Analisis financial literacy mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang / Yogi Dwi Satrio - Repositori Universitas Negeri Malang

Analisis financial literacy mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang / Yogi Dwi Satrio

Satrio, Yogi Dwi (2012) Analisis financial literacy mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang / Yogi Dwi Satrio. Masters thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

Kata Kunci Financial Literacy Pendidikan Ekonomi I. PENDAHULUAN Financial literacy atau lebih dikenal dengan pengetahuan dalam pengaturan keuangan adalah salah satu perilaku ekonomi yang berkembang di masyarakat dengan sadar ataupun tidak sadar telah dijalani selama bertahun-tahun. Financial literacy merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang agar terhindar dari masalah keuangan. Financial literacy dapat diartikan sebagai pengetahuan keuangan dengan tujuan mencapai kesejahteraan (Lusardi Mitchell 2007). Berdasarkan pengertian yang mendasari Australian Securities Investments Commission (report 229 March 2011) memahami financial literacy yang juga merupakan pengertian internasional adalah The definition originally developed in the United Kingdom and appearing in the Australian ANZ national adult financial literacy surveys (ANZ surveys) of 2003 2005 and 2008.6 The definition was also recently adopted by New Zealand The ability to make informed judgements and to take effective decisions regarding the use and management of money . Bukti empiris Lusardi dan Mitchell (2006 2008 2009) menemukan bahwa terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam membuat keputusan keuangan dan laki-laki lebih baik karena memiliki pengetahuan keuangan yang lebih tinggi. Di lain tempat Ibrahim Harun dan Isa (2009) menemukan bahwa mayoritas mahasiswa di Malaysia memiliki pengetahuan keuangan (financial literacy) yang kurang tinggi dan hal ini dapat menyebabkan tidak terarah dengan tepat pada saat membuat keputusan keuangan setiap hari. Orton (2007) memperjelas dengan menyatakan bahwa literasi keuangan menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan seseorang karena literasi keuangan merupakan alat yang berguna untuk membuat keputusan keuangan yang terinformasi namun dari pengalaman-pengalaman di berbagai negara masih menunjukkan relatif kurang tinggi. Byrne (2007) juga menemukan bahwa pengetahuan keuangan yang rendah akan menyebabkan pembuatan rencana keuangan yang salah dan menyebabkan bias dalam pencapaian kesejahteraan di saat usia tidak produktif lagi. Kesulitan keuangan bukan hanya kurangnya dari pendapatan semata kesulitan keuangan juga dapat muncul jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan keuangan (miss-management) seperti kesalahan penggunaan kredit dan tidak adanya perencanaan keuangan. Keterbatasan finansial dapat menyebabkan stress dan rendahnya kepercayaan diri. Memiliki financial literacy merupakan hal vital untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera dan berkualitas. Lebih lanjut dijelaskan bahwa financial literacy bersama-sama dengan lingkungan tempat tinggal kemampuan membaca keadaan ekonomi merupakan kunci untuk menjadi konsumen yang cerdas. Baik orang kaya atau miskin pandai atau bodoh tua atau muda semua memiliki persamaan kalau sudah sampai pada urusan uang. Kita semua menggunakan uang. Jumlah uang yang dimiliki dan bagaimana cara kita menggunakan uang memang berbeda satu sama lain. Namun yang pasti di dunia ini kita semua memerlukan uang. Kegiatan mengelola keuangan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi sehari-hari hingga hingga proses persiapan jangka panjang dalam bentuk tabungan juga merupakan bagian dari financial literacy. Fenomena yang ada dalam masyarakat yang ada sekarang adalah Pola hidup konsumtif yang tidak proposional yang tidak sesuai dengan kemampuan pendapatan dan kondisi keuangan yang akhirnya akan menyebabkan kegagalan finansial. Seperti kredit macet yang bersumber dari kartu kredit menunjukkan peningkatan sebagaimana yang tercermin dari NPL (Non Performing Loan ) kartu kredit tahun 2007 sebesar 11 85% yang meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 8 96%. Fenomena tingginya angka kredit macet ini menunjukkan indikasi rendahnya financial literacy sebagian masyarakat kita sebagaimana yang dinyatakan pada cetak biru edukasi masyarakat di bidang perbankan (2007) bahwa baseline survey tingkat literacy dan pemahaman masyarakat terhadap produk keuangan dan perbankan tahun 2006 memberikan kesimpulan bahwa edukasi kepada masyarakat di bidang keuangan dan perbankan sangat diperlukan . Fenomena yang ada dikalangan mahasiswa dilingkungan fakultas ekonomi terutama mahasiswa yang mengatur kebutuhan konsumsinya secara mandiri dari hasil pendapatan dari orang tua maupun mandiri mereka menjalani berbagai kegiatan ekonomi yang tidak proporsional. Kecenderungan ini terlihat dari tidak adanya pembentukan skala prioritas atas kegiatan ekonominya seperti pola konsumsinya yang kurang terprogram dan tidak ada pertimbangan konsumsi dan pertimbangan akan kebutuhan lain-lainnya. Terkadang pula dalam pemenuhan hasratnya akan suatu barang mereka cenderung untuk mengurangi alokasi atas kebutuhan pokok mereka. Selain itu keadaan lingkungan pertemanan didukung dengan banyaknya fasilitas-fasilitas hiburan dan wisata kuliner yang menggiurkan sedikit banyak memberi dampak terhadap pengaturan keuangan dan pola konsumsi mahasiswa pada umumnya. Rasa sungkan dan persaingan dalam pertemanan terkadang juga membuat pola konsumsi yang tidak rasional dan di akhirnya akan mempengaruhi keadaan finansial sendiri. Pertanggung jawaban finansial kepada orang tua yang tidak terpenuhi disinyalir pula dapat menyebabkan keterlambatan anak dalam memahami apa pentingnya pengaturan keuangan sendiri. Pendidikan finansial tidak hanya mampu membuat Anda menggunakan uang dengan bijak namun juga dapat memberi manfaat pada ekonomi. Jadi konsumen yang memiliki financial litearcy bagus akan mampu menggunakan uang sesuai dengan apa yang mereka butuhkan sehingga ini akan mendorong para produsen untuk membuat produk atau jasa yang lebih sesuai dengan kebutuhan konsumen dan mendorong konsumen untuk membelanjakan uangnya sesuai dengan kebutuhan mereka secara rasional. Sebuah penelitian di Australia pernah mengungkapkan bahwa peningkatan pendidikan finansial pada 10% populasi akan berpotensi meningkatkan ekonomi Australia sebesar 6 miliar dollar Australia per tahun dengan cara membuka 16.000 lapangan kerja baru. Itu semua bisa terjadi karena orang sudah semakin sadar akan pentingnya mengatur keuangan dan bagaimana memanfaatkannya untuk masa depan. Karena itulah seharusnya anak-anak sekolah sudah dibekali dengan pendidikan finansial agar nantinya mereka bisa punya kontrol atas uang yang mereka miliki. Karakteristik belajar ini menurut Bernard ( 1971) tidak timbul dengan tiba-tiba/spontan melainkan timbul sebagai akibat dari proses partisipasi pengalaman kebiasaan diri waktu belajar dan bekerja dan sikap-sikap lainnya. Secara individual motivasi dianggap sebagai suatu yang berhubungan dengan adanya kebutuhan insani. Maksudnya adalah seseorang termotivasi untuk mengatur keuangan kalau hasil aktifitasnya itu memenuhi kebutuhannya. Kriteria pemuas kebutuhan sendiri dijelaskan oleh Maslow (dalam Elliot et. al 1996 334-335 Maslow 1997) yang dirumuskan sebagai berikut 1) self actualization 2) self esteem 3) love and belonging 4) safety 5) physiological needs. II METODE A. JENIS DAN SUMBER DATA Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendeketan fenomenologi. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini lebih bersifat natural deskriptif dan induktif. Natural bermakna bahwa latar penelitian merupakan sumber data langsung yang alami sehingga peneliti harus mampu masuk secara langsung ke latar penelitian yaitu mahasiswa di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Sifat deskriptif dapat diartikan bahwa data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar-gambar sehingga untuk memberikan dukungan terhadap uraian yang disajikan dalam laporan penelitian diungkapkan kutipan-kutipan dari data sebagai hasil pengungkapan responden. Pencarian data dalam penelitian ini bukan untuk membuktikan atau menolak hipotesis melainkan membuat abstraksi ketika fakta-fakta khusus telah terkumpul dan dikelompokkan bersama-sama yang bermakna bahwa analisis dalam penelitian ini bersifat induktif. Lokasi penelitian ini adalah Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang sebagai lembaga penyelenggara pendidikan tinggi bidang ekonomi. Sumber data dalam penelitian ini tidak ditentukan jumlahnya melainkan berdasar pada snowball sampling. Subjek penelitian adalah mahasiswa yang terdaftar pada fakultas ekonomi di jurusan masing-masing dengan alasan bahwa mahasiswa fakultas ekonomi telah mempelajari segala aspek ekonomi termasuk didalamnya materi tentang ekonomi secara mendalam akuntansi pengantar dan pengantar manajemen yang diharapkan lebih dapat mengkombinasikan antara teori dengan praktek dalam kehidupan keseharian khususnya dalam pengaturan keuangan pribadinya. B. ANALISIS DATA Analisis data pada penelitian kualitatif pada dasarnya telah dimulai pada saat peneliti memasuki latar penelitian bahkan ketika studi pendahuluan dilakukan tetapi secara umum dimulai ketika menelaah data tersedia. Data yang diperoleh dari wawancara dan pengamatan dapat berupa catatan transkrip rekaman wawancara dokumen resmi dan dokumen pribadi yang selanjutnya dipelajari dan ditelaah. Langkah berikutnya mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan cara membuat abstraksi yang berisi rangkuman inti proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga agar tetap berada dalam konteks penelitian. Berikutnya data disusun dalam satuan-satuan yang selanjutnya dikategorisasikan. Bersamaan dengan pengkategorisasian data dilakukan pula koding. Tahap selanjutnya pemeriksaan kebebasan data kemudian disusul dengan penafsiran dan pemaknaan dari data tersebut. Kemungkinan akan adanya data baru dalam penelitian mengharuskan adanya keterbukaan dalam analisis data. Proses analisis data dilakukan secara terus menerus (cyclical) sejak peneliti memasuki lapangan sampai kegiatan penelitian ini berakhir. Kegiatan penelitian ini tidak terlepas dari empat kegiatan berikut (1) pengumpulan data (2) reduksi data (3) penyajian data (4) penyimpulan/ verifikasi. Proses analisis data tersebut dapat digambarkan dalam model berikut Validasi terhadap penelitian perlu dilakukan dalam upaya memperoleh kredibilitas hasil penelitian antara lain 1. Perpanjangan waktu pengamatan 2. Triangulasi 3. Member check 4. Audit trail 5. Expert opinion Penelitan ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut 1. Tahap pra lapangan Menyusun rancangan penelitian (proposal dan instrumen penelitian) Memilih lapangan penelitian Mengurus perizinan Menyiapkan perlengkapan penelitian 2. Tahap pekerjaan lapangan Membatasi latar penelitian Pengumpulan data Pengecekan keabsahan data 3. Tahap analisis data Analisis data Penyusunan laporan penelitian III HASIL PENELITIAN A. Financial Literacy Mahasiswa Yang Berorientasi Pada Kebutuhan Konsumsi Produksi Radar diatas menjelaskan bahwa kondisi ideal literasi financial seseorang adalah pada garis hijau dimana seseorang memiliki literasi financial yang diimbangi oleh kearifan atas keputusannya secara optimal. Mahasiswa dengan financial literacy pada kondisi U 3 M 2 dan IJ 2 memiliki kemampuan terbaik didasarkan pada pengalaman kegiatan atas pengelolaan dan penggunaan dananya. (M 2) Keadaan ini responden sudah pada konteks pengelolaan terbilang tinggi karena pola pikir responden lebih condong pada hasratnya untuk meraih segala hal yang dia impi-impikan (berproduksi). (U 3) dalam penggunaan dananya mahasiswa cenderung untuk menyiapkan terobosan-terobosan untuk meningkatkan pendapatannya tanpa mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan pentingnya secara individual. Sedangkan pada konteks kearifan (IJ 2) mahasiswa pada tipe ini sudah memiliki perhatian terhadap lingkungan sekitarnya sebelum membuat keputusan karena segala keputusan akan berdampak pada lingkungannya. Mahasiswa pada tipe ini sebenarnya sudah memiliki kesadaran keaksaran dalam menggunakan dan menggunakan dana hanya saja kurang memiliki keterampilan dalam pengelolaannya tapi terbilang sudah aman dari resiko-resiko kegagalan pengelolaannya. B. Motif Financial Literacy Mahasiswa Yang Berorientasi Pada Kebutuhan Konsumsi Produksi Radar diatas menjelaskan bahwa kondisi ideal literasi financial seseorang adalah pada garis hijau dimana seseorang memiliki literasi financial yang diimbangi oleh kearifan atas keputusannya secara optimal. Mahasiswa dengan financial literacy pada kondisi U 2 M 1 dan IJ 2 memiliki kemampuan sedang didasarkan pada pengalaman kegiatan atas pengelolaan dan penggunaan dananya. (M 1) Keadaan ini responden sudah pada konteks pengelolaan terbilang sedang karena pola pikir responden lebih condong pada hasratnya untuk meraih segala hal yang dia impi-impikan dalam bentuk barang konsumsi tanpa memperhatikan cara pendapatannya bisa menjadi pendapatan yang bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya (pendapatan tambahan) tanpa harus dihadapkan pada pilihan keputusan konsumsi. (U 2) dalam penggunaan dananya mahasiswa cenderung teliti dan selektif dalam membuat keputusan konsumsi yang didasari tingkat kebutuhan dan kebermanfaatan barang konsumsi tersebut. Sedangkan pada konteks kearifan (IJ 2) mahasiswa pada tipe ini sudah memiliki perhatian terhadap lingkungan sekitarnya sebelum membuat keputusan karena segala keputusan akan berdampak pada lingkungannya. Mahasiswa pada tipe ini sebenarnya sudah memiliki kesadaran keaksaran dalam menggunakan dan menggunakan dana hanya saja kurang memiliki pertimbangan jangka panjang dan keterampilan dalam pengelolaannya sehingga terbilang terancam resiko-resiko kegagalan pengelolaannya. C. Financial Literacy Mahasiswa Yang Berorientasi Penggunaan Dana Untuk Kebutuhan Konsumsi Radar diatas menjelaskan bahwa kondisi ideal literasi financial seseorang adalah pada garis hijau dimana seseorang memiliki literasi financial yang diimbangi oleh kearifan atas keputusannya. Mahasiswa dengan financial literacy pada kondisi U 0 M 0 dan IJ 0 memiliki kemampuan terendah didasarkan tipe lainnya. (M 0) mahasiswa pada tipe ini cenderung tidak pernah memiliki pengalaman dalam pengelolaan keuangan hal ini disebabkan oleh kurang terbukanya orang tua untuk menerima pertumbuhan anak dengan kemandiriannya sehingga anak cenderung dimanja dan mendapat perlakuan seperti anak kecil yang dibiasakan dituntun saja. (U 0) dalam penggunaan dananya mahasiswa sudah memiliki perhatian dalam benakknya hanya saja kurang memiliki kontrol terhadap emosi konsumsinya. Sedangkan pada konteks kearifan (IJ 0) kalahnya pribadi dengan emosi pada mahasiswa tipe ini membuat responden tidak begitu memperdulikan pendapat orang lain kecuali orang tua hanya saja ketika dia jauh dari orang tua mereka cenderung menjalani apa yang sudah dia idam-idamkan tanpa ada pertimbangan apapun.. Mahasiswa pada tipe ini sebenarnya sudah memiliki kesadaran keaksaran dalam menggunakan dan menggunakan dana hanya saja tidak mampu mengalahkan emosi konsumsi dalam penerapannya. D. Lingkaran Motivasi Mengelola Keuangan Keluarga sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insani (manusiawi) terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya responden. Apabila mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu maka keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan bagi pengembangan kepribadian. Selain itu kondisi lingkungan pertemanan sedikit banyak juga membantu responden untuk mengadobsi perilaku-perilaku ekonomi yang berkembang. Secara internal kecenderungan ingin mendapat pengakuan kemandirian (motif prestasi) dari khalayak mendorong responden untuk bertindak progressive mencapai tujuan ekonomi masing-masing. Konteks tujuan ekonomi yang terbentuk dalam masyarakat secara umum adalah tercapainya tata keteraturan ekonomi yang mencapai pada kemakmuran. Di lain pihak ada pula motif sosial (motif afiliasi) yang secara moril mendorong beberapa responden untuk berbuat lebih baik dalam keuangannya. Perasaan sungkan kurang nyaman dengan keadaan ekonomi orang lain menggugah responden untuk berkaca dan memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan keuangannya. Selain itu keterbatasan responden untuk mencapai kepuasan ekonomi juga disinyalir menjadi faktor pendorong perubahan kondisi financial literacy responden. Seperti yang diungkapkan oleh Mc Clelland dalam teori kebutuhan berprestasi (mendapat pengakuan) dijelaskan bahwa yaitu Need for Achievement is related to the difficulty of tasks people choose to undertake. Those with low N-Ach may choose very easy tasks in order to minimise risk of failure or highly difficult tasks such that a failure would not be embarrassing. Those with high N-Ach tend to choose moderately difficult tasks feeling that they are challenging but within reach. People high in N-Ach are characterised by a tendency to seek challenges and a high degree of independence. Their most satisfying reward is the recognition of their achievements. Sources of high N-Ach include (1)Parents who encouraged independence in childhood (2) Praise and rewards for success (3) Association of achievement with positive feelings (4) Association of achievement with one s own competence and effort not luck (5)A desire to be effective or challenged (6) Intrapersonal Strength. Harapan responden pencapaian keberhasilan (sesuai tujuan masing-masing) disinyalir menjadi pendorong terbesar untuk mendapat pengakuan atas keberhasilan mengelola keuangan di sisi penanggulangan resiko efisiensi dan produksi. Di balik itu ada kejadian-kejadian khusus seperti harapan almarhum orang tua untuk melihat kesuksesan anak juga dianggap sebagai salah satu latar belakang yang mendorong responden untuk mencapai tujuan. Dengan kecenderungan yang muncul yaitu 1. Menetapkan target yang agak sukar (tetapi bukan mustahil) untuk diri mereka sendiri. 2. Mengambil pendekatan yang realistik terhadap risiko. 3. Lebih kepada penganalisis dan menilai masalah. 4. Lebih gemar memikul tanggung jawab pribadi untuk melaksanakan sesuatu tugas. 5. Menyukai imbalan yang tepat dan cepat terhadap prestasi mereka. 6. Pekerja keras 7. Cenderung untuk melakukan sesuatu seorang diri. Dan teori kebutuhan berprestasi (mendapat pengakuan) diatas responden pada kondisi ini juga ada yang bertipikal suka bersosialisasi (teori afiliasi) yang dijelaskan sebagai berikut The Need for affiliation (N-Affil) is a term that was popularized by David McClelland and describes a person s need to feel a sense of involvement and belonging within a social group McClellend s thinking was strongly influenced by the pioneering work of Henry Murray who first identified underlying psychological human needs and motivational processes (1938). It was Murray who set out a taxonomy of needs including achievement power and affiliation and placed these in the context of an integrated motivational model. People with a high need for affiliation require warm interpersonal relationships and approval from those with whom they have regular contact. People who place high emphasis on affiliation tend to be supportive team members but may be less effective in leadership positions. Kebutuhan akan afiliasi merefleksikan keinginan untuk berinteraksi secara sosial dengan orang lain. Seseorang dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi menempatkan kualitas dari hubungan pribadi sebagai hal yang paling penting oleh karena itu hubungan sosial lebih didahulakan daripada penyelesaian tugas disinyalir menjadi pendorong terbesar yang menjadikan responden kurang konsisten dalam pelaksanaan strategi berkonsumsinya. Dengan sifat yang muncul sebagai berikut 1. Berusaha memelihara hubungan sosial yang baik 2. Saling memahami. 3. Peduli tehadap orang lain. 4. Membantu orang dalam kesusahan. 5. Menyenangi hubungan akrab dengan orang lain. E. Kondisi Rasionalitas Ekonomi berdasarkan Financial Literacy Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Tingkat Financial Literacy Konteks Rasionalitas Ekonomi Penanggulangan resiko Strategi dalam berkonsumsi Efisiensi Optimalisasi sumber daya Tinggi Masuk dalam prediksi Sudah ada penanggulangan terencana (berjaga-jaga) Menjadi pelajaran agar tak terulang Diselesaikan dengan mandiri. Alokasi sesuai dengan prioritas Adanya analisa yang matang atas kegiatan konsumsi Perilaku konsumsi tidak merugikan orang lain Mengkonversi kebutuhan konsumsi menjadi sesuatu yang bisa menghasilkan pendapatan (produksi) Menjalankan kegaitan ekonomi dengan pertimbangan waktu dan ketepatan Sedang Terprediksi Kesalahan sering terulang Sumber dana menjadi obyek penanggulangan kegagalan pengelolaan uang Tergolong labil dalam prioritas keputusan konsumsi Cenderung memuaskan diri sendiri Cenderung pada efektifitas kegiatan konsumsi. Rendah Jika gagal mengelola dikembalikan pada orang tua sebagai sumber dana. Tidak ada analisa tingkat prioritaas yang jelas cenderung memuaskan diri dan tidak peduli terhadap kebutuhan masa yang akan datang. Tidak terpikirkan Sumber pengolahan data oleh peneliti Bagi beberapa responden keterbatasan dana dan harapan untuk membuat perencanaan konsumsi mendorong responden untuk lebih rasional terhadap kegiatan konsumsinya secara efisien dan mengoptimalkan dana yang diperoleh untuk menghasilkan dana berlebih. Da beberapa responden yang berpandangan lain bahwa berawal dari pengetahuan rasional atas konsumsi yang mendorong orang untuk membuat pengelolaan uang. Sedikit tersirat bahwa faktor pendidikan kebudayaan dan pesan moral dari orang tua dalam menggunakan uang yang dimiliki tergolong sebagai faktor yang sebenarnya menjadi pertimbangan oleh responden dalam menganalisa pilihannya atas barang konsumsi. Hal ini tidak dibahas lebih lanjut karena tidak termasuk dalam konteks penelitian yang dilakukan. IV DAFTAR PUSTAKA Bernard Harold W. 1971. Principles of guidance A Basic Text. Sacranton Pensylvania. Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta Rineka Cipta. Elliot S. H Krarchohwill T. R. Littlefield J. F Travers J. F. 1996. Educational Phsycology Effective Teaching Effective Learning (2 nd ed.). Sydney Brown benchmark. Lusardi A Mitchell O. S. 2006. Financial Literacy and Planning Implications for Retirement Wellbeing. Google.com- Financial Literacy. Diunduh 22 juni 2010. Organisation for Economic Co-operation and Development. 2005. Increasing Financial Literacy (online) dalam (www.justelsa.com/2009/07/inilah-mengapa-pengetahuan-finansial.html) (diakses pada 21 September 2011) Paul W. Lermitte. 2004. Agar Anak Pandai Mengelola Uang . Jakarta Gramedia. McClelland D.C. (Inggris)The Achieving Society New York Van Nostrand Rei

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) > Departemen Ekonomi Pembangunan (EKP) > S2 Pendidikan Ekonomi
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 17 Jul 2012 04:29
Last Modified: 09 Sep 2012 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/61139

Actions (login required)

View Item View Item