Implementasi kebijakan rintisan sekolah bertaraf International (Studi multisitus pada tiga Sekolah Menengah Atas Negeri di Bali) / Ni Putu Suwardani - Repositori Universitas Negeri Malang

Implementasi kebijakan rintisan sekolah bertaraf International (Studi multisitus pada tiga Sekolah Menengah Atas Negeri di Bali) / Ni Putu Suwardani

Suwardani, Ni Putu (2010) Implementasi kebijakan rintisan sekolah bertaraf International (Studi multisitus pada tiga Sekolah Menengah Atas Negeri di Bali) / Ni Putu Suwardani. Doctoral thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

ABSTRAK Suwardani Ni Putu. 2009. Implementasi Kebijakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi Multsitus pada Tiga Sekolah Menengah Atas Negeri di Bali). Disertasi Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Prof. Dr. Willem Mantja M.Pd (II) Prof. Dr. Ibrahim Bafadal M.Pd dan (III) Prof. H. Ahmad Sonhadji K.H. M.A. Ph.D. Kata-kata kunci kebijakan pendidikan sekolah bertaraf internasional sekolah menengah atas. Munculnya kebijakan Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional (R-SMA BI) merupakan salah satu program pemerintah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan peningkatan daya saing secara nasional dan internasional pada jenjang SMA. Program ini digulirkan sebagai bentuk kesiapan masa depan bangsa menghadapi persaingan melalui penyelenggaraan pendidikan bertaraf internasional. Pendidikan bertaraf internasional adalah pendidikan yang selain mampu mencapai standar mutu nasional dan internasional juga memiliki daya saing tinggi dalam hal hasil-hasil pendidikan (output dan outcomes) proses maupun input sekolah. Secara umum keberadaan R-SMA BI dibandingkan dengan SMA pada umumnya terletak pada kurikulum silabus proses pembelajaran dan manajemennya yang semuanya diarahkan bertaraf atau berstandar internasional. Penelitian ini dilakukan di tiga SMA Negeri di Bali yaitu di SMANSA Kota Budaya di FOURSMA Kota Budaya dan di SMANSA Denbukit. Gambaran tentang bagaimana sekolah-sekolah tersebut mengimplementasi kebijakan R-SMA BI ada empat hal yang dideskripsikan dalam fokus yaitu (1) Proses implementasi kebijakan R-SMA BI yang meliputi (a) sosialisasi (b) pembagian tugas dan (c) pemetaan kurikulum (2) Kesiapan sumber daya dalam implementasi kebijakan R-SMA BI (3) Perubahan di sekolah dalam implementasi kebijakan R-SMA Bl meliputi (a) strategi pembelajaran dan (b) manajemen sekolah dan (4) Peran agen perubahan dalam implementasi kebijakan R-SMA BI. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan rancangan studi multisitus dan metode komparatif konstan. Data dikumpulkan dengan menggunakan wawancara mendalam observasi berperan serta dan teknik dokumentasi. Informan dipilih dengan menggunakan teknik purposif yang dipadukan dengan teknik snowball sampling. Informan kunci dalam penelitian ini adalah kepala sekolah pada ketiga latar. Data yang terkumpul melalui berbagai teknik tersebut diperiksa dan dilakukan reduksi data penyajian data dan verifikasi data. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan menggunakan kredibilitas transferabilitas dependabilitas dan konfirmabilitas. Begitu data secara keseluruhan selesai diperiksa data yang terkumpul dianalisis dengan analisis dalam situs (situs tunggal) maupun analisis lintas situs. Melalui penelitian ini diperoleh temuan-temuan teoritik sebagai berikut. Pertama proses implementasi kebijakan R-SMA BI di sekolah diawali dengan melakukan penguatan kelembagaan dengan cara (1) pengenalan ide kebijakan melalui kegiatan sosialisasi secara berkesinambungan kepada warga sekolah terutama kepada guru-guru dan stakeholders lainnya. (2) guna mempermudah implementasi kebijakan dilakukan pembagian tugas dengan membentuk tim pengembang sekolah memantapkan fungsi MGMP sekolah dan menetapkan fasilitator mata pelajaran (3) pemetaan kurikulum untuk menambah komponen X dalam KTSP dilakukan dengan cara adaptasi dan/atau adopsi kurikulum internasional. Kedua kesiapan sumber daya ada dua yaitu sumber daya manusia dan ketersediaan fasilitas (sarana dan prasarana). Secara kuantitas sumber daya manusia telah terpenuhi dan siap mengimplementasikan kebijakan tetapi secara kualitas belum memadai terutama dari kemampuan bahasa Inggris dan kemampuan guru menggunakan ICT yang belum maksimal dan terus dilakukan pengembangan kapasitas guru. ICT untuk penguatan manajemen cukup memadai tetapi ICT untuk media pembelajaran pada kelas-kelas internasional sudah tersedia namun belum lengkap dan secara bertahap diupayakan pengadaannya termasuk untuk laboratorium. Kelengkapan prasarana cukup memadai dan kondusif untuk mengimplementasikan kebijakan. Kesiapan guru banyak dipengaruhi oleh faktor kelembagaan seperti kepemimpinan kepala sekolah dan suasana sekolah serta faktor individual guru seperti pemahamannya tentang ide kebijakan komitmen dan kemauan menerima dan melaksanakan kebijakan termasuk aspek pengetahuan dan kemampuan guru. Ketiga perubahan di sekolah dalam strategi pembelajaran telah mengalami perubahan terlihat dari penggunaan bilingual (bahasa Inggris dan bahasa Indonesia) dan berusaha memanfaatkan ICT secara optimal. Pembelajaran terkadang dilakukan dalam bentuk team teaching dengan fasilitator maupun dengan native speaker s dari lembaga mitra (sister school). Untuk menghindari kesalahan penyampaian dan pemahaman siswa tentang materi ajar yang perlu mendapat penekanan guru menjelaskan dengan bahasa Indonesia dalam bentuk ceramah. Guru berupaya mengaktifkan seluruh potensi siswa dengan tugas-tugas individual diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Dalam hal manajemen sekolah menerapkan MBS dan telah dilakukan penguatan manajemen dengan menggunakan ICT baik dalam pengaksesan penyimpanan maupun informasi data. Keempat keberhasilan implementasi kebijakan berkat peran agen-agen perubahan internal dan eksternal. Kepala sekolah dan guru-guru berperan sebagai agen perubahan internal. Kepala sekolah sebagai penyampai informasi pembagi tugas melakukan supervisi memberi layanan konsultasi. Guru-guru berperan sebagai penular informasi pemecah masalah bagi dirinya dan sekolah. Agen perubahan eksternal seperti Dirjen PSMA fasilitator native speaker Dinas Pendidikan komite sekolah. Berdasarkan temuan-temuan disarankan kepada (1) kepala sekolah agar memahami ide dasar dan patokan-patokan operasional kebijakan memperluas jaringan kemitraan (sister school) melakukan penguatan manajemen berbasis ICT serta mengembangkan kemampuan profesional di bidang kekepalasekolahan (2) guru-guru agar terus meningkatkan kualitas layanan profesional dalam pembelajaran bertaraf internasional (3) tim pengembang sekolah bekerja dengan sungguh-sungguh sesuai dengan pagu (4) pemerintah memberi dukungan komitmen kelembagaan (5) agen perubahan internal dan eksternal meningkatkan layanan dengan mencari informasi-informasi dan prosedur-prosedur baru bagi kemudahan implementasi kebijakan dan (6) dilakukan penelitian lanjut dengan mengembangkan fokus dan memilih situs lain untuk membangun teori pengembangan sekolah khususnya tentang kebijakan R-SMABI.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) > Departemen Administrasi Pendidikan (AP) > S3 Manajemen Pendidikan
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 11 Feb 2010 04:29
Last Modified: 09 Sep 2010 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/63824

Actions (login required)

View Item View Item