Menulusuri pimikiran nasionalisme Soekarno muda dan Soekarno tua serta relevansinya di era globalisasi / Amir Hamzah Taufani - Repositori Universitas Negeri Malang

Menulusuri pimikiran nasionalisme Soekarno muda dan Soekarno tua serta relevansinya di era globalisasi / Amir Hamzah Taufani

Taufani, Amir Hamzah (2009) Menulusuri pimikiran nasionalisme Soekarno muda dan Soekarno tua serta relevansinya di era globalisasi / Amir Hamzah Taufani. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar yang memiliki wilayah dari Sabang sampai Merauke Miangas sampai Rote diapit oleh dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Pasifik serta dua benua yaitu Benua Asia dan Australia dan memiliki keanekaragama suku bangsa seperti Bali Bugis Madura Jawa Kalimantan Papua kekayaan ini merupakan gambaran kecil yang dimiliki bangsa Indonesia karena keanekaragaman yang terkandung dalam bahasa budaya agama maupun kekayaan alam. Bangsa Indonesia yang sangat multikultural merupakan sangatlah rentan terhadap disintegrasi hal inilah yang harus selalu kita waspadai pentingnya penanaman sikap nasionalisme maupun pengembangan nasionalisme itu sendiri dimasa yang akan datang dalam era globalisasi saat ini. Dengan meninjau kembali semangat nasionalisme dari The Founding Father Soekarno untuk mengambil pemikiran tentang semangat nasionalismenya. Soekarno dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1901 di Lawang Seketeng Surabaya yang merupakan anak kedua dari perkawinan Raden Sukemi Sosrodiharjo dan Idayu Nyoman Rai. Pemikiran Soekarno muda diawali ketika ia menempuh pendidikan Europeesche Lagere School (ELS) Sekolah Tingkat Menengah atau dulu bernama HBS (Hoogere Burger School) di Surabaya kemudian Soekarno melanjutkan pendidikannya di Technicshe Hooge School (THS) yang saat ini dikenal dengan nama Institut Teknologi Bandung (ITB). Disini Soekarno mendirikan studi klub umum yang diberi nama Algemeene Studieclub Bandung yang berkedok kelompok belajar serta diskusi. Pada tanggal 4 Juli 1927 Soekarno mendirikan PNI dengan azas marhenisme. Soekarno juga mendirikan PPPKI (Perhimpunan Permufakatan-Permufakatan Politik Kebangsaan Indonesia) yang bertujuan untuk menciptakan pola perjuangan yang sama yakni mencapai Indonesia Merdeka. Pada tahun 1926 Soekarno membentuk PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) yang merupakan latar belakang dari Sumpah Pemuda tahun 1928 dan pada tahun 1930 Soekarno melakukan pembelaan di pengadilan Bandung yang berjudul Indonesia Menggugat. Sedangkan pada masa penjajahan Jepang Soekarno juga mendirikan Pusat Tenaga Rakyat (Putera) sebagai salah satu perjuangan rakyat Indonesia. Disamping itu Jepang juga mendirikan Jawa Hookokai yang bertujuan menarik simpati para tokoh pergerakan Indonesia dan rakyat Indonesia. Atas inisiatif Soekarno dirikanlah PETA dan Barisan Pelopor pada tahun 1943. Pada tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang pertama BPUPKI Sukarno menyampaikan pokok-pokok pemikirannya tentang filosofie groundslaag (dasar negara) yaitu Pancasila. Pemikiran nasionalisme Soekarno tua diawali dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang berisi (1). Bubarkan Dewan Konstituante (2) Sudah tidak berlakunya UUDS 1950 (3). Berlakunya kembali UUD 1945 dan tujuan dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah untuk menyatukan kembali bentuk NKRI. Nasakom adalah konsep persatuan hasil pemikiran Soekarno pada tahun 1926 yang diartikan sebagai golongan Nasionalis (PNI) Agama (NU) dan Komunis (PKI). Namun Soekarno mengharapkan ketiga golongan ini berperan dalam pemerintahan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang didasarkan pada koalisi kekuatan-kekuatan partai politik. Pada peristiwa pembebasan Irian Barat dan Ganyang Malaysia yang dilakukan oleh Sukarno merupakan salah satu perjuangan Soekarno dalam menjaga kesatuan wilayah Negara Republik Indonesia. Disamping itu TriSakti merupakan salah satu perjuangan Soekarno untuk mengangkat amanat penderitaan rakyat yang bersubstansikan berdaulat dalam bidang politik berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Pada era globalisasi saat ini para generasi muda bangsa Indonesia diharapkan selalu memupuk rasa nasionalisme. Pemikiran nasionalisme Soekarno bagi bangsa Indonesia pada saat itu melahirkan sebuah gerakan kesadaran dalam melawan kolonialisme Belanda dan Jepang untuk mencapai tujuan kemerdekaan Indonesia. Pengaruh pemikiran nasionalisme Soekarno terhadap pergerakan adalah munculnya perjuangan untuk mencapai kemerdekaan dan terkikisnya sikap nasionalisme kedaerahan. Peranan pemikiran nasionalisme Soekarno tua adalah mempertahankan proklamasi kemerdekaan RI menjaga kedaulatan negara dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. pada era globalisasi dimana semakin berkurangnya peranan negara dan dibukanya perdangan internasional dengan semakin meningkatnya sifat ketergantungan negara berkembang pada negara maju. Kennedy dan Cohen dalam Prabawati (2008 2) menyatakan bahwa menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu Perkembangannya globalisasi semakin dinilai negatif hal ini akibat dari beberapa pihak menilai bahwa globalisasi sendiri merupakan sebuah proyek dari negara-negara adi kuasa hal inilah yang membuat orang memiliki pandangan negatif dan curiga dengan dasar penilaian bahwa globalisasi merupakan Kapitalisme dan bentuk yang paling mutakhir. Pemikiran nasionalisme Soekarno muda pada dasarnya adalah mengajak semua pihak untuk berjuang melepaskan diri dari kolonialisme. Sedangkan pemikiran Sukarno tua menekankan pada sikap perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan sebuah bangsa dan negara Indonesia. Konsep pemikiran nasionalisme Sukarno pada era globalisasi masih sangat relevan dari masa studi di kota Surabaya sampai lahirnya Pancasila serta dari Proklamasi samapi trisakti sangat relevan dalam menghadapi era globalisasi saat ini namun hanya menggantikan dalam konsep dahulu melawan penjajahn sedangkan bangsa Indonesia saat ini adalah melawan negar-negara industri (negara maju) maupun melawan negara-negara donor seperti IMF ADB. Pada masa sekarang masih ada beberapa relevansi pemikiran nasionalisme Soekarno selain dari pemikiran nasionalisme Soekarno muda dan Soekarno tua juga adanya NEFO dan OLDEFO. Selain itu menurut pendapat (Lane.2006 1) seperti NEFO (New Emerging Forces) dan OLDEFO (Old Established Forces) merupakan pemikiran Soekarno yang masih relevan karena mulai munculnya perlawanan baru dari lembaga-lembaga non pemerintahan yang melakukan perlawanan terhadap kapitalisme.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: ?? ??
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial (FIS) > Departemen Hukum dan Kewarganegaraan (HKn) > S1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 25 Jun 2009 04:29
Last Modified: 09 Sep 2009 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/51423

Actions (login required)

View Item View Item