Etnomatematika pada aktivitas menenun masyarakat Suku Dawan-Timor dan kaitannya dengan matematika sekolah / Maria Marantika Aunga</p> - Repositori Universitas Negeri Malang

Etnomatematika pada aktivitas menenun masyarakat Suku Dawan-Timor dan kaitannya dengan matematika sekolah / Maria Marantika Aunga</p>

Aunga, Maria Marantika (2025) Etnomatematika pada aktivitas menenun masyarakat Suku Dawan-Timor dan kaitannya dengan matematika sekolah / Maria Marantika Aunga</p>. Masters thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

Matematika dan budaya merupakan dua hal yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Kajian budaya dari aspek matematika dikenal dengan etnomatematika. Saat ini etnomatematika merupakan bidang penelitian tentang hubungan antara budaya dan matematika. Etnomatematika menggunakan konsep matematika secara luas yang terkait dengan beberapa aktivitas matematika meliputi aktivitas mengelompokkan menghitung mengukur merancang bermain menentukan lokasi merupakan kegiatan mendasar yang biasa dilakukan masyarakat dalam kehidupan sehari ndash hari. Beberapa penelitian tentang penggunaan kain tenun dalam pembelajaran matematika di kelas telah dilakukan dan hasilnya unsur matematika yang terdapat pada kain tenun dapat digunakan dalam proses pembelajaran di kelas serta dapat membantu siswa memahami konsep matematika yang bersesuaian. Salah satu kegiatan yang biasa dilakukan masyarakat suku Dawan khususnya kaum perempuan adalah menenun. Aktivitas menenun merupakan salah satu budaya lokal dan juga salah satu mata pencaharian masyarakat yang sampai saat ini dilestarikan oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) secara khusus oleh masyarakat suku Dawan ndash Timor Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Suku Dawan di Kabupaten Timor Tengah Utara sendiri terdiri atas tiga suku yakni Biboki Insana dan Miomafo (Biinmafo) dengan setiap suku memiliki ciri khas kain tenunan dan jenis ndash jenis kain dengan motif yang unik dan berbeda-beda. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain etnografi yang bertujuan untuk mendeskripsikan tentang etnomatematika pada aktivitas menenun masyarakat suku Dawan-Timor dan juga untuk mendeskripsikan kaitan antara etnomatematika pada aktivitas menenun masyarakat suku Dawan-Timor dan kaitannya dengan matematika sekolah. Pada penelitian ini pengetahuan matematika yang diperoleh didasarkan pada aktivitas rutin yang dilakukan dan dikenal dengan karakteristik Bishop. Aktivitas rutin yang dimaksud yakni menghitung mengukur merancang dan menjelaskan. Penelitian ini dilakukan di Desa Oesena Kecamatan Miomaffo Timur Desa Botof Kecamatan Insana dan Desa Te rsquo ba Kecamatan Biboki Tanpah Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur. Subjek penelitian ini adalah tiga penenun yang mewakili masing ndash masing kecamatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengetahuan matematika pada aktivitas menenun. Aktivitas menghitung dilakukan saat penenun menentukan banyak benang yang dibutuhkan untuk menenun tais dan bete. Selain itu juga dihitung warna benang yang akan dikombinasikan dengan benang dasar agar dapat menghasilkan motif sesuai yang diinginkan. Benang yang digunakan dihitung berdasarkan banyaknya kepala benang untuk setiap warna. Motif yang akan dihasilkan juga mempengaruhi banyaknya benang yang dibutuhkan untuk menenun kain. Aktivitas jika dikaitkan dengan matematika sekolah berkaitan dengan materi operasi hitung penjumlahan. Dalam aktivitas menghitung juga terdapat proses abstraksi. Proses abstraksi ditunjukkan dengan menyatakan banyaknya benang berwarna dengan sebuah bilangan lalu dilakukan operasi penjumlahan bilangan ndash bilangan tersebut. Dalam konteks ini perbedaan warna benang diabaikan dan hanya memperhatikan banyaknya benang pada masing ndash masing warna. Selain itu juga aktivitas menghitung nampak saat penenun menentukan harga jual kain dan lamanya waktu menenun. Pada proses menenun kain aktivitas mengukur dilakukan saat proses non benang agar ukuran kain tenun yang akan dihasilkan sesuai. Proses mengukur ini dilakukan dengan menggunakan jari tangan dan dihitung berdasarkan jengkal. Ukuran tais maupun bete dapat disesuaikan dengan permintaan pembeli. Selain mengukur panjang dan lebar kain yang akan dihasilkan aktivitas mengukur juga dilakukan saat akan menentukan batas motif tenunan yang biasanya disebut lakat. Lakat biasanya berukuran seperti panjang jari penenun. Aktivitas mengukur juga terlihat saat menggulung benang. Benang yang digulung biasanya berukuran seperti kepalan tangan orang dewasa. Aktivitas mengukur yang dilakukan penenun tidak menggunakan satuan baku seperti yang diajarkan di sekolah namun hanya menggunakan ukuran yang sudah ada dan ukuran yang seperti biasa digunakan sedangkan pada kegiatan pembelajaran di kelas biasanya menggunakan satuan ukuran baku seperti satuan panjang berat volume dan lainnya. Selain aktivitas menghitung dan mengukur terdapat aktivitas merancang. Aktivitas merancang dilakukan saat penenun akan membuat/mendesain motif kain tenun. Pada jenis tenunan futus benang diikat menggunakan tali rafia untuk membentuk motif sesuai keinginan. Motif yang dihasilkan biasanya tidak digambar namun hanya diingat ataupun menggunakan contoh motif yang sudah ada. Pada tenun motif buna benang berwarna akan diikat di setiap baris benang dasar berwarna hitam dengan setiap baris memiliki desain ikatan yang berbeda. Jika sudah terbentuk setengah motif buna maka selanjutnya desain ikatan benang akan mengulang kembali desain ikatan benang sebelumnya. Desain ini terus berulang hingga menghasilkan motif buna sesuai keinginan. Pada aktivitas merancang terdapat konsep geometri bidang. Unsur dan konsep geometri seperti titik garis sudut garis sejajar dan bangun datar segiempat terdapat dalam kain tenun. Sifat ndash sifat kesebangunan juga terdapat dalam aktivitas menenun. Konsep ndash konsep geometri yang ditemukan ini sesuai dengan konsep geometri yang digunakan dalam pembelajaran matematika di sekolah. Selain konsep geometri pada aktivitas merancang juga terdapat konsep bilangan palindrom yang digunakan penenun sebagai pola ikatan benang. Bilangan palindrom merupakan bilangan yang nilainya sama jika dibaca dari depan maupun belakang. Selain aktivitas yang diuraikan di atas dalam aktivitas menenun ditemukan konten matematika yang berbeda dengan pembelajaran matematika di sekolah. Dalam menghitung banyaknya benang yang digunakan untuk menenun penenun langsung menghitung banyaknya benang per kepala dengan mengabaikan warna benang. Hal ini tentu bertentangan dengan konsep bentuk aljabar dan penjumlahan bentuk aljabar yang dipelajari di sekolah. Dalam pembelajaran materi bentuk aljabar warna benang dengan warna berbeda tidak dapat langsung dijumlahkan karena variabelnya berbeda. Hal ini dapat digunakan untuk mengontraskan pembelajaran bentuk aljabar dan penjumlahan bentuk aljabar agar lebih memperkaya wawasan dan pemahaman siswa. Berdasarkan temuan penelitian disarankan bagi guru untuk menggunakan konten matematika yang terdapat dalam aktivitas menenun masyarakat Suku Dawan ndash Timor pada kegiatan pembelajaran di sekolah dan juga mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan pemberian tugas proyek berbasis etnomatematika agar siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa tentang manfaat matematika dalam kehidupan sehari ndash hari.

Item Type: Thesis (Masters)
Divisions: Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) > Departemen Matematika (MAT) > S2 Pendidikan Matematika
Depositing User: library UM
Date Deposited: 22 Jan 2025 04:29
Last Modified: 09 Sep 2025 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/367367

Actions (login required)

View Item View Item