Karakteristik kelisanan kelong Makassar / Nursalam - Repositori Universitas Negeri Malang

Karakteristik kelisanan kelong Makassar / Nursalam

Nursalam (2018) Karakteristik kelisanan kelong Makassar / Nursalam. Masters thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

vi ABSTRAK Nursalam. 2018. Karakteristik Kelisanan Kelong Makassar. Tesis Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Prof. Dr. Djoko Saryono M.Pd. (II) Dr. Taufik Dermawan M.Hum. Kata Kunci karakteristik kelisanan kelong Makassar Penelitian ini mendeskripsikan karakteristik kelisanan kelong Makassar secara kontekstual. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis aspek kontekstual pertunjukan kelong yang meliputi tuturan verbal teks kelong gerakan instrumen dan proses yang mendukung pertunjukan. Oleh karena itu fokus penelitian ini dibagi menjadi empat yang meliputi (1) karakteristik kelisanan kelong (2) proses komposisi kelong (3) proses transmisi kelong dan (4) fungsi kelong. Penelitian ini dilakukan secara kontekstual di dalam masyarakat sehingga menggunakan pendekatan kontekstual-performatif. Prosedur pengumpulan data meliputi studi dokumentasi wawancara mendalam dan observasi (pencatatan lapangan perekaman dan pemotretan). Tahap analisis data dilakukan terkait tentang pertunjukan kelong melalui tiga tahap yakni tahap (1) reduksi (2) penyajian dan (3) penarikan kesimpulan. Selain itu teknik pengecekan keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi. Triangulasi dilakukan untuk mengetahui kebenaran data yang telah diperoleh melalui perekaman. Triangulasi dilakukan dengan cara diskusi dan penilaian bersama ahli dalam penilaian hasil analisis data agar semua temuan dalam penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik kelisanan kelong meliputi (1) aditif (2) agregatif (3) redundansi (4) konservatif (5) situasional (6) dekat dengan kehidupan sehari-hari (7) agonistik (8) homeostatis dan (9) empatis. Proses komposisi kelong dalam pertunjukan juga disertai improvisasi yang bertujuan untuk menarik antusiasme penonton. Hal ini menunjukkan bahwa kelong bersifat tidak beku sehingga pakelong sebagai kunci utama pertunjukan dapat melakukan proses komposisi sesuai dengan kemampuan daya ingatnya. Selain itu proses komposisi kelong terkait dengan situasi kontekstual tempat pertunjukan. Hal inilah yang membuat munculnya varian kelong. Oleh karena itu ada ada lima varian kelong yang ditemukan dalam pertunjukan tersebut yakni kelong agama kelong pangngajarak (nasihat) kelong simpung pakmaik (kesedihan) kelong tekne pakmaik (kebahagiaan) dan kelong palloserang (menidurkan anak). Berdasarkan struktur pertunjukan ada lima kelong yang diikuti tarian khusus yakni (1) kelong ganrang bulo I lolo gading (2) kelong ganrang bulo 42 (3) kelong kamasea (4) kelong pepe-pepeka ri Makkah dan (5) kelong tumbang bataya. Kemudian dalam proses transmisi ada tiga model transmisi kelong yang dialami pakelong yakni (1) transmisi keluarga (2) transmisi bukan keluarga dan (3) transmisi pertunjukan. Transmisi keluarga yakni pakelong memperoleh kelong melalui orang tuanya secara langsung. Transmisi bukan keluarga yakni kelong diperoleh melalui orang lain karena menganggap pakelong adalah orang yang memiliki bakat dan kompetensi khusus sehingga dapat melakukan pelestarian kelong. Transmisi kelong melalui pertunjukan yakni kelong diperoleh dan dipelajari oleh pakelong melalui pertunjukan yang dilihatnya vii dan dihafalkannya sesuai daya ingatnya. Kelong di dalam masyarakat memiliki fungsi kontekstual sebagai (1) fungsi pengharapan (2) fungsi hiburan (3) fungsi edukatif dan (4) sarana pemertahanan tradisi. Kelong dapat dijadikan sebagai media pengharapan saat pertunjukan digelar dalam hajatan pernikahan agar pengantin dapat menjalani keluarga barunya secara harmonis bersama mertua. Kelong sebagai media hiburan karena menjadi media tontonan rakyat yang menghibur melalui kelong dan parodi yang ada di dalam pertunjukan tersebut. Kemudian kelong dapat dijadikan sebagai media edukatif karena kelong secara tekstual berisi nilai-nilai pendidikan yang dapat menjadi pandangan hidup. Selain itu pertunjukan kelong dapat menjadi sarana pemertahanan tradisi demi melestarikan kelong dalam menghadapi tantangan budaya modern. Berdasarkan hasil penelitian ini ada tiga saran yang dapat menjadi pertimbangan demi mempertahankan eksistensi kelong. Pertama bagi peneliti selanjutnya dapat menganalisis lebih lanjut tentang kaitan kelong dengan budaya dan hajatan tempat pertunjukan kelong. Kedua satuan pendidikan hendaknya dapat mengimplementasikan sastra lisan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Hal itu dapat dilakukan oleh guru di sekolah dengan peragaan pembacaan kelong. Selain itu peragaan pembacaan kelong juga dapat menjadi bagian dari pembelajaran kesenian karena kelong dapat diiringi dengan instrument musik dan tarian. Ketiga Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan literasi untuk kebijakan pendidikan yang akan diterapkan di sekolah.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Sastra (FS) > Departemen Sastra Indonesia (IND) > S2 Pendidikan Bahasa Indonesia
Depositing User: library UM
Date Deposited: 11 May 2018 04:29
Last Modified: 09 Sep 2018 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/58201

Actions (login required)

View Item View Item