Rudiardi (2009) Pengembangan bahan ajar sejarah dan budaya lokal Aceh Tamiang menggunakan model alaborasi untuk pembelajaran muatan lokal pada SMP Negeri I Karang Baru / Rudiardi. Masters thesis, Universitas Negeri Malang.
Full text not available from this repository.Abstract
Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 berdampak terhadap otonomi dalam pendidikan. Pemerintah daerah dan sekolah dapat mengembangkan potensi dan keunggulaan lokal melalui pendidikan di daerah masing-masing kedalam mata pelajaran muatan lokal. Dari hasil observasi dan wawancara pendahuluan di lapangan pengembang menemukan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Aceh Tamiang terutama SMP Negeri 1 Karang Baru adalah (1) belum ada kejelasan mata pelajaran muatan lokal yang dipilih oleh sekolah sebagai mana ditetapkan oleh KTSP (2) bahan ajar muatan lokal belum disusun sesuai kebutuhan dan karakteristik siswa guru dan sekolah (3) Siswa mengalami kesulitan dalam memahami bahan ajar yang ada karena faktor bahasa yang digunakan perbedaan budaya dan pengorganisasian materi pelajaran (4) guru mata pelajaran muatan lokal mengalami kesulitan teknis dalam menyusun kisi-kisi soal dan menentukan target pencapaian kurikulum setiap akhir semester (5) belum dirumuskan/disusun kurikulum mata pelajaran muatan lokal di sekolah sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan dari analisis permasalahan di atas maka pengembang memberikan alternatif solusi dengan mengembangkan bahan ajar Sejarah dan Budaya Tamiang. Pengembangan ini dilakukan sebagai solusi dari ambivalen dalam pembelajaran mata pelajaran muatan lokal selama ini di SMP Negeri 1 Karang Baru sebagai satu paket bahan pembelajaran yang terdiri dari (1) Buku Ajar (2) Kurikulum dan silabus (3) Panduan Guru dan (4) Panduan Siswa. Pengambangan bahan ajar ini menggunakan model elaborasi sebagaimana yang dimaksud Degeng (1997) terdiri atas 8 langkah yaitu (1) Analisis Tujuan dan Karakteristik Bidang Studi (2) Analisis sumber belajar (kendala) (3) Analisis Karakteristik si-belajar (4) Menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajaran (5) Menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran (6) Menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran (7) Menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran dan (8) Pengembangan prosedure pengukuran hasil pembelajaran. Hasil pengembangan bahan ajar Sejarah dan Budaya Tamiang selanjutnya diuji coba melalui evaluasi formatif yang dilaksanakan melalui beberapa tahab yaitu (1) review ahli isi materi buku Sejarah dan Budaya Tamiang (2) review ahli desain pembelajaran (3) review guru mata pelajaran (4) uji perorangan (5) uji coba kelompok kecil dan (6) uji coba lapangan. Dari analisis data pada uji ahli isi mata pelajaran terhadap produk bahan ajar yang dikembangkan berupa buku ajar Sejarah dan Budaya Tamiang adalah 79% kurikulum adalah 81% panduan guru adalah 85% serta panduan siswa 85%. Berdasarkan semua persentase yang diuji oleh ahli isi produk pengembangan berada pada kualifikasi baik serta tidak perlu direvisi. Untuk uji ahli desain pembelajaran persentase yang diperoleh buku ajar Sejarah dan Budaya Tamiang adalah 70% kurikulum adalah 80 panduan guru adalah 77 5% serta panduan siswa 80%. Berdasarkan semua persentase yang diuji oleh ahli isi produk pengembangan berada pada kualifikasi baik serta tidak perlu direvisi kecuali buku ajar perlu mendapat revisi dari sisi tata letak/lay out agar lebih dinamis dan interaktif ketika dibaca siswa. Hasil uji coba perorangan yang menggunakan angket produk pengembangan mendapat cukup banyak masukan dan setelah direvisi dilanjutkan dengan uji kelompok kecil melalui angket. Pada uji coba kelompok kecil diperoleh data bahwa buku ajar Sejarah dan Budaya Tamiang adalah 84% menunjukkan buku ajar berada pada kualifikasi baik dan tidak perlu mendapat revisi. Untuk buku panduan siswa adalah 87 5% berada pada kualifikasi baik serta tidak membutuhkan revisi. Selanjutnya pada uji coba lapangan melibatkan 27 siswa diperoleh hasil dari buku ajar Sejarah dan Budaya Tamiang adalah 79 5% berada pada kulaifikasi baik serta tidak harus mengalami revisi. Data yang diperoleh dari panduan siswa adalah 77% berada pada kualifikasi baik serta tidak membutuhkan revisi. Bahan ajar sebagai produk pengembangan memiliki beberapa keterbatasan antara lain (1) produk yang dihasilkan adalah produk bahan cetak sehingga tidak bersifat interaktif (2) Sebagai produk cetak bahan ajar ini bersifat satu arah (3) Produk pengembangan ini tidak dapat digunakan dengan cara diproyeksikan (4) produk pengembangan ini juga terbatas pada penggunaanya secara visual tidak melibatkan indra pendengaran. Berdasarkan beberapa keterbatasan yang terdapat dalam produk pengembangan maka pengembang merekomendasikan beberapa hal yaitu 1) Dalam penggunaan paket bahan ajar hendaknya didukung oleh sumber-sumber belajar lain yang relevan dengan materi pelajaran (2) Produk pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan karakteristik siswa SMP Negeri 1 Karang Baru untuk pemanfaatan yang lebih luas guna kebutuhan SMP/MTs di Kabupaten Aceh Tamiang perlu penyesuaian dan pengkajian lebih komprehensif. (3) Pengembangan lebih lanjut untuk bahan ajar kelas VIII dan IX perlu diteruskan sehingga bahan ajar Sejarah dan Budaya Tamiang dapat diajarkan secara kontinu dari kelas VII sampai IX jenjang SMP/MTs. (4) Pembelajaran Sejarah dan Budaya Tamiang akan lebih menarik bila didukung oleh media pembelajaran yang beragam dan bervariatif.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | ?? ?? |
Divisions: | Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) > Departemen Teknologi Pendidikan (TEP) > S2 Teknologi Pembelajaran |
Depositing User: | library UM |
Date Deposited: | 08 Dec 2009 04:29 |
Last Modified: | 09 Sep 2009 03:00 |
URI: | http://repository.um.ac.id/id/eprint/57319 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |