Perolehan kalimat bahasa Indonesia dalam karangan narasi siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 2 Purwanegara, Purwokerto Utara, Banyumas / Kuntoro - Repositori Universitas Negeri Malang

Perolehan kalimat bahasa Indonesia dalam karangan narasi siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 2 Purwanegara, Purwokerto Utara, Banyumas / Kuntoro

Kuntoro (2016) Perolehan kalimat bahasa Indonesia dalam karangan narasi siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 2 Purwanegara, Purwokerto Utara, Banyumas / Kuntoro. Doctoral thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

ABSTRAK Kuntoro 2015. Perolehan Kalimat Bahasa Indonesia dalam Karangan Narasi Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 2 Purwanegara Purwokerto Utara Banyumas. Disertasi Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing (1) Prof. Dr. H. Suparno (2) Prof. Dr. H. Abdul Syukur Ibrahim (3) Dr. Sunaryo HS S.H. M.Hum Kata Kunci perolehan kalimat narasi siswa sekolah dasar Penelitian ini memaparkan perolehan kalimat bahasa Indonesia siswa kelas III SD Negeri 2 Purwanegara Purwokerto Banyumas dengan fokus pada (1) perolehan kalimat tunggal dan (2) perolehan kalimat majemuk. Penelitian ini bertujuan mengkaji dan mendeskripsikan (1) perolehan kalimat tunggal dan (2) perolehan kalimat majemuk. Data penelitian ini adalah satuan gramatikal kalimat dan klausa yang terdapat pada wacana/teks karangan siswa kelas III SD Negeri 2 Purwanegara Purwokerto. Sumber data penelitian ini adalah karangan narasi siswa kelas III SD Negeri 2 Purwanegara Purwokerto. Data dikumpulkan dengan teknik simak dan catat (baca dan catat) yakni membaca karangan siswa dengan cara saksama dan dilanjutkan dengan mencatat data dalam kartu data. Untuk menjaring data yang tepat digunakan instrumen yang berupa parameter penentuan kalimat tunggal dan kalimat majemuk serta penentuan pola kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Data dianalisis dengan menggunakan metode (1) metode padan yakni menetapkan identitas satuan lingual dengan mengacu pada unsur penentu (a) referensial (b) mitra wicara dan (2) metode agih (metode distribusional) teknik dasar bagi unsur langsung dengan (a) teknik lesap (b) teknik ganti (c) teknik perluas (d) teknik balik dan (e) teknik ubah ujud. Berdasarkan hasil analisis data dapat dikemukakan kesimpulan mengenai perolehan kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Perolehan kalimat tunggal sebagai berikut. Pertama penguasaan kalimat tunggal mencakup pemakaian pola-pola (fungsi dan peran kalimat) kalimat tunggal meliputi (a) pola dasar kalimat tunggal mayor dan (b) pola turunan kalimat mayor (c) pola kalimat minor. Kedua penguasaan pola dasar kalimat tunggal mayor mencakup (1) pola S-P meliputi (a) S/ag-P/ak (b) S/pengl-P/sta (c) S/identr-P/identf (2) pola S-P-O dengan pola peran (a) S/ag-P/ak-O/ps (3) S-P-Pel meliputi (a) S/ag-P/ak-Pel/ps (b) S/ag-P/ak-Pel/lok (c) S/ag-P/ak-Pel/resp (d) S/ag-P/ak-Pel/reslt. Penguasaan pola dasar kalimat tunggal mayor mencerminkan kemampuan menyusun kalimat dengan mengisi dua atau lebih fungsi dan peran sintaktis yang wajib hadir. Ketiga penguasaan pola turunan kalimat tunggal mayor meliputi (1) pola turunan kalimat tunggal mayor dengan perluasan atau penambahan keterangan dan atau pelengkap (2) pola turunan dengan pembentukan pasif. Pola perluasan mencakup (a) perluasan pola S/ag-P/ak (b) perluasan pola S/pengl-P/sta (c) perluasan S/ag-P/ak-O/ps. Penguasaan pola turunan kalimat tunggal mayor merupakan kemampuan pengembangan pola dasar dengan menambah mempermutasikan keterangan dan membentuk kalimat pasif. Keempat pemakaian bentuk pasif tersebut dapat dilihat dari dua segi yakni segi bentuk dan segi pengisian peran subjek. Dari bentuk terdapat pemakaian pasif bentuk di- dan pasif bentuk persona. Dari segi peran subjek diisi peran pasien atau reseptif dan predikat diisi peran pasif. Pola turunan kalimat tunggal mayor dalam bentuk pasif (1) S-P-O (a) S/ps-P/psf-O/ag (b) S/benef-P/psf-O/ps (c) S/benef-P/psf-O1/ps-O2/ag (2) S-P-Ket (a) S/ps-P/psf-Ket/sb (b) S/ps-P/psf-Ket/ins (3) S-P-Pel (a) S/resp-P/psf-Pel/ps (4) Ket-S-P (a)Ket/lok-S/ps-P/psf (5) Ket-S-P-Pel (a) Ket/lok-S/ps-P/psf-Pel/ag (6) Ket-S-P-O-Ket (a) Ket/tem-S/ps-P/psf-O/ag-Ket/tuj. Kelima penguasaan kalimat minor mencakup pola (1) P/sta (2) P/ak dan (3) Pel/ps. Pemakaian kalimat minor mencerminkan kemampuan menyusun kalimat dengan menghadirkan atau melesapkan salah satu fungsi sintaktis. Perolehan kalimat majemuk sebagai berikut. Pertama penguasaan kalimat majemuk mencakup (1) penguasaan pola kalimat majemuk setara (2) kalimat majemuk bertingkat dan (3) kalimat majemuk campuran. Kedua penguasaan pola kalimat majemuk setara rapatan meliputi (1) pola kalimat majemuk setara rapatan predikat (2) pola kalimat majemuk setara rapatan predikat dan objek (3) pola kalimat majemuk setara rapatan predikat dan pelengkap (4) pola kalimat majemuk setara rapatan predikat dan keterangan (5) pola kalimat majemuk setara rapatan keterangan (6) pola kalimat majemuk setara rapatan subjek (7) pola kalimat majemuk setara rapatan subjek dan predikat (8) pola kalimat majemuk setara rapatan subjek dan objek (9) pola kalimat majemuk setara rapatan subjek dan keterangan (10) pola kalimat majemuk setara rapatan subjek predikat dan pelengkap (11) pola kalimat majemuk setara rapatan keterangan dan subjek (12) pola kalimat majemuk setara rapatan keterangan subjek dan predikat (13) pola kalimat majemuk setara rapatan keterangan predikat dan pelengkap (14) pola kalimat majemuk setara rapatan keterangan predikat dan keterangan (15) pola kalimat majemuk setara rapatan keterangan subjek predikat dan keterangan. Penguasaan kalimat majemuk rapatan merupakan kemampuan menggabungkan dua atau lebih klausa yang sederajat kemampuan memilih konjungsi dan merapatkan gagasan/klausa yang sama. Ketiga penguasaan pola kalimat majemuk setara tak rapatan mencakup kemampuan (1) menggabungkan dua klausa setara (2) menggabungkan tiga klausa setara. Penggabungan tersebut menyatakan hubungan penambahan dengan penanda konjungsi dan lalu hubungan pertentangan dengan penanda hubungan tetapi dan hubungan penegasan dengan penanda konjungsi ternyata. Keempat penguasaan pola kalimat majemuk bertingkat mencakup (1) kalimat majemuk bertingkat dengan klausa atasan mendahului klausa bawahan dan (2) kalimat majemuk bertingkat dengan klausa bawahan mendahului klausa atasan. Pembentukan kalimat majemuk bertingkat dengan klausa atasan mendahului klausa bawahan klausa bawahan ditempatkan sebagai pengisi fungsi (1) predikat (2) objek (3) pelengkap dan (4) keterangan. Kalimat majemuk dengan klausa bawahan mendahului klausa atasan klausa bawahan sebagai pengisi fungsi keterangan. Kelima kalimat majemuk campuran merupakan penggabungan dari kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Penyusunan kalimat majemuk campuran mencerminkan kemampuan siswa menggabungkan dua atau tiga gagasan dalam klausa secara setara dan menempatkan gabungan klausa setara sebagai pengisi fungsi lain pada klausa atasan atau sebaliknya.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Sastra (FS) > Departemen Sastra Indonesia (IND) > S3 Pendidikan Bahasa Indonesia
Depositing User: library UM
Date Deposited: 14 Jan 2016 04:29
Last Modified: 09 Sep 2016 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/64307

Actions (login required)

View Item View Item