Karakterisasi contoh spontan berdasarkan interaksi berpikir guru-siswa dalam pembelajaran matematika / Baharullah - Repositori Universitas Negeri Malang

Karakterisasi contoh spontan berdasarkan interaksi berpikir guru-siswa dalam pembelajaran matematika / Baharullah

Baharullah (2017) Karakterisasi contoh spontan berdasarkan interaksi berpikir guru-siswa dalam pembelajaran matematika / Baharullah. Doctoral thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

ABSTRAK Baharullah 2016. Karakterisasi Contoh Spontan Berdasarkan Interaksi Berpikir Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Matematika. Disertasi Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Prof. Drs. Purwanto Ph.D. (II) Dr. Subanji M.Si. (III) Dr. Edy Bambang Irawan M.Pd. Kata kunci Karakteristik Contoh Spontan Interaksi Berpikir Pembelajaran Matematika Pemilihan contoh dalam proses pembelajaran matematika merupakan tugas guru yang menantang membutuhkan banyak pertimbangan terutama dalam memunculkan contoh yang tidak direncanakan atau contoh spontan. Contoh spontan penting dalam pembelajaran matematika karena bisa mengembangkan pola pikir guru dan siswa. Contoh spontan dapat meningkatkan kreativitas guru dalam pembelajaran matematika. Semakin sering guru memunculkan contoh spontan dalam pembelajaran matematika semakin kreatif guru tersebut. Pemberian contoh spontan dalam pembelajaran matematika sering dibutuhkan terutama ketika terjadi trouble dalam proses pembelajaran. Misalnya ketika siswa mengalami trouble jenis tak sambung atau ketika siswa mengalami trouble jenis senjang atau mungkin ketika siswa mengalami trouble jenis sendat dalam proses pembelajaran matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan contoh spontan dari proses interaksi berpikir Guru-Siswa dalam pembelajaran matematika. Subjek dalam penelitian ini adalah guru matematika yang berkualifikasi S1 Pendidikan Matematika pada tingkat SMP sebanyak 15 guru dengan rincian 8 (delapan) guru pemula dan 7 (tujuh) guru berpengalaman. Subjek yang dipaparkan dalam penelitian ini masing-masing diambil 2 (dua) dari delapan guru pemula dan 2 (dua) dari tujuh guru berpengalaman. Pengambilan subjek tersebut berdasarkan frekuensi paling banyak kemunculan contoh spontan untuk masing-masing klasifikasi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan dalam observasi jangka panjang dan dilanjutkan dengan wawancara. Proses pengumpulan data dilakukan pada 4 (empat) sekolah yang berbeda pada tingkat SMP di kota Makassar. Materi matematika yang diajarkan yaitu pada bidang kajian bilangan aljabar geometri dan aritmetika. Bidang kajian tersebut dibahas di kelas VII VIII dan IX. Materi kajian tersebut didasarkan pada perencanaan guru dalam pembelajaran. Dari praktik pembelajaran tersebut ditelusuri adanya contoh spontan. Dalam hal ini contoh spontan terjadi pada pembelajaran materi bilangan aljabar dan aritmetika. Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kamera audio visual (handycam) dan perekam wawancara (recorder). Selama proses pembelajaran berlangsung aktivitas guru direkam menggunakan handycam. Setelah data terkumpul dilakukan transkripsi hasil rekaman selanjutnya data direduksi dengan cara memilih interaksi berpikir guru dengan siswa yang menghasilkan contoh spontan. Wawancara dilakukan terhadap subjek dengan berbasis rekaman video pembelajaran. Kepada subjek diputarkan hasil rekaman tentang pembahasan materi disertai contoh spontan yang dihasilkan lalu rekaman tersebut dihentikan dan dilanjutkan dengan wawancara untuk menelusuri alasan atau pertimbangan subjek memunculkan contoh spontan. Kegiatan analisis data dilakukan secara eksploratif dan berlangsung secara terus menerus sampai datanya jenuh. Kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi informasi baru terkait dengan karakteristik contoh spontan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh spontan dapat dikarakterisasi dalam 3 kategori yaitu pembentukan contoh spontan ilustratif pembentukan contoh spontan klarifikatif dan pembentukan contoh spontan konfirmatif. Pembentukan contoh spontan ilustratif terjadi ketika guru pemula membahas materi mengubah persen bentuk pecahan campuran ke bentuk pecahan biasa. Siswa tidak dapat mengubah pecahan campuran ke pecahan biasa mengakibatkan siswa tidak dapat mengubah persen bentuk pecahan campuran ke bentuk pecahan biasa siswa mengalami trouble jenis tak sambung yaitu pemahaman konsep matematika yang terputus pada faktual dan konseptual. Akibat trouble tersebut guru membentuk contoh spontan berikutnya dan contoh tersebut dijelaskan melalui proses ilustrasi. Demikian pula ketika guru berpengalaman membahas materi sifat pangkat pecahan disertai dengan penjelasan contoh spontan. Siswa salah menempatkan konsep siswa mengalami trouble jenis senjang yaitu perbedaan pemahaman konsep antara guru dan siswa. Akibat trouble yang dialami siswa guru menjelaskan contoh spontan tersebut melalui proses ilustrasi dengan mengilustrasikan beberapa contoh yang berbeda. Contoh spontan klarifikatif terjadi ketika guru pemula membahas materi perpangkatan bilangan bulat -42 dan (-4)2 siswa mengalami trouble jenis senjang yaitu perbedaan konsep (miskonsepsi) pada faktual dan konseptual. Misalnya siswa memahami bahwa konsep operasi -42 dan (-4)2 adalah sama. Akibat trouble yang dialami siswa guru menjelaskan melalui proses klarifikasi. Guru mengklarifikasi bahwa konsep operasi -42 dan (-4)2 berbeda. Demikian pula contoh spontan klarifikatif terjadi ketika guru berpengalaman menjelaskan tentang pangkat bilangan pecahan pengetahuan siswa terhadap sifat pangkat bilangan pecahan hanya melalui hapalan tidak dimaknai. Sehingga ketika siswa menyelesaikan masalah tentang pangkat bilangan pecahan mengalami trouble jenis sendat yaitu pemahaman siswa tersendat atau tidak lancar terhadap konseptual atau prosedural. Akibat trouble yang dialami siswa guru menjelaskan melalui proses klarifikasi. Contoh spontan konfirmatif terjadi ketika guru berpengalaman membahas materi barisan aritmetika yang memiliki beda (b) negatif siswa tidak dapat menyebutkan tiga suku berikutnya siswa mengalami trouble jenis sendat yaitu tidak lancar atau tersendat terhadap pengetahuan konseptual atau pengetahuan prosedural. Demikian pula dalam pikiran siswa bahwa barisan aritmetika selalu linear dari bilangan terkecil ke bilangan terbesar pada urutan suku-suku barisan aritmetika siswa mengalami trouble jenis senjang yaitu pemahaman konsep yang keliru (miskonsepsi). Akibat trouble yang dialami siswa guru membentuk dan menjelaskan contoh spontan barisan aritmetika dari bilangan terbesar ke bilangan terkecil pada urutan suku-suku barisan aritmetika melalui proses klarifikasi.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) > Departemen Matematika (MAT) > S3 Pendidikan Matematika
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 04 Jan 2017 04:29
Last Modified: 09 Sep 2017 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/64520

Actions (login required)

View Item View Item