Jamal (2011) Apologi berbahasa Indonesia dalam komunikasi lisan multikultural di Balai Diklat Keagamaan Surabaya / Jamal. Doctoral thesis, Universitas Negeri Malang.
Full text not available from this repository.Abstract
Disertasi. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonsia Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Prof. Dr. H. Ahmad Rofi uddin (II) Prof. Dr. H. Abdul Syukur Ibrahim (III) Dr. H. Sumadi M.Pd. Kata kunci apologi respon pemicu strategi parameter sosiokultural komunikasi multikultural. Apologi merupakan topik yang menarik untuk dikaji karena tidak hanya berkaitan dengan fakta kebahasaan tetapi juga berkaitan dengan fakta sosial. Sebagai fakta kebahasaan apologi berkaitan dengan penerapan prinsip maksim dan situasi tutur. Sebagai fakta sosial apologi berkaitan dengan latar belakang sosiokultural partisipan. Berdasarkan latar belakang itu dilakukan penelitian Apologi Berbahasa Indonesia dalam Komunikasi Lisan Multikultural di BDK Surabaya. Penelitian difokuskan pada (1) wujud verbal apologi (2) jenis apologi (3) pemicu apologi (4) wujud respon apologi (5) bentuk strategi apologi (6) parameter sosiokultural yang berpengaruh. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan ancangan sosiopragmatik. Data penelitian yang berupa tuturan dihasilkan oleh widyaiswara dan peserta diklat dalam suasana kediklatan dikumpulkan dengan observasi partisipasi dan dianalisis secara interaktif. Analisis data yang dilakukan meliputi mengidentifikasi wujud verbal pemicu dan respon apologi mengklasifikasikan berdasarkan kriteria tertentu dan menemukan pola-pola tertentu masalah yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis data ditemukan enam hal sebagai hasil penelitian. Keenam hal tersebut dipaparkan sebagai berikut. Pertama berkaitan dengan wujud verbal ditemukan sembilan pola wujud verbal apologi berdasarkan elemennya. Kesembilan pola wujud verbal itu adalah (a) meminta maaf (b) mengakui kesalahan (c) mengakui kelemahan diri (d) bertanggung jawab (e) menawarkan perbaikan (f) menawarkan penggantian (g) menjamin gangguan tidak terulang lagi (h) memberi penjelasan (i) dan memberi alasan. Wujud verbal apologi dapat hadir secara sendiri-sendiri sebagai apologi tunggal atau hadir secara bergabung bersama sebagai apologi kompleks. Kehadiran wujud verbal apologi berupa gabungan beberapa elemen diperlukan untuk mendampingi tingginya level keabsolutan gangguan yang ditimbulkan. Kedua berkaitan dengan jenis ditemukan pola apologi yang dominan adalah jenis genuini empatik interpersonal yang muncul secara antisipatoris maupun retrospektif. Ke-genuini-an apologi dan ke-empatik-an apologi ini diperlukan untuk mendampingi dan mereduksi tingginya level keabsolutan gangguan yang muncul. Dominasi jenis apologi interpersonal disebabkan oleh dominasi metode ceramah dalam penyampaian materi oleh widyaiswara. Kemunculan apologi mendahului atau mengikuti kemunculan gangguan tidak tergantung pada tinggi atau rendahnya level keabsolutan gangguan. Ketiga berkaitan dengan pemicu elemen pemicu apologi yang dominan adalah berupa pelanggaran norma sosiokultural. Aspek spasial temporal dan perilaku spesifik berpotensial sebagai pemicu munculnya apologi. Aspek itu baru benar-benar dirasakan sebagai elemen pemicu apologi ketika dikaitkan dengan norma sosiokultural yang berlaku. Keempat berkaitan dengan respon secara umum respon penerimaan lebih dominan daripada respon penolakan. Hal ini berkaitan dengan ke-genuini-an ke-empatik-an jenis gangguan yang muncul yang pada umumnya berada pada level keabsolutan rendah dan keakraban antara apologizer-apologizee yang pada umumnya berada pada level tinggi. Di samping itu respon penerimaan apologi pada umumnya disebabkan oleh faktor situasi sosial yaitu situasi kelas diklat. Kelima bentuk strategi yang digunakan ada dua macam yaitu strategi eksplisit dan implisit. Strategi eksplisit yang digunakan adalah minta maaf mohon maaf sorry dan nyuwun ngapura yang diperlukan untuk mendampingi tingginya level keabsolutan gangguan yang timbul dan rendahnya level keakraban antara apologizer-apologizee. Strategi implisit ini dilakukan dengan cara (a) mengakui kesalahan (b) mengakui kelemahan diri (c) menyesali diri (d) menyatakan bertanggung jawab (e) menawarkan perbaikan (f) menawarkan penggantian (g) menjamin gangguan tidak terulang lagi (h) memberi penjelasan atau alasan. Strategi implisit berupa gabungan beberapa strategi implisit diperlukan untuk mendampingi tingginya level keabsolutan gangguan yang ditimbulkan. Keenam berkaitan dengan parameter sosiokultural status sosial kekuasaan relatif level keakraban dan tingginya level keabsolutan gangguan berpengaruh terhadap wujud verbal strategi dan respon apologi. Jika status sosial kekuasaan relatif dan level keakraban terhadap apologizee tinggi apologizer memiliki tiga keuntungan. Pertama apologizer memiliki keleluasaan untuk memilih wujud verbal dan strategi apologi. Kedua level keabsolutan gangguan yang timbul tereduksi. Ketiga apologi yang disampaikan berpeluang besar memperoleh respon berupa penerimaan. Dari keseluruhan proposisi tentang apologi dapat dirumuskan proposisi utama sebagai berikut. Wujud verbal apologi strategi apologi dan respon apologi dipengaruhi oleh level keabsolutan gangguan yang ditimbulkan status sosial kekuasaan relatif dan level keakraban antara apologizer-apologizee. Sesuai dengan hasil temuan tersebut disarankan kepada widyaiswara dan peserta diklat untuk memperhatikan elemen pemicu yang dapat menimbulkan gangguan ketidaknyamanan selama komunikasi multikultural berlangsung. Level keabsolutan gangguan ketidaknyamanan dirasakan berbeda pada masyarakat dengan kultur yang berbeda. Jika kenyamanan terganggu proses komunikasi juga terganggu. Jika proses komunikasi sudah terganggu apologi diperlukan untuk mereduksi level keabsolutan gangguan selama proses komunikasi berlangsung menghilangkan ketidaknyamanan mendukung tercapainya tujuan komunikasi dan memelihara hubungan sosial. Respon penerimaan apologi dipertimbangkan dari level keabsolutan gangguan dan level keakraban apologizer-apologizee. Oleh karena itu penting untuk menjaga keakraban dengan masyarakat sekitar.
Item Type: | Thesis (Doctoral) |
---|---|
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Divisions: | Fakultas Sastra (FS) > Departemen Sastra Indonesia (IND) > S3 Pendidikan Bahasa Indonesia |
Depositing User: | library UM |
Date Deposited: | 12 Sep 2011 04:29 |
Last Modified: | 09 Sep 2011 03:00 |
URI: | http://repository.um.ac.id/id/eprint/64249 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |