Wahyuni, Lilik (2009) Konstruksi jender dalam pertarungan simbolik di media massa / Lilik Wahyuni. Doctoral thesis, Universitas Negeri Malang.
Full text not available from this repository.Abstract
Laki-laki dan perempuan merupakan pelaku praktik konstruksi jender di media massa. Dalam konteks budaya patriarki peran masing-masing pelaku diatur oleh norma patriarki sebagai doxa. Norma patriarki tersebut diinternalisasi menjadi habitus para pelaku sehingga tanpa disadari para pelaku menjalankan peran masing-masing sebagai suatu kewajaran. Akan tetapi penerimaan terhadap doxa tidak berlangsung selamanya. Pendukung doxa kelompok orthodoxa berjuang mempertahankan doxa dan penyerang doxa kelompok heterodoxa berjuang untuk memperebutkan doxa. Pertarungan memperebutkan doxa berlangsung terus menerus dan bergerak dinamis. Kelompok yang terpinggir akan terus berusaha menghancurkan tatanan doxa dan berusaha mengambil posisinya. Pertarungan perebutan doxa yang disertai kesadaran tawar-menawar untuk mendapatkan kekuasaan terbesar tersebut menimbulkan trajektori relasi laki-laki dan perempuan. Fakta sosial tersebut sampai saat ini belum dikaji secara komprehensif. Oleh karena itu penelitian yang berjudul Konstruksi Jender dalam Pertarungan Simbolik di Media Massa dipandang layak untuk dilakukan. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh eksplanasi tentang konstruksi jender dalam pertarungan simbolik di media massa. Tujuan umum tersebut dirinci menjadi tiga tujuan khusus yaitu untuk memperoleh eksplanasi tentang (1) bentuk verbal konstruksi jender yang terdiri atas bentuk eufimisasi dan bentuk sensorisasi konstruksi jender dalam pertarungan simbolik di media massa (2) habitus pelaku konstruksi jender dalam pertarungan simbolik di media massa yang terdiri atas sikap dan pola pikir pelaku konstruksi jender dalam pertarungan simbolik di media massa dan (3) arena konstruksi jender dalam pertarungan simbolik di media massa yang terdiri atas arena pemertahanan doxa arena penyerangan doxa dan arena trajektori pelaku konstruksi jender dalam pertarungan simbolik di media massa. Berdasarkan tujuan dan objek penelitannya teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori praktik multidisipliner dari teori praktik Bourdieu perubahan sosial Fairclough dan teori perencanaan teks Wodak. Ketiga teori tersebut digunakan untuk mengkaji bentuk verbal habitus dan arena konstruksi jender dalam pertarungan simbolik di media massa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif metode analisis wacana dan rancangan hermeneutika Ricoeur. Pendekatan kualitatif digunakan karena fenomena konstruksi jender dalam pertarungan simbolik di media massa disajikan dalam bentuk verbal bukan angka-angka. Dalam melakukan kajian peneliti perperan sebagai instrumen kunci baik dalam pengumpulan data maupun dalam menafsirkan data. Metode analisis wacana digunakan karena bahasa disikapi sebagai praktik pemertahanan penyerangan dan trajektori doxa yang membentuk habitus dan arena. Penelitian ini menyikapi bahasa dalam konteks sosial budaya yang melingkupinya. Rancangan hermeneutika digunakan karena penelitian ini memandang fenomena konstruksi jender sebagai peristiwa yang diaktualisasikan dalam kalimat. Data penelitian ini terdiri atas (1) ujaran wartawan khalayak media dan partisipan publik (2) catatan wawancara dan (3) rekaman dialog di televisi. Ketiga jenis data tersebut dikumpulkan melalui teknik dokumentasi wawancara dan rekaman. Data yang terkumpul dianalisis melalui tahap deskripsi untuk menganalisis ujaran tahap interpretasi untuk menganalisis proses kognitif dan tahap eksplanasi untuk menganalisis fakta sosial. Dari hasil analisis diperoleh temuan penelitian sebagai berikut. Pertama bentuk verbal konstruksi jender di media massa terdiri atas bentuk eufimisasi dan bentuk sensorisasi. Bentuk eufimisasi merupakan bentuk penghalusan bahasa sehingga kekerasan simbolik tidak dapat dikenali sedangkan bentuk sensorisasi merupakan bentuk pemilihan bahasa yang melestarikan semua bentuk nilai moral kehormatan . Bentuk eufimisasi dan bentuk sensorisasi dapat dilihat dari diksi dan gaya ujaran penutur. Diksi eufimisasi terdiri atas diksi yang mengkonstruk kepercayaan kewajiban kesetiaan sopan santun pemberian hutang pahala atau belas kasihan. Gaya ujaran eufimisasi terdiri atas gaya penggantian penetralan makna umum dan pendefinisian distingtif. Diksi sensorisasi terdiri atas diksi yang melestarikan nilai kesantunan kesucian dan kedermawanan yang dipertentangkan dengan moral rendahan seperti kekerasan kriminal ketidakpantasan asusila dan kerakusan. Gaya ujaran sensorisasi terdiri atas gaya promosi produksi ilusi kemandirian mengorbanan kelompok lain dan membanggaan pendahulu. Kedua habitus pelaku konstruksi jender merupakan hasil internalisasi eksterior terhadap wacana di media massa dalam konteks budaya patriarki yang direalisasikan dalam sikap dan pola pikir laki-laki dan perempuan terhadap peran sosial mereka. Sikap pelaku pertarungan simbolik di media massa meliputi sikap ekstrem sikap multifleksitas sikap konsisten sikap relasional sikap sepadan dan sikap ambivalen laki-laki dan perempuan. Pola pikir pelaku pertarungan simbolik di media massa meliputi pola pikir birokratik pola pikir optimistik pola pikir realistik pola pikir taoisme pola pikir mandiri dan pola pikir perfeksionistik. Ketiga arena konstruksi jender di media massa terdiri atas arena-arena lain yang lebih kecil yang meliputi arena pemertahanan doxa arena penyerangan doxa dan arena trajektori doxa. Dalam arena pemertahanan doxa terjadi praktik pelestarian ideologi patriarki dan pelestarian kelas sosial laki-laki dan perempuan. Pelestarian ideologi dilakukan melalui pelestarian dominasi laki-laki dengan penggunaan wacana pemujaan diri dan penggunaan wacana machoisme sedangkan pembatasan karakter perempuan dilakukan melalui peredaman sikap kritis perempuan pemberian beban ganda perlakuan kekerasan terhadap perempuan dan pengeksploitasian tubuh perempuan. Pelestarian kelestarian kelas sosial dilakukan melalui pensubordinasian dan pemarjinalan. Dalam arena penyerangan doxa terdapat praktik perebutan ideologi yang dilakukan melalui pengangkatan isu pluralisme peningkatan modal perempuan penyadaran sosio-kultural serta penegakan HAM dan supremasi hukum. Dalam arena trajektori terjadi praktik penyesuaian yang dilakukan dengan melalui perubahan ideologi dan penginternalisasian kesadaran bercabang. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya peneliti memberi saran-saran yang ditujukan kepada para guru dan dosen bahasa Indonesia para peneliti dan pemerhati bahasa Indonesia dan para psikolog sebagai berikut. Kepada guru dan dosen bahasa Indonesia disarankan agar memanfaatkan hasil penelitian ini untuk merancang pembelajaran multikultural yang menghargai perbedaan peserta didik. Selain itu guru harus menciptakan budaya komunikasi multiarah dan dialogis sehingga memperbesar peluang setiap peserta didik untuk mengaktualkan diri masing-masing. Kepada peneliti selanjutnya disarankan agar mengembangkan objek teori dan instrumen penelitiannya sehingga dapat menghasilkan teori yang lebih mapan agar bisa dimanfaatan untuk melakukan kontrol terhadap media massa. Kepada khalayak media massa disarankan agar mampu memanfaatkan media massa untuk memproduksi ideologi kesetaraan. Kepada para psikolog disarankan agar mampu meredam pertarungan laki-laki dan perempuan sehingga terjadi relasi positif antara laki-laki dan perempuan.
Item Type: | Thesis (Doctoral) |
---|---|
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Divisions: | Fakultas Sastra (FS) > Departemen Sastra Indonesia (IND) > S3 Pendidikan Bahasa Indonesia |
Depositing User: | library UM |
Date Deposited: | 03 Jul 2009 04:29 |
Last Modified: | 09 Sep 2009 03:00 |
URI: | http://repository.um.ac.id/id/eprint/64219 |
Actions (login required)
View Item |