Manajemen konflik interpersonal di sekolah (studi multi kasus di SMA Negeri 1 Kefamenanu dan SMAK Warta Bakti Kefamenanu, Timor, NTT) / Wilibrordus Cornelis Usboko - Repositori Universitas Negeri Malang

Manajemen konflik interpersonal di sekolah (studi multi kasus di SMA Negeri 1 Kefamenanu dan SMAK Warta Bakti Kefamenanu, Timor, NTT) / Wilibrordus Cornelis Usboko

Usboko, Wilibrordus Cornelis (2013) Manajemen konflik interpersonal di sekolah (studi multi kasus di SMA Negeri 1 Kefamenanu dan SMAK Warta Bakti Kefamenanu, Timor, NTT) / Wilibrordus Cornelis Usboko. Masters thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

Usboko Cornelis Wilibrordus. 2013. Manajemen Konflik Interpersonal di Sekolah (Studi Multi Kasus di SMA Negeri 1 Kefamenanu dan SMAK Warta Bakti Kefamenanu Timor NTT). Tesis. Jurusan Manajemen Pendidikan Program Studi Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Prof. Dr. Hendyat Soetopo M.Pd. (II) Dr. Achmad Supriyanto M.Pd. M.Si. Keywords konflik konflik interpersonal manajemen konflik interpersonal. Konflik interpersonal adalah suatu pertentangan dan ketidaksesuaian kepentingan tujuan dan kebutuhan dalam situasi formal sosial dan psikologis sehingga menjadi antagonis ambivalen dan secara emosional antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain. Manajemen konflik interpersonal sebagaimana memiliki proses manajemen konflik yang meliputi 1) pengetahuan akan jenis dan penyebab konflik 2) penentuan strategi manajemen konflik 3) pengorganisasian dalam manajemen konflik dan 4) prosedur dalam manajemen konflik. Penelitian ini dilaksanakan untuk meneliti manajemen konflik interpersonal yang terjadi di lembaga pendidikan tingkat sekolah menengah baik negeri maupun swasta. Fokus penelitian ini adalah 1) pihak-pihak dan penyebab konflik interpersonal 2) strategi manajemen konflik interpersonal 3) pengorganisasian dalam manajemen konflik interpersonal dan 4) prosedur dalam manajemen konflik interpersonal. Penelitian ini menggunakan rancangan desktiptif kualitatif dengan desain studi multi kasus. Peneliti sebagai instrumen utama. Data penelitian diperoleh melalui wawancara observasi dan studi dokumen. Analisis data menggunakan analisis model air dan induktif konseptual. Pengumpulan data melalui observasi dilakukan dengan menggunakan handycam pedoman wawancara dan lembar pengamatan. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan ketekunan pengamatan triangulasi member check dan kecukupan referensi. Temuan menunjukkan bahwa pada sekolah menengah di Kefamenanu ditemukan adanya manajemen konflik interpersonal sebagai berikut. Pertama konflik interpersonal melibatkan siswa dan siswa siswa dan pihak luar siswa dan pegawai siswa dan guru siswa dan kepala sekolah guru dan orang tua guru dan pegawai guru dan guru dan kepala sekolah dan guru/pegawai. Penyebab konflik yang ditemukan adalah 1) adanya perasaan tersinggung 2) merasa diri hebat 3) merasa diri lebih tinggi 4) perasaan cemburu 5) perbedaan pendapat 6) perbedaan pemahaman 7) ego yang tinggi 8) ungkapan kata yang keras/kotor 9) masalah dari dalam dibawa ke luar lingkungan sekolah 10) masalah dari luar dibawa ke dalam lingkungan sekolah 11) terlambat mengembalikan buku perpustakaan 12) terlambat membayar uang SPP/komite 13) ketidakjujuran siswa mengambil buku perpustakaan 14) guru mengajar siswa tidak mengerti 15) guru memberikan penjelasan yang tidak benar 16) guru tidak menguasai materi pelajaran 17) materi ajar tidak lengkap 18) siswa melanggar tata tertib sekolah 19) siswa lalai mengerjakan tugas 20) siswa tidak memiliki motivasi belajar 21) ketidakhadiran siswa dalam proses pembelajaran 22) ketidakjujuran siswa ketika 2 ditanya oleh guru 23) sikap ketidaksenangan guru terhadap siswa 24) perbuatan siswa yang langsung dilihat oleh kepala sekolah seperti telambat masuk sekolah pengrusakan pintu dan mencoret tembok sekolah 25) bentuk sanksi yang memberatkan siswa 26) beban belajar yang memberatkan siswa 27) ketidakberhasilan siswa dalam pembelajaran 28) adanya perasaan tidak suka dalam pergaulan 29) kecemburuan mengenai besarnya honor yang diterima 30) keterbatasan buku perpustakaan khususnya mengenai buku pegangan siswa dan buku penunjang pembelajaran 31) keterlambatan membayar gaji honor dan tunjangan kesejahteraan 32) ketidakpuasan terhadap kebijakan atau keputusan kepala sekolah 33) ketidakberesan penyelesaian tugas di kantor dan 34) keterlambatan memasukan RPP silabus dan materi ajar kepada kepala sekolah. Kedua strategi manajemen konflik yang digunakan pada sekolah menengah di Kefamenanu menggunakan dua pendekatan yaitu 1) pendekatan preventif sosialisasi tata tertib sekolah pelatihan guru lewat in house training penetapan tugas tambahan mengajar guru berdasarkan keahlian pengaturan pembagian tugas mengajar dan tugas tambahan guru kerja sama pemenuhan kebutuhan penyadaran kepada siswa adanya pengontrolan dari pegawai sosialisasi aturan setiap bidang penyisihan uang untuk pembayaran honor guru komite pelayanan yang baik sosialisasi besarnya gaji honor dan tunjangan kesejahteraan pengadaan kartu kontrol kelas dan pengamanan mesin fotokopi ke ruang kepala sekolah 2) pendekatan kuratif penekanan pada tata tertib sekolah dan nilai moral pendekatan face to face pendekatan persuasif pemanggilan orang tua penekanan pada kepentingan bersama perundingan menghindari konflik pengefektifan komunikasi keterbukaan untuk saling memaafkan otoritas pribadi kunjungan keluarga penyertaan guru senior dan pastor dan penekanan pada kesepakatan bersama mengenai besarnya gaji honor atau tunjangan kesejahteraan. Ketiga pengorganisasian dalam manajemen konflik yang dibuat pada sekolah menengah di Kefamenanu adalah bahwa 1) pengorganisasian manajemen konflik terdiri atas dua hal yakni penentuan pihak-pihak yang menyelesaikan konflik dan tugas yang akan dilaksanakan dan penetapan kualitas konflik 2) penetapan kualitas konflik dilihat berdasarkan kategori/klasifikasi pelanggaran yang dibuat dalam rapat forum guru mengetahui komite sekolah dan diketahui oleh dinas pendidikan pemuda dan olah raga. Kategori atau klasifikasi konflik dibuat dalam tiga kategori/klasifikasi yaitu kategori pelanggaran ringan/klasifikasi pertama kategori pelanggaran semi berat/klasifikasi kedua dan kategori pelanggaran berat/klasifikasi ketiga 3) pengorganisasian manajemen konflik interpersonal secara umum lebih melihat pada konflik interpersonal yang dibuat oleh siswa sedangkan oleh guru tidak tersurat dalam aturan tertulis namun prinsip pengorganisasiannya sama perbedaannya ada pada penentuan kualitas konflik di mana yang disebabkan oleh siswa dilihat berdasarkan kategori atau klasifikasi pelanggaran yang ada dalam panduan tatat tertib sekolah sedangkan yang disebabkan oleh guru atau pegawai selain berdasarkan tata tertib sekolah juga berdasarkan nilai-nilai yang berhubungan dengan profesi seorang guru dan nilainilai moral kristiani dan 4) pengorganisasian manajemen konflik interpersonal sifatnya bertahap yakni dengan melihat dari mana konflik tersebut harus diselesaikan. Tidak setiap pihak di dalam sekolah menyelesaikannya sendirisendiri tetapi berjenjang mulai dari tingkatan yang paling bawah dengan bentuk 3 sanksi yang bertahap dan dilihat dari tingkat keseringan dan dapat pula pada kasus tertentu diselesaikan oleh pihak yang langsung merasakan adanya konflik. Keempat temuan kasus mengenai prosedur manajemen konflik interpersonal pada sekolah menengah di Kefamenanu mencakup empat tahap yaitu 1) tahap kesadaran adanya konflik dapat dilihat atas dua hal yaitu stimulasi konflik dan konflik yang muncul secara terang-terangan. Stimulasi konflik berupa percakapan waktu briefing setelah upacara bendera percakapan di meja piket wawancara atau interogasi guru terhadap siswa dan berbaur bersama siswa dalam pergaulan. Konflik juga diketahui secara terang-terangan lewat ungkapan ketidakpuasan di dalam rapat atau pertemuan-pertemuan resmi laporan dari siswa atau orang tua munculnya sikap atau reaksi tidak suka dalam pergaulan 2) tahap penentuan strategi didasarkan pada siapa apa penyebab bentuk konflik dan dampak konflik yang dapat terjadi 3) tahap penyelesaian konflik berupa implementasi strategi yang dipilih dan adanya pihak yang berwenang dalam menyelesaikan konflik dan 4) tahap hasil yang dicapai yakni terbinanya persaudaraan saling menghormati mematuhi tata tertib sekolah mematuhi aturan yang dibuat oleh setiap bidang kerja sama adanya pemahaman yang benar akan suatu aturan atau konflik yang terjadi meningkatnya profesionalisme guru motivasi belajar meningkat siswa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru guru menguasai dan memperbaiki metode pembelajaran ada ketidakpuasan pribadi baik dalam diri siswa maupun guru tidak merusak atau mencoret tembok sekolah perubahan kepribadian ke arah yang baik adanya pemahaman yang benar akan situasi belajar siswa dan taat pada kesepakatan bersama.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) > Departemen Administrasi Pendidikan (AP) > S2 Manajemen Pendidikan
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 29 May 2013 04:29
Last Modified: 09 Sep 2013 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/57491

Actions (login required)

View Item View Item