Peran Sanggar Seni Bahari Tradisional (SsBT) dalam upaya melestarikan budaya maritim di Mojokerto / Putri Pratamaningrum - Repositori Universitas Negeri Malang

Peran Sanggar Seni Bahari Tradisional (SsBT) dalam upaya melestarikan budaya maritim di Mojokerto / Putri Pratamaningrum

Pratamaningrum, Putri (2013) Peran Sanggar Seni Bahari Tradisional (SsBT) dalam upaya melestarikan budaya maritim di Mojokerto / Putri Pratamaningrum. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

Pratamaningrum Putri. 2013. Peran Sanggar Seni Bahari Tradisional (SSBT) dalam Upaya Melestarikan Budaya Maritim di Mojokerto. Skripsi Progam Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang. Pembimbing (1) Drs. Suparlan Al Hakim M.Si. (2) Drs. Margono M.Pd. M.Si. Kata Kunci Peran Sanggar Melestarikan Budaya Maritim Budaya maritim adalah budaya pemanfaatan laut dimana nenek moyang bangsa Indonesia dahulu banyak dikenal sebagai seorang pelaut. hal ini diperkuat juga adanya bukti bahwa nenek moyang bangsa Indonesia sejak ribuan tahun sebelum masehi telah mampu mengarungi dunia sampai ke kawasan-kawasan Samudra Hindia dan Samudra Pasifik sebagai pelaut-pelaut ulung. Sanggar Seni Bahari Tradisional (SSBT) merupakan Sanggar yang memproduksi miniatur kapal. Sanggar Seni Bahari Tradisional Bahari didirikan oleh Djuhari Wijtaksono yang berawal dari rasa keprihatinan terhadap kurangnya perhatian para generasi muda terhadap Bahari di Indonesia serta nasib buruk bahari nelayan Indonesia. Indonesia negara yang wilayahnya dikelilingi lautan lautan Indonesia bukanlah lautan yang tidak memiliki keelokan yang mempesona serta mengandung kekayaan yang melimpah didalamnya. Sanggar Seni Bahari Tradisional yang dikelola oleh Djuhari Wijtaksono menghasilkan berbagai miniatur perahu yang memiliki daya kreatifitas dan estetika yang indah hal ini untuk memperlihatkan bahwa nenek moyang Bangsa Indonesia adalah seorang pelaut. Hal Ini dibuktikan dengan sejak zaman Majapahit telah dibuat perahu tradisional yang bentuknya tidak kalah dengan perahu yang dibuat oleh bangsa Portugis. Tujuan dari penelitian ini adalah mendiskripsikan (1) latar belakang berdirinya Sanggar Seni Bahari Tradisional (SSBT) di Mojokerto (2) landasan penyusunan progam seni bahari visi misi dan tujuan sebagai wujud peran sanggar seni bahari tradisional (SSBT) di mojokerto (3) pelaksanaan progam Sanggar Seni Bahari Tradisional (SSBT) untuk melestarikan budaya maritim (4) hambatan pelestarian budaya maritim oleh Sanggar Seni Bahari Tradisional (SSBT). Metode yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan jenis penelitian studi kasus. Sumber data yang utama dalam penelitian ini adalah Pak Djuhari Wijtaksono selaku pemimpin dan pemilik SSBT beserta rekan kerja di SSBT yaitu Pak Budi dan Pak Nouradi serta rekan kerja di luar SSBT yaitu Pak Harto dan Pak Bambang. Adapun analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif kualitatif. Penelitian ini termasuk penelitian studi kasus karena yang diteliti berkenaan dengan suatu lembaga. Hasil penelitian ini sebagai berikut. Latar Belakang Berdirinya Sanggar Seni Bahari Tradisional di Mojokerto yaitu Pak Djuhari sangat mencintai dan bangga dengan dunia bahari Indonesia. Rasa cinta pak Djuhari terhadap dunia bahari beliau aplikasikan dengan membuat miniatur perahu. Landasan penyusunan progam seni bahari visi misi dan tujuan sebagai wujud peran SSBT yaitu Visi SSBT melestarikan budaya dan keterampilan serta kesempatan berwirausaha. Sedangkan misinya memberikan peluang- peluang kepada generasi muda yang belum mendapatkan kesempatan kerja dan memberikan pandangan satu jenis keterampilan atau keterampilan yang lain. Tujuan Sanggar melestarikan budaya kemaritiman. Penyusunan progam seni bahari sebagai wujud peran SSBT terhadap visi misi dan tujuan SSBT yaitu rencana bentuk progam antara lain produk miniatur perahu nusantara yang dikreasikan atas pesanan dengan menyertakan gambar perahunya melakukan pelatihan- pelatihan untuk belajar membuat perahu mempertahankan eksistensi budaya maritim dengan menciptakan kembali miniatur perahu majapahit memberikan lapangan pekerjaan agar keterampilan yang dimiliki bisa dimanfaatkan serta memberikan wawasan wirausaha agar memiliki jiwa usaha sehingga nantinya bisa mandiri. Rencana bentuk progam diatas ditujukan kepada mereka yang punya tenaga tapi tak punya motivasi untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat serta memanfaatkan kerampilan. Melaksanakan progam seni bahari Beliau lakukan melalui dialog langsung dengan pengrajin. Adapun dengan berkembangnya keterampilan membuat miniatur karena para pengrajin yang setelah belajar di SSBT mereka akan mengajarkan kepada generasi selanjutnya yang ingin bisa membuat miniatur serta ada juga yang langsung ke SSBT belajar membuat miniatur perahu. Pelaksanaan progam Sanggar Seni Bahari Tradisional (SSBT) untuk melestarikan budaya maritim mengenai produk yaitu berbagai miniatur perahu nusantara telah berhasil di kreasikan Pak Djuhari di SSBT tahap pembelajaran pelatihan membuat perahu meliputi menentukan skala membuat mal membuat body membuat layar dan komponennya ditempelkan dan dirakit dengan benang di warna sebelum dirakit atau sesudahnya. Dalam mempertahankan eksistensi budaya maritim Pak Djuhari berhasil menciptakan miniatur kapal Majapahit lokakarya dsb para pengrajin tidak hanya menjadi partner kerja namun juga akan di dorong Pak Djuhari untuk mandiri dengan membuka bengkel sendiri yaitu wirausaha. Hambatanya dalam pelestarian budaya maritim oleh SSBT hambatan dalam membuat produk bahwa bentuk kapalnya sulit atau rumit contoh gambar kurang jelas tidak lengkap (hanya dari 1 sisi saja) dalam satu kapal terdiri dari banyak bahan (kayu benang kain cat dll) dan waktu pembuatan terlalu singkat. Hambatan yang diperoleh saat pelatihan- pelatihan yaitu bila yang diajari kurang berbakat meminta kapal yang rumit tetapi waktunya singkat anaknya terlalu kecil sehingga bisa membahayakan saat praktek dengan mesin anaknya bandel susah untuk memeprhatikan. Sedangkan hambatan dalam mempertahankan eksistensi budaya maritim menantang kesulitan ketika survey dan riset mencari bentuk kapal Majapahit untuk ditemukan kembali yaitu di Indonesia masih kurang mendukung sehingga harus survey dan riset ke luar negeri yaitu ke Nederland sebanyak empat kali sehingga kesulitan dana yang akhirnya mendapat bantuan dari PT. Semen Gresik.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: ?? ??
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial (FIS) > Departemen Hukum dan Kewarganegaraan (HKn) > S1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 31 Dec 2013 04:29
Last Modified: 09 Sep 2013 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/51764

Actions (login required)

View Item View Item