Sejarah dan komflik ritual Manten Kucing di Desa Pelem Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung / Wisnu Aji Dwicahyono - Repositori Universitas Negeri Malang

Sejarah dan komflik ritual Manten Kucing di Desa Pelem Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung / Wisnu Aji Dwicahyono

Dwicahyono, Wisnu Aji (2012) Sejarah dan komflik ritual Manten Kucing di Desa Pelem Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung / Wisnu Aji Dwicahyono. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

Kata kunci ritual manten kucing konflik Desa Pelem Penelitian tentang konflik yang terjadi pada ritual manten kucing ini dilakukan untuk mengungkapkan terjadinya kecaman MUI Kabupaten Tulungagung terhadap ritual manten kucing pada tahun 2010 lalu. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui sejarah ritual manten kucing di Desa Pelem. (2) untuk mengetahui perkembangan dan konflik yang terjadi pada ritual manten kucing. (3) untuk mengetahui relevansi hasil penelitian ritual manten kucing dengan pendidikan sejarah. Metode penelitian yang yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yang meliputi beberapa tahap yaitu Pemilihan topik Heuristik Verifikasi (kritik sejarah keabsahan sumber) Interpretasi (analisis dan sintesis) Historiografi (penulisan). Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat oleh peneliti dapat dijabarkan sebagai berikut (1) ritual manten kucing dimulai saat terjadi kemarau panjang yang melanda Desa Pelem pada zaman Belanda (belum diketahui secara pasti tahun kejadian tersebut). Pada saat yang sama seorang sesepuh Desa bernama Eyang Sangkrah mandi bersama sepasang kucing di coban krama yang dianggap membuat turunnya hujan. Pada saat itu belum dikenal istilah ritual karena belum ada tata cara tertentu pada peristiwa tersebut. Istilah ritual baru muncul pada masa Demang Sutomedjo yang mendapatkan wangsit untuk melaksanakan ritual memandikan kucing di coban krama pada saat terjadinya kemarau panjang. Ritual ini kemudian diteruskan oleh anak-anaknya yaitu Lurah Suwardi dan Bapak Djani. Perkembangan yang pesat terjadi saat manten kucing pada masa Kepala Desa Pelem saat ini yaitu Bapak Nugroho Agus. Pada masa ini ritual manten kucing dilaksanakan dalam bentuk kesenian dengan tujuan untuk melestarikan ritual manten kucing. (2) Pada saat dilaksanakan dalam bentuk seni ritual manten kucing mendapatkan kecaman dari MUI Kabupaten Tulungagung karena dianggap sebagai ritual yang melecehkan agama Islam. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ritual manten kucing merupakan sebuah ritual minta hujan dari Desa Pelem Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung yang telah berkembang dalam bentuk kesenian dan pernah mendapat kecaman MUI pada tahun 2010. Berdasarkan temuan data di atas maka peneliti memberikan beberapa saran yaitu (1) Masyarakat Desa Pelem harus tetap melestarikan ritual minta hujan tersebut. (2) Masyarakat Tulungagung harus lebih mengenal ritual manten kucing sehingga tidak salah paham dalam mengartikan ritual tersebut. (3) Pemerintah Kabupaten Tulungagung dalam hal ini Disbudparpora harus tetap memiliki inisiatif dalam melestarikan ritual manten kucing. (4) Peneliti selanjutnya dianjurkan untuk meneliti makna pada ritual manten kucing.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial (FIS) > Departemen Sejarah (SEJ) > S1 Pendidikan Sejarah
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 09 Jul 2012 04:29
Last Modified: 09 Sep 2012 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/54582

Actions (login required)

View Item View Item