Ragam bahasa pedagang asongan dalam interaksi jual-beli di terminal Situbondo / Vanda Hardinata - Repositori Universitas Negeri Malang

Ragam bahasa pedagang asongan dalam interaksi jual-beli di terminal Situbondo / Vanda Hardinata

Hardinata, Vanda (2010) Ragam bahasa pedagang asongan dalam interaksi jual-beli di terminal Situbondo / Vanda Hardinata. Masters thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

ABSTRAK Hardinata Vanda. 2009. Ragam Bahasa Pedagang Asongan dalam Interaksi Jual-Beli di Terminal Situbondo. Tesis S2 Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Prof. Dr. H. Imam Syafi ie Pembimbing (II) Dr. H. Sumadi M.Pd Kata Kunci Ragam Bahasa Pedagang Asongan Penelitian ini difokuskan pada pemakaian ragam bahasa pedagang asongan dalam interaksi jual beli di terminal Situbondo. Pemeriannya dengan menganalisis ciri-ciri tuturan bahasa Indonesia yang digunakan oleh pedagang asongan pada tiap-tiap tataran yaitu tataran fonologis tataran morfologis tataran sintaksis tataran diksi dan leksikal serta tataran intonasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan deskriptif kualitatif. Data berasal dari interaksi jual beli antara pedagang asongan dengan pembeli secara alamiah. Sumber data berasal dari pedagang asongan yang bekerja di terminal Situbondo. Pemerolehan data dilakukan dengan cara penyimakan (teknik simak) dan interview. Penyimakan tersebut dibantu dengan alat perekam multimedia yaitu MP3 Recorder dan Digital Camcorder. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan cara (1) ketekunan pengamatan (2) triangulasi dan (3) kecukupan referensial. Analisis data dilakukan secara deskriptif interpretatif. Metode deskriptif interpretatif yaitu data-data yang diperoleh diinterpretasikan sesuai dengan data alamiah yang ada. Gaya tutur ragam bahasa pedagang asongan diolah menggunakan multimedia program Adobe Audition 1.0 dan Ulead VideoStudio 9 untuk mempermudah dalam menganalisis data. Hasil penelitian tentang ragam bahasa pedagang asongan di terminal Situbondo menjelaskan bahwa pada ciri fonologis ditemukan adanya perubahan fonem penambahan fonem dan penghilangan fonem. Gejala perubahan fonem ditandai dengan adanya perubahan fonem vokal menjadi vokal lainnya atau bisa juga perubahan fonem konsonan menjadi konsonan lainnya. Adanya penambahan fonem pada suatu kata (morfem) lebih sering terjadi pada daerah-daerah yang masih kental unsur bahasa daerahnya. Penambahan fonem merupakan bentuk penambahan atau menyisipkan fonem tertentu ke dalam bentuk kata (morfem). Penghilangan fonem dalam ciri fonologis merupakan salah satu gejala bahasa. Terdapat tiga gejala bahasa yang termasuk penghilangan fonem yaitu (1) gejala aferesis adalah gejala penghilangan fonem pada awal kata (2) gejala sinkop adalah gejala penghilangan fonem pada tengah kata dan (3) gejala apokop adalah gejala penghilangan satu bunyi atau lebih pada akhir kata. Pada ciri morfologis dilakukan pengamatan terhadap penemuan adanya bentuk-bentuk morfem-morfem tertentu baik yang merupakan alomorf atau bukan. Seperti diketahui bahwa perubahan morfem ada yang merupakan varian morfem tetapi juga ada yang terjadi karena pengaruh logat yang disebut pungutan logat atau pungutan dialek. Salah satu contoh penemuan data dalam ciri morfologis terdapat pada kata /deggan/ dalam pengucapannya sering berubah menjadi /duggen/. Secara fonetis bentuk kata /deggan/ berbeda dengan bentuk kata /duggen/ tetapi perbedaan tersebut tidaklah fonemis. Kata /d 601 ggan/ juga termasuk morfem bebas. Oleh karena itu jika ditemukan bentuk kata /dugg 601 n/ dalam suatu ujaran hal itu bukanlah merupakan alomorf. Secara morfologis bentuk kata /dugg 601 n/ tidak berbeda dengan bentuk kata /d 601 ggan/. Ciri sintaksis adalah ciri bahasa yang dapat dilihat dari konstruksi kalimat. Dalam menganalisis kalimat pada ragam bahasa pedagang asongan terutama di terminal Situbondo hanya terbatas pada interaksi yang terjadi antara pedagang asongan (penjual) dengan calon pembeli (penumpang bus). Hal ini dikarenakan pada interaksi ini terbentuk pembicaraan yang bersifat persuasif dimana terjadi suatu penawaran pertanyaan atau ketertarikan calon pembeli terhadap barang yang akan dibeli. Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S) predikat (P) objek (O) pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket). Susunan fungsi sintaksis tidak selalu berurutan S P O Pel dan Ket. Kelima fungsi ini tidak harus ada dalam setiap struktur sintaksis. Ciri diksi didefinisikan sebagai pemilihan atau pemakaian kata yang akan digunakan untuk berinteraksi dalam situasi tertentu sedangkan ciri leksikal merupakan ciri yang dapat dilihat dari kata atau kosakata. Seperti telah disinggung di muka bahwa dilihat dari segi bunyi ragam bahasa yang digunakan pedagang asongan menunjukkan adanya perubahan fonem penambahan fonem dan penghilangan fonem. Adanya perubahan semacam itu disebut pungutan dialek dalam hal ini dialek Situbondo. Khusus dalam penelitian ini cenderung digunakan istilah pungutan logat. Cara pengucapan kata-kata (aksen) oleh pedagang asongan mempunyai karakteristik tertentu sehingga mengakibatkan timbulnya ciri-ciri khusus dalam setiap pertuturan. Pengucapan-pengucapan seperti itu dirasakan sebagai suatu hal biasa (kebiasaan pertuturan). Penyelidikan tentang ciri intonasi menjadi sulit apabila dianalisis sampai kepada yang paling detail. Oleh karena itu penganalisisan intonasi didasarkan kepada penandaan yang jauh lebih sederhana agar mudah dipahami. Cara yang lebih mudah untuk memberikan penandaan terhadap intonasi bahasa yaitu dengan angka-angka. Angka 1 sampai dengan 4 yang menunjukkan tinggi rendah nada secara garis besarnya sehingga pola-pola lagu kalimat dapat dilihat secara lebih mudah. Pemakaian angka 1 sebagai nada yang rendah angka 2 sebagai nada yang sedang angka 3 sebagai nada yang tinggi sedangkan angka 4 sebagai nada yang luar biasa tingginya. Peneliti akan menggunakan cara ini bersama persendian untuk menyajikan beberapa keterangan yang menyangkut intonasi. Para pedagang asongan di terminal Situbondo lebih sering menggunakan bahasa Indonesia dialek Situbondo (bahasa Madura) dan cenderung memakai pola intonasi kalimat dasar dalam hal ini mereka sering memakai pola-pola intonasi kalimat tanya khususnya pemakaian kalimat elips. Oleh karena itu untuk menghasilkan bentuk kalimat tanya tanpa memakai kata tanya lebih banyak tergantung kepada penciptaan pola intonasi. Jadi hanya memakai intonasi tanya terhadap kata-kata yang menjadi pokok ujaran. Dari segi penggunaan bahasa interaksi jual beli menunjukkan ciri khas yang membedakannya dengan bentuk interaksi lain seperti interaksi dalam persidangan interaksi kelas maupun percakapan bebas. Perbedaan penggunaan ragam bahasa disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi ragam bahasa diantaranya adalah faktor waktu faktor kebiasaan faktor menarik perhatian pembeli dan faktor agar cepat terjual (laku). Adanya kenyataan bahwa wujud ragam bahasa yang digunakan berbeda-beda berdasarkan faktor-faktor sosial yang tersangkut di dalam situasi pertuturan seperti jenis kelamin tingkat pendidikan status sosial ekonomi penutur dan lawan tutur.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Sastra (FS) > Departemen Sastra Indonesia (IND) > S2 Pendidikan Bahasa Indonesia
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 16 Feb 2010 04:29
Last Modified: 09 Sep 2010 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/57918

Actions (login required)

View Item View Item