Eksistensi tari Bedhaya Anglirmendhung di Pura Mangkunegaran masa Mangkunegara VIII (1944-1987) / Rizky Rendhi Wahyuahadi - Repositori Universitas Negeri Malang

Eksistensi tari Bedhaya Anglirmendhung di Pura Mangkunegaran masa Mangkunegara VIII (1944-1987) / Rizky Rendhi Wahyuahadi

Wahyuahadi, Rizky Rendhi (2016) Eksistensi tari Bedhaya Anglirmendhung di Pura Mangkunegaran masa Mangkunegara VIII (1944-1987) / Rizky Rendhi Wahyuahadi. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

ABSTRAK Wahyuahadi Rizky Rendhi.2015.Eksistensi Tari Bedhaya Anglirmendhung di Pura Mangkunegaran Masa Mangkunegara VIII (1944-1987).Skripsi Jurusan Sejarah Program Studi Pendidikan Sejarah Fakulyas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Drs. Dewa Agung Gede Agung M.Hum (II) Aditya Nugroho Widiadi S.Pd. M.Pd. Kata Kunci Eksistensi Bedhaya Anglirmendhung Mangkunegaran. Pura Mangkunegaran yang merupakan sisa-sisa pemerintahan pecahan dari Mataram akibat perjanjian Giyanti dan Salatiga yang merupakan kerajaan tradisional.Pura Mangkunegaran hingga sekarangdilestarikan oleh keturunan Mangkunegaran yang dimulai dari pembuatan silsilah keluarga mengembangkan budaya Mangkunegaran serta menggali eksistensi kesenian tarian yang dulu ada kemudian melestarikan kesenian tarikreasi baru. Di antaranya yaitu penciptaan Bedhaya Anglirmendhung oleh Pangeran Sambernyawa yang merupakan simbol statusPura Mangkunegaran yang pernah menghilang. Masa Mangkunegara VIII eksistensi dari Bedhaya Anglirmendhung mulai di rekontruksi serta menandai kembalinya tarian yang di anggap sebagai simbol Pura Mangkunegaran tersebut. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mendiskripsikan beberapa hal yang mencakup sejarah penciptaan tari Bedhaya Anglirmendhung di Pura Mangkunegaran serta untuk mengetahui eksistensi tari Bedhaya Anglirmendhung masa Pemerintahan Mangkunegara VIII.Penelitian ini memiliki tiga rumusan masalah yang akan dikaji yaitu (1) Bagaimana sejarah awal lahirnya tari Bedhaya Anglirmendhung di Pura Mangkunegaran (2) Bagaimana eksistensi tari Bedhaya Anglirmendhung pada masa Mangkunegara VIII (3) bagaimana bentuk pendidikan karakter dari tari Bedhaya Anglirmendhung di Pura Mangkunegaran. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Metode penelitian sejarah meliputi pemilihan topik heuristik (pengumpulan sumber) verifikasi (kritik sumber) meliputi kritik ekstern dan kritik intern interpretasi dan historiografi. Pengumpulan data juga dilakukan melalui wawancara terhadap informan serta mencari berbagai sumber literatur yang sesuai dengan topik penelitian. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa (1) Tari Bedhaya merupakan tarian sakral sudah ada sejak masa pemerintahan Sultan Agung yang pertama kali diciptakan perkembangan kesenian tari di lingkungan kerajaan sudah dilakukan secara turun temurun oleh raja yang berkuasa pada masa itu seperti tari Bedhaya Anglirmendhung merupakan penari putri klasik gaya Surakarta yang berada di Pura Mangkunegaran merupakan tarian yang diciptakan oleh Pangeran Samber Nyawa dengan penggambaran situasi perang di desa Ksatriyan Ponorogo saat melawan ayah mertuanya Pakubuwana IV dan kumpeni Belanda yang merupakan cikal bakal lahirnya Pura Mangkunegaran. (2)Fungsi sakral pada tari Bedhaya Anglirmendhung yaitu mendorong para trah keturunan Mangkunegaran untuk mempertahankan dan melestarikan keberadaan tari Bedhaya Anglirmendhung sebagai Pusaka Langen Praja Pura Mangkunegaran. Kebudayaan yang ada di dalam keraton baik mengenai aspek kesejarahan nilai budaya sistem budaya dan lingkungan budaya akan mendorong keberadaan tari Bedhaya Anglirmendhung. Setiap penyajian tari ini harus dibarengi dengan sesaji serta dalam waktu tertentu saja di karenakan tarian ini sangat sakral (3) Perkembangan seni di Pura Mangkunegaran terjadi beberapa perubahan masa pemerintahan Mangkunegara VIII mengadakan penggalian/rekontruksi terhadap tari Bedhaya Anglirmendhung yang diketahui dengan menggunakan komposisi tiga penari putri versi Mangkunegara III. Dalam perkembangan tahun-tahun selanjutnya tari Bedhaya Anglirmendhung diketahui bukan menggunakan komposisi tiga penari putri melainkan berjumlah tujuh penari putri yang setiap gerakannya menyampaikan berbagai pesan moral yang sangat dalam. Bagi penari maupun kalangan masyarakat yang turut hadir melihat dapat memberikan kontribusi nilai pendidikan karakter melalui setiap gerakan tari Bedhaya Anglirmendhung tersebut yang terkenal dengan gerakan keluwesan para penari tersebut. Berdasarkan penelitian ini penulis mengharapkan pihak-pihak terkait diantaranya pihak keturunan serta kerabat trah Mangkunegaran masyarakat sekitar Mangkunegaran sertaDinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta dapat terus menjaga eksistensi tari-tari tradisional khususnya tari di lingkungan Pura Mangkunegaran yang berada di Kelurahan Keprabon tersebut.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial (FIS) > Departemen Sejarah (SEJ) > S1 Pendidikan Sejarah
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 28 Jul 2016 04:29
Last Modified: 09 Sep 2016 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/54869

Actions (login required)

View Item View Item