Bahtsul masail: representasi budaya pesantren dalam tuturan masyarakat santri / Kholisin - Repositori Universitas Negeri Malang

Bahtsul masail: representasi budaya pesantren dalam tuturan masyarakat santri / Kholisin

Kholisin (2010) Bahtsul masail: representasi budaya pesantren dalam tuturan masyarakat santri / Kholisin. Doctoral thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

Disertasi Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Prof. Dr. H. Abdul Syukur Ibrahim (II) Prof. Dr. H. Dawud M.Pd (III) Prof. Dr. H. Suparno. Kata-kata Kunci bahtsul masail budaya pesantren analisis percakapan etnografi komunikasi Penelitian bahasa dengan perspektif multidisipliner seperti sosiolinguistik pragmatik dan etnografi komunikasi telah cukup banyak dilakukan tetapi belum ada satu pun yang mengambil latar dunia pesantren. Padahal pesantren sebagai sebuah subkultur memiliki pelbagai kekhasan baik dari segi budaya bahasa maupun tindak komunikasi. Di antara fenomena komunikasi khas pesantren adalah bahtsul masail (BM). BM sebagai wacana komunikasi mempunyai kekhasan baik dari segi bentuk tuturan pola gilir tutur strategi tutur maupun makna yang direpresentasikan. Berdasarkan pada pemikiran di atas penelitian ini dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan mengeksplanasi-kan represenasi budaya pesantren dalam tuturan masyarakat santri di forum BM. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan mengeksplanasi-kan (1) representasi wujud tuturan masyarakat santri dalam forum BM (2) representasi strategi tutur masyarakat santri dalam BM dan (3) representasi makna tuturan masyarakat santri di forum BM. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan ancangan analisis percakapan dan etnografi komunikasi. Latar penelitian ini adalah kegiatan BM yang diadakan oleh Forum Musyawarah Pondok Pesantren (FMPP) dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur. Subjek penelitian adalah seluruh peserta BM yang melakukan tindak tutur dalam FBM. Data penelitian berupa tuturan dalam BM beserta unsur nonverbal dan konteksnya. Data diperoleh melalui observasi wawancara dan catatan lapangan. Data dianalisis melalui empat tahap yaitu klasifikasi data reduksi data penyajian data dan penyimpulan. Dari hasil analisis data didapatkan temuan sebagai berikut. Pertama bentuk tuturan masyarakat santri dalam BM terdiri atas tuturan dalam pembukaan inti persidangan dan akhir persidangan. Tuturan di awal sidang meliputi (1) pembacaan mukadimah (2) sapaan kepada peserta sidang (3) pemaparan masalah umum dan (4) pembacaan Al-Fatihah. Tuturan dalam inti persidangan meliputi (1) pemaparan masalah (2) mengemukakan jawaban (3) mempertegas jawaban (4) menyanggah (5) bertanya (6) menyilakan (7) menyarankan (8) menyimpulkan dan (9) memutuskan hasil. Tuturan di akhir sidang berupa kata penutup pembacaan Al-Fatihah dan doa bersama. Gilir tutur dalam BM terbagi atas dua macam yaitu gilir tutur yang beraturan dan gilir tutur yang tidak beraturan. Gilir tutur beraturan adalah gilir tutur yang mengikuti aturan konvensional sidang sedangkan gilir tutur tidak beraturan adalah gilir tutur yang didapatkan dengan cara merebut mencuri dan menyela. Bentuk kesantunan tutur dalam BM meliputi kesantunan verbal dan kesantunan nonverbal. Kedua strategi tutur dalam BM dijelaskan sebagai berikut. Strategi tutur dalam pembukaan sidang meliputi pembacaan mukadimah berbahasa Arab mendahulukan kiai dalam menyapa dan membuka dengan bacaan Al-Fatihah. Strategi tutur dalam inti persidangan dipaparkan sebagai berikut. Strategi pemaparan masalah ada dua yaitu membaca langsung deskripsi masalah dan menghadirkan tenaga ahli. Strategi mengemukakan jawaban ada empat macam yaitu menjawab tanpa basa-basi menjawab dengan penguatan ilustrasi menjawab dengan penguatan analogi dan menjawab dengan penguatan teks dari kitab rujukan. Strategi menyanggah ada empat macam yaitu menyanggah dengan pemarkah negasi menyalahkan pendapat sebelumnya mengungkapkan jawaban lain dan mendukung pendapat yang kontra. Strategi menyilakan ada tiga yaitu menyilakan secara terbuka menyilakan secara tertutup atas permintaan dan menyilakan secara tertutup tanpa diminta. Strategi bertanya meliputi bertanya langsung dan bertanya secara tidak langsung. Strategi menyimpulkan hasil ada dua macam yaitu mengkompromikan semua pendapat tanpa memihak dan mengkompromikan semua pendapat dengan memihak pada salah satu pendapat. Strategi memutuskan hasil sidang ada dua yaitu memutuskan langsung tanpa basa-basi dan menyimpulkan lalu memutuskan. Strategi gilir tutur dalam BM ada dua macam yaitu gilir tutur yang diusahakan dan gilir tutur yang tanpa diusahakan. Strategi kesantunan dalam BM ada tujuh yaitu (1) memberikan pujian kepada Mt (2) tidak memaksakan kehendak (3) memberikan opsi (4) menggunakan kalimat tidak langsung (5) menggunakan ragam bahasa Jawa krama (6) mengucapkan terima kasih sebelum dan/atau sesudah berbicara dan (7) membiarkan Mt berbicara panjang lebar. Ketiga representasi makna tuturan dalam BM meliputi (1) representasi makna bentuk tuturan (2) representasi makna pemilihan kode tutur dan (3) representasi makna gilir tutur. Representasi makna dalam wujud verbal tuturan di awal dan akhir sidang meliputi makna (1) ngalap barokah (2) cinta Rasulullah (3) kecintaan terhadap BA (4) ta dhim dan (5) pemertahanan identitas ke-NU-an. Representasi makna tuturan inti persidangan meliputi makna (1) kesungguhan dalam mencari kebenaran (2) pengakuan keterbatasan ilmu (3) keterbukaan (4) keteguhan terhadap pendirian (5) fanatisme terhadap kitab kuning (6) sikap tawadlu (7) sikap ta dhim (8) sikap tasamuh (9) dominasi power kiyai dan (10) budaya humor. Representasi makna gilir tutur meliputi (1) sikap tawadlu (2) ta dhim (3) tasamuh dan (4) domonasi power kiai. Penelitian ini mempunyai implikasi teoretis terhadap teori-teori analisis percakapan pragmatik sosiolinguistik dan etnografi komunikasi serta implikasi praktis terhadap pelaksanaan pengajaran bahasa dan pembinaan bahasa Indonesia serta terhadap pelaksanaan BM sendiri. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para perancang dan praktisi pendidikan bahasa Indonesia khususnya terkait dengan penganekaraga-man bentuk dan strategi tutur serta makna budaya dalam tindak tutur. Kepada masyarakat pesantren disarankan agar pelaksanaan BM yang sudah baik ditingkatkan menjadi lebih baik terutama dari segi paradigma berpikir dan metode pelaksanaan. Kepada para peneliti bidang bahasa dan budaya disarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut tentang BM dengan berbagai ancangan.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Sastra (FS) > Departemen Sastra Indonesia (IND) > S3 Pendidikan Bahasa Indonesia
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 02 Sep 2010 04:29
Last Modified: 09 Sep 2010 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/64243

Actions (login required)

View Item View Item