip belajar berbasis kompetensi. Lima strategi dalam kontekstual yaitu relating experiencing applying cooperating dan transferring. (Hosnan 2014 269). Proses pembelajaran pada saat ini telah terjadi perubahan dari pembelajaran yang berpusat pada dosen (teacher center learning) menjadi pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (student center learning). Pembelajaran dengan pendekatan student center learning akan memberikan bekal kompetensi dan pengetahuan sehingga mahasiswa dapat mengembangkan kecakapan berpikir kecakapan interpersonal dan kecakapan dapat beradaptasi dengan baik (Amir 2009). Suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata dengan menggunakan pendekatan kontekstual sebagai salah satu metode yang menggunakan pendekatan student center learning. Pembelajaran dengan model kontekstual ini mendapat tanggapan baik motivasi mahasiswa menjadi meningkat dan hasil belajar mahasiswa menjadi naik secara signifikan. Penelitian yang dilakukan Pangastuti (2017) bahwa penerapan pembelajaran model kontekstual dapat efektif meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan respon mahasiswa. Penelitian oleh Suci (2008) bahwa penerapan model Kontekstual dengan PBL dapat meningkatkan aktivitas (partisipasi) mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar dan respon yang positif karena pembelajaran lebih bermakna. Downing (2011) melakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas pendekatan kontekstual dan metode konvensional dari hasil temuan diperoleh bahwa kelompok kontekstual memberikan nilai yang signifikan secara keseluruhan dibandingkan kelompok konvensional. 11 Instrumen respon mahasiswa dilakukan untuk mengetahui tanggapan dengan adanya suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata yang dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran yang kontekstual. Respon diberikan pada mahasiswa klas eksperimen karena mereka yang menjadi kelompok sasaran pengguna suplemen bahan ajar hasil pengembangan. Respon ditanyakan untuk mengetahui kedalaman substansi kemudahan pemahaman dan model pembelajaran. Instrumen respon diberikan mahasiswa setelah menerima materi yang keempat pada tanggal 22 Maret 2018. Sebanyak 31 mahasiswa pada klas eksperimen memberikan respon dengan menggunakan instrumen yang telah disediakan. Instrumen terdiri dari 68 pertanyaan yang terbagi dalam 6 kelompok yaitu materi dengan 24 pertanyaan pembelajaran dengan 8 pertanyaan organisasi 6 pertanyaan penyajian dengan 6 pertanyaan bahasa dengan 6 pertanyaan dan penilaian dengan 8 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan diberi skor yaitu skor 1 kurang baik 2 cukup baik 3 baik dan 4 sangat baik. Nilai terendah yang diperoleh setiap mahasiswa adalah 68 sedangkan total nilai tertinggi adalah 272. Total nilai terendah yang diperoleh seluruh mahasiswa adalah 1 x 31 x 68 2.108 sedangkan nilai tertinggi adalah 4 x 31 x 68 8.432. Respon mahasiswa dari klas eksperimen menunjukkan baik/positif. Mahasiswa dapat memilih jawaban yang sesuai dengan tanda centang ( 8730 ) pada setiap item pertanyaan. Skor dapat dipilih dari kurang baik (1) cukup baik (2) baik (3) dan sangat baik (4). Seluruh pertanyaan berjumlah 10 yang terdiri dari enam jenis pertanyaan. Rata-rata respon mahasiswa memperoleh nilai sebanyak 86 6% atau kategori 4 3. Artinya suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata yang kontekstual dapat digunakan sebagai pembelajaran. Penelitian yang pernah dilakukan Pangastuti (2017) menunjukkan bahwa tanggapan mahasiswa tentang pembelajaran Teori Akuntansi dengan muatan etika dengan model kontekstual yang menggunakan variabel kemandirian rata-rata memberi tanggapan baik dengan indikator bahwa PBL dapat memberi pengalaman dalam bekerja kelompok melatih kemampuan mengemukakan pendapat dan melatih berbicara di depan forum dengan katagori rata-rata baik. 12 Penutup Kesimpulan 1. Pengembangan suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata menggunakan model pengembangan Borg Gall dengan sembilan langkah 2. Total nilai yang diperoleh dari validator materi adalah sebesar 78 3% (skor 3 9 atau layak). Total nilai yang diperoleh dari validator Bahasa Indonesia sebesar 70% (skor 3 5 atau cukup layak). Total nilai yang diperoleh dari validator desain pembelajaran adalah secara sebesar 82% (skor 4 1 atau sangat layak).Rata-rata nilai dari ketiga validator adalah 3 8 termasuk kategori layak. 3. Suplemen bahan ajar mampu meningkatkan nilai hasil belajar atau dengan adanya perlakuan maka dapat efektif meningkatkan hasil belajar sebesar 25 68. Selisih hasil belajar antara klas kontrol dan klas eksperimen sebesar 6 05. Beda rata-rata nilai postest antara klas kontrol dan eksperimen 7 65. 4. Suplemen bahan ajar Geografi Pariwisata direspon baik oleh mahasiswa di Jurusan Pendidikan Geografi. Saran 1. Suplemen bahan ajar lebih baik apabila dibuat untuk satu semester 2. Agar hasilnya lebih baik maka perlu untuk diujicobakan ke perguruan tinggi lain Daftar Rujukan
Item Type: | Thesis (Doctoral) |
---|---|
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial (FIS) > Departemen Geografi (GEO) > S3 Pendidikan Geografi |
Depositing User: | library UM |
Date Deposited: | 03 Dec 2018 04:29 |
Last Modified: | 09 Sep 2018 03:00 |
URI: | http://repository.um.ac.id/id/eprint/64896 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |