Folklor lisan dalam upacara bakar obor Pattimura di Desa Tuhaha Kecamatan Saparua Kabupaten Maluku Tengah / Rudolf L. Wattimena - Repositori Universitas Negeri Malang

Folklor lisan dalam upacara bakar obor Pattimura di Desa Tuhaha Kecamatan Saparua Kabupaten Maluku Tengah / Rudolf L. Wattimena

Wattimena, Rudolf L (2012) Folklor lisan dalam upacara bakar obor Pattimura di Desa Tuhaha Kecamatan Saparua Kabupaten Maluku Tengah / Rudolf L. Wattimena. Masters thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

Kata kunci folkor lisan ungkapan tradisional kapata simbol gelar kebangsawanan. Folklor lisan tidak dapat dilepaskan dari konteks kebudayaan atau masyarakat pemiliknya karena berkaitan dengan tradisi yang memperlihatkan bagaimana anggota masyarakat bertingkah laku. Di masyarakat Saparua Kabupaten Maluku Tengah terdapat folklor lisan yang terdapat dalam upacara bakar obor Pattimura yang penyampaiannya secara lisan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik folklor lisan yang berupa nyanyian puisi kapata ungkapan gelar kebangswanan dan simbol. Ada 5 hal yang dideskripsikan sehubungan dengan karakteristik folklor lisan yang ada dalam upacara bakar obor Pattimura yaitu (1) sejarah dan bentuk folklore lisan dalam upacara bakar obor Pattimura (2) fungsi folklore lisan yang berupa puisi nyanyian kapata ungkapan gelar kebangsawanan dan simbol (4) pesan dan makna folklore lisan dalam upacara bakar obor Pattimura. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data penelitian adalah folklor lisan yang diperoleh dari tuturan yang ada catatan lapangan rekaman dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah tua-tua adat tokoh masyarakat orang tua dan pemuda. Data dikumpulkan dengan teknik pengamatan berperan serta wawancara catatan lapangan dan perekaman. Instrument yang digunakan untuk mengumpulan data berupa instrumen manusia yakni peneliti sebagai instrumen kunci dan pedoman pengumpulan data. Untuk menjaga keabsahan data dilakukan triangulasi data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model analisis interaktif yang di dalamnya melibatkan kegiatan pengumpulan data reduksi data sajian data dan kesimpulan atau verifikasi data. Proses analisis data dimulai dari pengurutan data sesuai masalah pembentukan satuan-satuan data interpretasi data evaluasi tingkat kelayakan dan kelengkapan data dan simpulan hasil analisis tentang sejarah bentuk fungsi pesan dan makna folklor lisan dalam uapacara bakar obor Pattimura. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejarah upacara bakar obor Pattimura dan penggunaan folklor lisannya yang ditemukan dari aspek pelaku peristiwa tempat dan waktu tidak dapat dideskripsikan sebagai uraian sejarah tetapi hanya dapat dideskripsikan tentang sejarah munculnya upacara bakar obor Pattimura dan penggunaan folklor lisannya. Pelaku awal adalah beberapa tokoh penting negeri maupun Negara di waktu dulu masyarakat pejabat pemerintah pejabat gereja dan tua-tua adat. Folklor lisan ini digunakan dalam konteks upacara bakar obor Pattimura setiap tahunnya namum penggunaan folklor lisan lainnya secara umum digunakan juga dalam keseharian masyarakat dan dalam kegiatan adat dan pemerintahan. Munculnya pelaksanaan upacara bakar obor Pattimura pertama kali di tahun 1958 dan dilaksanakan hingga sekarang. Bentuk folklor lisan dalam upacara bakar obor Pattimura terdiri atas (1) puisi (2) nyanyian (3) kapata (4) ungkapan (5) titel/gelar kebangsawanan dan (6) simbol. Fungsi folklor lisan dalam upacara bakar obor Pattimura yaitu sebagai sistem proyeksi sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan sebagai alat pendidikan anak untuk mengkritik seseorang yang telah melanggar norma masyarakat untuk menyampaikan perasaan atau keinginan hati dan sebagai penanda identitas diri. Masyarakat dapat menggunakan beberapa folklor yang ada untuk mengontrol perilaku bermasyarakatnya berkeluarga menunjukkan identitas diri dan mengemukakan keinginan hati serta keadaan dirinya. Pesan yang terkandung dalam folkor lisan dalam upacara bakar obor Pattimura mendekripsikan perintah nasihat permintaan kritikan kemarahan dan kekecewaan. Keenam pesan ini sangat bermanfaat untuk membentuk pola hidup kebersamaan saling menghormati tolong-menolong dan menghargai adat. Makna yang terkandung dalam folklor lisan dalam upacara bakar obor Pattimura yaitu makna referensial dan makna konteks atau maksudnya. Makna folklor lisan secara referensial dan konteksnya ditemukan dengan cara menghubungkan manusia dengan hewan manusia dengan alam manusia dengan Tuhan manusia dengan norma manusia dengan sesama manusia dengan tumbuhan dan manusia dengan benda. Bertitik tolak dari temuan penelitian ini beberapa saran ditujukkan kepada setiap pihak yang terkait agar (1) memaksimalkan penggunaan folklor lisan dalam komuniukasi setiap hari seperti kegiatan pemerintahan kegiatan gereja dan adat (2) memanfaatkan folklor lisan yang ada sebagai materi untuk menyusun bahan ajar yang bermuatan lokal khususnya kepada guru di Kabupaten Maluku Tengah (3) pemerintah bekerjasama dengan lembaga terkait untuk membuat dokumentasi folklor lisan secara khusus dan folklor Indonesia pada umumnya (4) dapat dimanfaatkan sebagai konteks teoretis maupun implikasi praktis dalam mengkaji folklor lisan yang dimunculkan dalam berbagai bentuk serta memberikan sumbangan pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan teori folklor lisan dan (5) penelitian ini dapat menjadi masukkan yang sangat berarti dalam melakukan kajian yang lebih mendalam lagi terhadap keberadaan folklor lisan pada upacara bakar obor Pattimura.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Sastra (FS) > Departemen Sastra Indonesia (IND) > S2 Pendidikan Bahasa Indonesia
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 15 Oct 2012 04:29
Last Modified: 09 Sep 2012 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/57950

Actions (login required)

View Item View Item