Ulfa, Riska Maria (2013) Perkembangan kesenian gandrung sebagai identitas Banyuwangi (2002-2012) / Riska Maria Ulfa. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.
Full text not available from this repository.Abstract
Ulfa Riska Maria. 2013. Perkembangan Kesenian Gandrung sebagai Identitas Banyuwangi (2002-2012). Skripsi Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Dr. Abdul Latif Bustami M.Si. (II) Dra. Yuliati M.Hum. Kata Kunci perkembangan kesenian Gandrung identitas Banyuwangi Kesenian Gandrung merupakan kesenian tradisional khas Banyuwangi yang sampai saat ini masih berkembang pesat di Banyuwangi. Banyuwangi selalu diidentikkan dengan Gandrung sehingga sering dijuluki sebagai Kota Gandrung. Pemerintah Banyuwangi mengeluarkan formalisasi legalitas Gandrung yang di-tuangkan dalam SK Bupati No. 173 Tahun 2002 yang menetapkan Gandrung sebagai Maskot Pariwisata Banyuwangi. Perkembangan kesenian Gandrung ber-kembang pesat dalam kurun tahun 2002-2012. Kesenian Gandrung menjadi simbol pariwisata dan identitas daerah Banyuwangi. Penelitian ini memiliki tiga rumusan masalah yang akan dikaji yaitu (1) Bagaimana gambaran umum Kabupaten Banyuwangi (2) Bagaimana sejarah dan pertunjukan kesenian Gandrung Banyuwangi (3) Bagaimana perkembangan ke-senian Gandrung sebagai identitas Banyuwangi (2002-2012). Penelitian ini di-laksanakan dengan tujuan (1) untuk mengetahui gambaran umum Kabupaten Banyuwangi (2) sejarah dan pertunjukan kesenian Gandrung Banyuwangi (3) perkembangan kesenian Gandrung sebagai identitas Banyuwangi (2002-2012). Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah. Metode sejarah meliputi pemilihan topik heuristik yaitu pengumpulan sumber verifikasi (kritik sumber) yaitu menguji kebenaran informasi baik dari segi materi maupun substansi meliputi kritik ekstern untuk menilai keautentikan sumber dan kritik intern untuk menilai kebenaran isi sumber dan kesaksian. Interpretasi yaitu men-cari makna dari fakta-fakta yang telah diperoleh dan historiografi yaitu penulisan sejarah. Metode sejarah lisan digunakan karena untuk menggali informasi dari pelaku sejarah melalui wawancara. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kesenian Gandrung muncul bersamaan dengan dibabatnya hutan Tirtaarum yang kemudian menjadi Banyuwangi. Kesenian Gandrung mulai memperoleh kedudukan yang tinggi setelah dikeluarkannya SK Bupati No. 173 Tahun 2002 dan SK Bupati No. 147 Tahun 2003 tentang Penetapan Tari Jejer Gandrung sebagai Tari Selamat Datang di Kabupaten Banyuwangi. Tujuannya untuk melestarikan kesenian Gandrung dan untuk melegitimasi sebutan Banyuwangi sebagai Kota Gandrung. Penelitian ini memperoleh kesimpulan bahwa eksistensi keberadaan dan per-kembangan kesenian Gandrung tidak lepas dari peran seniman-budayawan Gandrung dan pemerintah Banyuwangi serta adanya formalisasi legalitas Gandrung. Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu peneliti dapat mengkaji per-kembangan kesenian Gandrung di Lombok atau perbandingan antara kesenian Gandrung Banyuwangi dan Lombok sehingga ada keunikan tersendiri dari masing-masing perkembangan kesenian tersebut.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial (FIS) > Departemen Sejarah (SEJ) > S1 Pendidikan Sejarah |
Depositing User: | library UM |
Date Deposited: | 30 Jul 2013 04:29 |
Last Modified: | 09 Sep 2013 03:00 |
URI: | http://repository.um.ac.id/id/eprint/54653 |
Actions (login required)
View Item |