Arini, Putri Febri (2015) Oei Hiem Hwie: kisah perjalanan hidup seorang peranakan Tionghoa - Indonesia (1938-2014) / Putri Febri Arini. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.
Full text not available from this repository.Abstract
ABSTRAK Arini Putri Febri. 2015. Oei Hiem Hwie Kisah Perjalanan Hidup Seorang Peranakan Tionghoa-Indonesia (1938-2014). Skripsi Jurusan Se jarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Drs. Mashuri M. Hum. (II) Drs. Irawan M.Hum. Kata Kunci Biografi Oei Hiem Hwie Tionghoa Nasionalis Indonesia Kejadian-kejadian setelah adanya peristiwa G30S di Indonesia begitu luar biasa. Peristiwa tersebut kemudian disusul dengan pemberantasan dan pembunuhan oknum-oknum PKI yang dituduh PKI dan yang di-PKI-kan yang ditengarai sebagai dalang dari pem bunuhan para Dewan Jenderal. Oei Hiem Hwie merupakan seorang Tionghoa yang pernah ditahan di Pulau Buru akibat petualangannya sebagai wartawan yang dianggap berkaitan dengan PKI dan dekat dengan pemberitaan Soekarno. Penelitian biografi ini dilakukan dengan tujuan untuk mendiskripsikan beberapa hal yaitu mengenai kehidupan awal Oei Hiem Hwie perjalanan karir dan ke hidupan Oei Hiem Hwie saat menjadi tahanan serta aktifitas yang dijalani Oei Hiem Hwie sekarang. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan historis mulai dari pemilihan topik tahap heuristik kritik terhadap sumber baik buku maupun narasumber interpretasi dan historio-grafi. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data diperoleh beberapa kes-impulan sebagai berikut. Pertama mengenai kehidupan awal Oei Hiem Hwie di mana para leluhur Hwie dan juga ayahnya masih menganut ajaran Konghuchu yang kental sedangkan dari keluarga ibunya Hwie belajar mengenai segala macam cara hidup orang Jawa. Hwie tumbuh sebagai Tionghoa peranakan di Kota Malang dengan diiringi dinamika perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaannya. Bukan hanya itu saja keberadaan Tionghoa di Indonesia mengalami pasang surut yang tetap bisa dilalui oleh keluarga Hwie. Kedua mengenai perjalanan karir Hwie dilaluinya dengan penuh semangat khas dari Tionghoa yang gigih. Sejak duduk di bangku sekolah Hwie kecil sangat senang berorganisasi yang menjadi bekalnya terjun mengikuti organisasi bentukan dari komunitas Tionghoa yaitu Baperki. Cita-cita yang diimpikannya segera ter-wujud semenjak terjun menjadi wartawan dari Koran Trompet Masjarakat yang juga mengantarkannya untuk lebih mengenal sosok Presiden Soekarno. Tidak pernah disangka jika hal inilah yang pada akhirnya mengantarkan Hwie menjadi tahanan politik dan me rasakan kehidupan di penjara selama kurang lebih 13 tahun. Pernah merasakan kehidupan di beberapa penjara merupakan pengalaman tak terlupakan seumur hidupnya. Salah satunya adalah pengalamannya di Pulau Buru akan selalu menjadi bayang-bayang kelam bagi Hwie. Perjumpaannya dengan Pramoedya A. Toer selalu menjadi sisi kenangan indah karena ilmu yang pernah dipelajarinya dari sesosok sastrawan tersebut. Peristiwa ini tidak lain karena ideologi komunis terlarang pada masa pemerintahan Orde Baru. Ketiga mengenai masalah masa pembebasan Hwie pada tahun 1978 merupakan babak baru perjalanan kehidupannya. Masa awal pembebasannya di-lalui dengan cukup sulit. Bukan Hwie saja semua yang mendapat predikat sebagai eks-tapol mengalami diskriminasi yang luar biasa. Berjalannya waktu dengan per-gantian penguasa maka kebijakan mengenai HAM menjadi perhatian khusus dan merupakan babak baru untuk semua orang. Kecintaan Hwie terhadap buku dan sejarah menjadikannya seorang yang peduli terhadap orang lain. Semangat pengorbanannya untuk bangsa ini patut jika dia dinilai sebagai seorang nasionalis dari kalangan Tionghoa. Koleksi bukunya pernah akan dibeli oleh orang luar dengan nilai 1 Milyar pada saat itu. Bisa saja dia menjual semua koleksinya itu dan bersikap acuh akan masa depan bangsa ini akan informasi-informasi kesejarahan. Kebutuhan akan materi dan pernah dipenjara kurang lebih 13 tahun oleh penguasa bangsa ini merupakan alasan yang cukup bagi Hwie untuk bisa menjual kliping ataupun koleksi buku-bukunya tersebut. Hwie mengambil tindakan lain dengan tetap mempertahankan yang dia miliki yang tidak lain hanya untuk kepentingan bangsanya sendiri di luar dari julukan orang Tionghoa yang melekat padanya. Hidupnya kini diabdikan seluruhnya untuk terus membuat kliping. Bangsa ini harus bangga ka rena ada satu dari sekian banyak pemerhati sejarah dari kalangan Tionghoa. Bukan masalah perbedaan yang selayaknya selalu ditonjolkan tapi bagaimana perbedaan itu bisa menjadi satu kesatuan atas nama Bangsa Indonesia. Jerih payah dan ketelatenan mengkoleksi berbagai surat kabar telah membuahkan hasil yang membanggakan. Penghargaan dari Museum Rekor-Dunia di Indonesia telah didapatkan Hwie untuk kategori sebagai Kolektor Surat Kabar Terlengkap Sejak Awal Terbit pada tanggal 1 Mei 2014. Kriteria pengangkatan tokoh dalam penelitian biografi yang sangat beragam membuat terbukanya peluang untuk bisa mengabadikan sejarah perjalanan hidup seseorang. Penelitian selanjutnya mengenai biografi dari tokoh kalangan biasa diharapkan bisa muncul lagi dengan lebih baik.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial (FIS) > Departemen Sejarah (SEJ) > S1 Pendidikan Sejarah |
Depositing User: | library UM |
Date Deposited: | 23 Jun 2015 04:29 |
Last Modified: | 09 Sep 2015 03:00 |
URI: | http://repository.um.ac.id/id/eprint/54808 |
Actions (login required)
View Item |