Tindak tutur irektif guru dalam wacana interaksi kelas anak tunarungu di SLB-B YPTB Malang / Ardianto - Repositori Universitas Negeri Malang

Tindak tutur irektif guru dalam wacana interaksi kelas anak tunarungu di SLB-B YPTB Malang / Ardianto

Ardianto (2012) Tindak tutur irektif guru dalam wacana interaksi kelas anak tunarungu di SLB-B YPTB Malang / Ardianto. Doctoral thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

Kata kunci Tindak direktif interaksi kelas anak tunarungu wacana Fokus penelitian ini adalah pengkajian (a) bentuk (b) fungsi (c) strategi dan (d) keefektifan tindak tutur direktif guru dalam wacana interaksi kelas anak tunarungu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilaksanakan di SMALB-B YPTB Malang. Data penelitian dikumpulkan melalui observasi nonpartisipan secara langsung oleh peneliti sambil melakukan perekeman dan pencatatan (catatan lapangan). Data dianalisis dengan menggunakan model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Berdasarkan analisis data diperoleh temuan penelitian sebagai berikut. Pertama bentuk tindak tutur direktif guru yang direalisasikan dalam wacana interaksi kelas anak tunarungu meliputi tindak tutur direktif modus (a) deklaratif (b) interogatif dan (c) imperatif. Modus deklaratif diwujudkan dalam tuturan pernyataan (a) keinginan (b) keharusan (c) larangan (d) pengizinan (e) ajakan dan (f) kritik. Modus interogatif diwujudkan dalam tuturan pertanyaan (a) permintaan klarifikasi (b) permintaan informasi (c) permintaan konfirmasi (d) bermodus alasan dan (e) permintaan tindakan. Modus imperatif diwujudkan dalam tuturan imperatif (a) perintah (b) suruhan (c) permintaan (d) larangan (e) ajakan (f) saran dan (g) desakan. Berdasarkan pada temuan penelitian tersebut dapat dikemukakan bahwa tindak tutur direktif guru dalam wacana interaksi kelas anak tunarungu diwujudkan secara beragam melalui penggunaan bentuk dengan varian penanda linguistik tertentu sesuai dengan konteks yang melatari wacana interaksi kelas dan kebutuhan komunikasi serta tujuan yang hendak dicapai dalam interaksi kelas. Kedua fungsi direktif guru dalam wacana interaksi kelas anak tunarungu cukup bervariasi. Dalam interaksi lisan dengan siswa di kelas fungsi direktif guru meliputi fungsi (a) memerintah (b) meminta (c) melarang (d) mengizinkan (e) menyarankan (f) menasihati (g) mengajak (h) menegur (i) memancing dan (j) mengarahkan. Berbagai kategori fungsi direktif tersebut masing-masing diwujudkan dengan tuturan imperatif deklaratif atau interogatif dengan varian linguistik yang bervariasi. Penggunaan fungsi direktif guru yang demikian itu terkait erat dengan konteks wacana interaksi kelas. Hal itu berarti bahwa guru dalam wacana interaksi kelas anak tunarungu mempunyai fungsi direktif bervariasi dan mempunyai piranti linguistik dengan variasi tersendiri untuk menyatakan masing-masing fungsi tindak tutur tersebut. Ketiga strategi perealisasian tindak tutur direktif guru dalam wacana interaksi kelas anak tunarungu meliputi (a) strategi langsung dan (b) strategi tidak langsung. Penggunaan strategi langsung tersebut dilakukan untuk menyatakan fungsi direktif (a) memerintah (b) meminta (c) melarang (d) mengizinkan (e) menyarankan (f) menasihati (g) mengajak (h) menegur (i) mengarahkan dan (j) memancing. Dalam hal lain strategi tidak langsung juga digunakan untuk menyatakan fungsi direktif (a) memerintah (b) meminta (c) melarang (d) mengizinkan (e) menasihati (f) mengajak (g) menegur (h) mengarahkan. Berdasarkan temuan penelitian tersebut dapat dikemukakan bahwa bentuk direktif yang merepresentasikan fungsi direktif tertentu direalisasikan secara beragam sesuai dengan konteks yang melatari wacana interaksi kelas dan kebutuhan komunikasi serta tujuan yang hendak dicapai dalam interaksi kelas anak tunarungu. Hal itu berarti pula bahwa guru dalam wacana interaksi kelas anak tunarungu mempunyai strategi penyampaian direktif yang diwujudkan dengan piranti linguistik untuk menyatakan fungsi-fungsi direktifnya dengan gaya kontekstual berbeda-beda. Keempat keefektifan tindak tutur direktif dalam realisasi bentuk fungsi dan strategi kecenderungannya berbeda-beda. Dilihat dari segi modus tuturan modus imperatif dan deklaratif lebih cenderung efektif dibandingkan dengan modus interogatif. Demikian pula perealisasian tindak tutur melalui tuturan yang dikombinasikan dengan isyarat dan komunikasi nonverbal cenderung efektif. Dari segi realisasi fungsi kecenderungan menunjukkan pada umumnya fungsi direktif yang direpsentasikan guru dalam tindak tuturnya efektif. Dari segi realisasi strategi kecenderungan menunjukkan tindak tutur direktif strategi langsung lebih efektif dibandingkan dengan strategi tidak langsung. Berdasarkan temuan penelitian tersebut dapat dikemukakan bahwa semakin langsung atau semakin literal suatu tuturan maka semakin efektif tuturan tersebut. Selain itu semakin tinggi pengkombinasian tuturan dengan isyarat dan kode nonverbal lainnya maka semakin efektif tuturan guru dalam menyampaikan fungsi direktif dalam wacana interaksi kelas anak tunarungu. Secara ringkas hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam wacana interaksi kelas anak tunarungu bentuk tindak tutur direktif yang direalisasikan guru bervariasi dilihat dari segi modus tuturan. Tindak tutur direktif dengan berbagai modus tersebut mengemban fungsi tindak direktif yang berbeda-beda dan diekspresikan melalui strategi bertutur langsung dan tidak langsung serta memiliki keefektifan yang berbeda-beda pula. Semakin langsung atau semakin eksplisit suatu tuturan maka semakin efektif tuturan tersebut. Sebaliknya semakin tidak langsung atau semakin implisit semakin tidak efektif tuturan tersebut. Selain itu semakin tinggi pengkombinasian tuturan dengan isyarat yang dilakukan semakin efektif tuturan guru dalam menyampaikan fungsi direktif kepada siswa di kelas. Sebaliknya semakin rendah pengkombinasian tuturan dengan isyarat yang dilakukan semakin tidak efektif tuturan guru dalam menyampaikan fungsi direktif kepada siswa dalam interaksi kelas. Sesuai dengan hasil penelitian tersebut disarankan hal-hal sebagai berikut. Bagi guru temuan penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam menggunakan tindak tutur yang memperhatikan kekuatan dan kebutuhan anak tunarungu dalam bidang komunikasi. Guru sebagai salah satu pihak yang berperan penting dalam interaksi kelas hendaknya lebih meningkatkan diri dalam penggunaan wujud verbal dengan kalimat-kalimat beragam baik dari struktur sintaksis maupun leksikalnya untuk menyatakan tindak direktif dan penggunaan fungsi tindak direktif yang lebih bervariasi. Selain itu guru juga harus menyediakan konteks yang memadai dalam merepresentasikan tindak tutur direktif kepada siswa dalam interaksi pembelajaran di kelas. Bagi terapis bahasa hasil penelitian dapat dijadikan dasar dalam perencanaan penanganan dan pemberian perlakuan pembelajaran bahasa bagi anak tunarungu. Terapis dapat melatihkan penggunaan wujud verbal dengan kalimat-kalimat beragam baik dari struktur sintaksis maupun leksikalnya untuk menyatakan tindak direktif dan penggunaan fungsi tindak direktif yang lebih bervariasi. Selain itu terapis bahasa hendaknya juga berfokus pada latihan pemenuhan kompetensi pragmatik selain kompetensi linguistik. Bagi peneliti berikutnya dalam rangka replikasi substansi objek kajian dapat diperluas dan metodologi kajiannya dapat dikembangkan.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Sastra (FS) > Departemen Sastra Indonesia (IND) > S3 Pendidikan Bahasa Indonesia
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 29 Oct 2012 04:29
Last Modified: 09 Sep 2012 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/64263

Actions (login required)

View Item View Item