Arifendi, Rio Febrianto (2015) Diagnosis kesulitan peserta didik dan upaya pemberian scaffolding dalm menyelesaikan masalah geometri / Rio Febrianto Arifendi. Masters thesis, Universitas Negeri Malang.
Full text not available from this repository.Abstract
ABSTRAK Arifendi Rio Febrianto. 2015. Diagnosis Kesulitan Peserta Didik dan Upaya Pemberian Scaffolding dalam Menyelesaikan Masalah Geometri. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing (1) Dr. Abdur Rahman As ari M. Pd. M. A. (2) Dr.rer.nat. I Made Sulandra M. Si. Kata Kunci Diagnosis Kesulitan Peserta Didik Masalah Geometri Scaffolding Hasil TIMSS tahun 2011 menunjukkan banyak peserta didik di Indonesia yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika. Hal ini juga terjadi pada peserta didik di MTs Muhammadiyah 1 Malang dalam menyelesaikan masalah geometri. Hanya empat dari 27 peserta didik di kelas yang jawabannya mengarah pada solusi selebihnya jawaban peserta didik tidak mengarah pada solusi. Penelitian ini bertujuan untuk mendiagnosis kesulitan yang dialami peserta didik dalam menyelesaikan masalah geometri. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan kepada individu mulai dari mendiagnosis kesulitan sampaidengan upaya pemberian scaffolding. Subjek penelitian pada penelitian ini terdiri dari 6 peserta didik yang berasal dari 3 kelompok kemampuan matematika yang berbeda. Adapun bentuk kesulitan yang dialami peserta didik dalam menyelesaikan masalah geometri antara lain (1) menuliskan kondisi awal dari suatu masalah yang diberikan (2) menyelesaikan masalah pada pertanyaan pertama (3) menyelesaikan masalah pada pertanyaan kedua (4) menyelesaikan masalah pada pertanyaan ketiga dengan ketentuan-ketentuan yang sudah ada dan (5) melakukan pengecekan jawaban dan menyimpulkan jawaban yang telah diperoleh. Kesulitan yang dialami oleh peserta didik tersebut dikarenakan peserta didik belum terbiasa dalam menyelesaikan masalah yang berbetuk cerita. Hal ini senada dengan Egodawatte (2011 151) yang menyatakan bahwa soal berbentuk cerita adalah hal yang paling bermasalah bagi peserta didik. Vygotsky (dalam Slavin 2008 60) mengatakan seorang anak akan dapat menyelesaikan tugas-tugas yang berada dalam ZPD-nya apabila mendapat bantuan teman atau orang dewasa yang lebih kompeten. Oleh karena itu kesulitan yang dialami peserta didik tentu tidak dapat diatasi secara mandiri tetapi membutuhkan bantuan dari orang yang lebih berkompeten. Bantuan tersebut adalah scaffolding. Pada penelitian ini pemberian scaffolding dilakukan seminimal mungkin kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah geometri. Pemberian scaffolding mengacu pada tingkatan scaffolding level 2 yang dikemukakan oleh Anghileri (2006) yaitu explaining reviewing dan restructuring. Sebelum pemberian scaffolding peneliti meminta subjek untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi. Fungsi dari pendeskripsian adalah untuk mengetahui penalaran pola pikir yang dibangun oleh subjek melalui deskripsi yang dikatakannya (Barwell 2009). Subjek harus diberi kesempatan untuk berpikir dan menjawab permasalahan mereka sendiri terlebih dahulu sebelum mendapat bantuan dari orang lain (Mann 2006). Pemberian scaffolding pada peserta didik dilakukan secara tatap muka dan dilakukan satu persatu mengacu pada panduan scaffolding. Pada penelitian ini scaffolding yang diberikan dalam menuliskan kondisi awal adalah meminta peserta didik untuk memahami kembali masalah yang diberikan (reviewing) untuk pertanyaan nomor 1 2 dan 3 pemberian scaffolding dilakukan dengan meminta peserta didik memahami masalah (reviewing) menjelaskan hasil pekerjaannya (explaining) dan menyederhanakan masalah yang diberikan (restructuring). Sedangkan dalam mengecek dan menyimpulkan jawaban peneliti meminta peserta didik untuk melihat kembali hasil pekerjaannya (reviewing). Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti memberikan beberapa saran kepada guru untuk pembelajaran berikutnya yaitu antara lain (1) penjelasan langkah-langkah pengerjaan soal sebaiknya dipaparkan secara jelas dan lebih rinci terutama soal yang berkaitan dengan soal cerita. (2) membiasakan peserta didik dengan soal-soal yang tidak rutin dan non-prosedural misalnya soal-soal PISA atau TIMSS yang berbasis pemecahan masalah dan (3) membiasakan peserta didik agar mampu mengungkapkan setiap kesulitan yang dihadapi.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Divisions: | Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) > Departemen Matematika (MAT) > S2 Pendidikan Matematika |
Depositing User: | library UM |
Date Deposited: | 06 Aug 2015 04:29 |
Last Modified: | 09 Sep 2015 03:00 |
URI: | http://repository.um.ac.id/id/eprint/59520 |
Actions (login required)
View Item |