Perkembangan Paguyuban Suaka Adat di Desa Sumberrejo Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang tahun 2003-2025 dan kontribusinya bagi pendidikan / Satriya Dwi Putra Wijaya - Repositori Universitas Negeri Malang

Perkembangan Paguyuban Suaka Adat di Desa Sumberrejo Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang tahun 2003-2025 dan kontribusinya bagi pendidikan / Satriya Dwi Putra Wijaya

Wijaya, Satriya Dwi Putra (2016) Perkembangan Paguyuban Suaka Adat di Desa Sumberrejo Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang tahun 2003-2025 dan kontribusinya bagi pendidikan / Satriya Dwi Putra Wijaya. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

ABSTRAK Wijaya Satriya. 2015. Perkembangan Paguyuban Suaka Adat desa Sumberrejo Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang 2003-2015 Dan Kontribusinya Bagi Pendidikan. Skripsi Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Dr. Ari Sapto M. Hum (II) Drs. Irawan M. Hum Kata kunci Kebatinan Sumberrejo Paguyuban Suaka Adat Pendidikan. Kebatinan ialah kebudayaan spiritual dari orang Jawa yang berasal dari zaman yang sudah sangat tua dan tidak mengalami perkembangan. Ciri utama Kebatinan ialah persekutuan hamba dengan Tuhan nya didalam persekutuan ini diusahakan agar direalisasikan dalam kehidupan nyata. Kebatinan memiliki berbagai macam aliran yaitu diantaranya Kejawen Tasawuf Kerohanian dan lain-lain. Kebatinan banyak dianggap sebagai aliran sesat karena dalam praktek penyembahannya sangat menyimpang dari Agama resmi. Tetapi perlu diketahui Kebatinan merupakan kepercayaan asli orang Indonesia umumnya dan Jawa pada khususnya sebelum agama-agama resmi pada saat ini seperti Hindu Budha Kristen Katolik dan Islam masuk ke Indonesia Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana sejarah berdirinya Paguyupan Suaka Adat (2) bagaimana perkembangan Paguyupan Suaka Adat dan (3) apa kontribusi Paguyupan Suaka Adat bagi pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis. Terdapat lima langkah yang ditempuh yakni pemilihan topik heuristik kritik interpretasi dan historiografi. Tahun 2003 sampai tahun 2015 Paguyuban Suaka adat mengalami perkembangan dalam berbagai hal walaupun tidak signifikan dan pesat. Tetapi perkembangan-perkembangan kecil muncul dalam Paguyuban Suaka adat seperti bertambahnya jumlah anggota bertambahnya asset Paguyuban perubahan struktur organisasi menjadi lebih kongkrit dan kegiatan yang lebih intens untuk menjaga keeksistensian Paguyuban Suaka Adat dalam melestarikan budaya Jawa Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Paguyuban Suaka Adat Wewarah Agesang merupakan Paguyuban yang berdiri sejak tahun 2003. Paguyuban ini berdiri atas inisiatif dari Ki Ageng Sriwidadi warga desa Bantur dan Bapak Mustakim warga desa Sumberrejo yang memiliki tujuan yang sama yaitu melestarikan Budaya Asli Jawa. Keinginan mendirikan Paguyuban ini tercapai setelah mendapat bantuan dari Notaris Bambang Irawan dari Kota Malang setalah resmi berdiri pada tanggal 30 Desember 2003 ditetapkan Ki Ageng Sriwidadi menjadi Penuntun Agung Paguyuban dan Bapak Mustakim sebagai Ketua Paguyuban (2) Dalam perkembagannya Paguyuban Suaka Adat Wewarah Agesang banyak menghadapi masalah. Salah satunya yaitu konflik antara Paguyuban Suaka Adat dengan warga desa Gedangan. Konflik ini dipicu oleh kesalah pahaman tentang penafsiran dan penyebutan nama Tuhan Yang Maha Esa dalam ajaran Paguyuban Suaka Adat tidak diperbolehkan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa dengan nama lain misalnya Alloh/ Allah hal itulah yang memicu konflik dengan warga desa Gedangan (3) Kontribusi Paguyuban Suaka Adat Wewarah Agesang didunia pendidikan bisa dilihat dari kegiatan Nguri-uri Budaya Jawi di SMA N 01 Bantur. Dalam acara tersebut Penuntun Paguyuban Ki Ageng Sriwidadi dan Ketua Paguyuban Bapak Mustakim di undang untuk mengisi dan memberikan wawasan tentang Budaya Asli Jawa. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena tentang aliran Kebatinan muncul di Desa Sumberrejo dengan berdirinya Suaka Adat yang menganut ajaran Wewarah Agesang . Dalam perkembagannya Paguyuban Suaka Adat banyak menghadapi masalah salah satunya adalah konflik sosial yang terjadi di Dusun Sumber Nanas Desa Gedanggan yang membuat Paguyuba Suaka Adat tidak dapat berkembang dengan semestinya. Dalam segi kontribusi pendidikan Nguri-Uri Budaya Jawi merupakan salah satu contohnya. Program ini dilaksanakan bulan sekali di SMA Negeri 01 Bantur dalam kegiatan ini satu hari penuh para siswa di tuntut untuk berbicara menggunakan bahasa Kromo Iinggil dan berpakaian adat Jawa. Penulis menyarankan bahwa konflik yang terjadi di desa Gedangan bisa dijadikan pembelajaran dalam kehidupan. Sehingga nantinya tidak ada lagi konflik yang terjadi karena faktor perbedaan keyakinan. Selain itu juga diharapkan dari peneliti lain untuk dapat mengkaji dengan ilmu-ilmu lain sehingga nantinya kajian mengenai Paguyuban Suaka Adat semakin banyak dan hal itu dapat menambah ilmu pengetahuan.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial (FIS) > Departemen Sejarah (SEJ) > S1 Pendidikan Sejarah
Depositing User: library UM
Date Deposited: 25 May 2016 04:29
Last Modified: 09 Sep 2016 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/54856

Actions (login required)

View Item View Item