Wangguway, Yustinus (2024) Scaffolding metakognisi siswa dalam pemecahan masalah matematika / Yustinus Wangguway</p>. Doctoral thesis, Universitas Negeri Malang.
Full text not available from this repository.Abstract
Pemecahan masalah sangat penting dalam pembelajaran matematika. Begitu pentingnya maka pemecahan masalah dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran di Sekolah Menengah Atas. Pemecahan masalah adalah suatu proses kompleks yang menuntut seseorang untuk mengordinasikan pengalaman pengetahuan pemahaman dan intuisi dalam rangka memenuhi tuntutan dari suatu situasi. Pemecahan masalah dapat menciptakan ide baru menemukan teknik atau produk baru. Pemecahan masalah memerlukan proses berpikir tingkat tinggi karena mengharuskan seseorang memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberinya pengertian dan implikasi baru. Sedangkan proses berpikir tingkat tinggi memerlukan metakognisi karena metakognisi merujuk pada kemampuan seseorang untuk memonitor atau meregulasi aktivitas kognisinya. Metakognisi sering didefinisikan sebagai berpikir tentang berpikir atau tindakan berpikir seseorang tentang pemikirannya sendiri untuk membantunya dalam proses pemecahan masalah. Metakognisi merupakan proses mental yang melibatkan aktivitas metakognitif yang mencakup kesadaran evaluasi dan regulasi. Siswa dalam menyelesaikan pemecahan masalah menggunakan metakognisi yang dapat diamati dari setiap aktivitas metakognitifnya. Ada dua hasil pengamatan pada aktivitas metakognitif siswa yaitu kesuksesan metakognisi dan kegagalan metakognisi. Kegagalan metakognisi mengakibatkan terjadinya kebutaan fatarmogana dan vandalisme metakognitif. Kegagalan metakognisi perlu dibantu dengan memberikan scaffolding. Scaffolding dimaksudkan agar siswa dapat sukses dalam aktivitas metakognitifnya. Jenis scaffolding yang diberikan adalah scaffolding metakognisi dimana melalui petunjuk yang diberikan siswa yang mengalami kegagalan metakognisi dalam pemecahan masalah matematika dapat merefleksikan aktivitas metakognitifnya. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis scaffolding metakognisi bagi siswa yang mengalami kegagalan metakognisi dalam pemecahan masalah matematika. Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif digunakan karena penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis scaffolding metakognisi serta aktivitas metakognitif siswa yang mengalami kegagalan metakognisi dalam pemecahan masalah matematika. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif berupa kata-kata dan lebih identik dengan sifat atau karakteristik. Data yang diperoleh dipaparkan sesuai fakta dan fenomena yang terjadi di lapangan. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Jayapura dan SMA Negeri 1 Sentani provinsi Papua. Dari kedua sekolah tersebut 21 siswa terlibat sebagai calon subjek yang diberikan pelatihan think aloud. Berdasarkan kriteria pemilihan subjek dan analisis yang digunakan maka delapan siswa tepilih sebagai subjek dalam penelitian ini. Peneliti bertindak sebagai instrumen utama. Adapun instrumen pendukung yaitu tes pemecahan masalah matematika dan didukung pedoman pelatihan think aloud. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan soal tes pemecahan masalah matematika kepada subjek untuk diselesaikan sambil melakukan think aloud dan direkam semua aktivitas yang dilakukan subjek. Data penelitian diperoleh dari lembar tes siswa dalam pemecahan masalah matematika dan hasil rekaman think aloud siswa. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas metakognitif siswa dalam pemecahan masalah matematika dapat terjadi dua kemungkinan yaitu kesuksesan metakognisi dan kegagalan metakognisi. Siswa yang mengalami kegagalan metakognisi diberikan scaffolding metakognisi. Scaffolding yang dilakukan adalah dengan memberikan pedoman jawab untuk mengatasi kegagalan metakognisi siswa. Selama siswa merefleksikan pemikirannya peneliti atau guru mendampingi dan memantau kemajuan siswa dalam pengembangan metakognisinya. Pada intinya penggunaan pedoman jawab berfungsi sebagai bentuk scaffolding dengan memberikan dukungan tambahan bagi siswa untuk memahami tidak hanya jawaban yang benar tetapi juga bagaimana cara mendekati dan memikirkan masalah. Jenis bimbingan ini bertujuan untuk mendorong pemahaman yang lebih dalam dan keterampilan pemecahan masalah secara mandiri. Aktivitas metakognitif siswa setelah diberikan scaffolding metakognisi dibagi menjadi dua. Pertama aktivitas metakognitif siswa berupa evaluasi kesadaran dan regulasi metakognisi yang selanjutnya disebut sebagai scaffolding metakognisi lengkap. Kedua aktivitas metakognitif siswa meliputi evaluasi dan kesadaran metakognisi yang selanjutnya disebut sebagai scaffolding metakognisi tidak lengkap. Aktivitas metakognitif siswa berupa evaluasi dan kesadaran pada scaffolding metakognisi tidak lengkap dijelasakan sebagai berikut. Evaluasi metakognitif siswa meliputi (1) memikirkan kebenaran penyelesaian masalah matematika (2) memikirkan dan memeriksa solusi penyelesaian masalah dan (3) memikirkan dan memeriksa langkah-langkah penyelesaian masalah. Sedangkan kesadaran metakognisi meliputi (1) memikirkan kesalahan prosedur yang dilakukan dalam pemecahan masalah (2) memikirkan kesalahan penggunaan konsep dalam penyelesaian masalah (3) memikirkan bahwa kurang teliti dan (4) memikirkan terkait apa yang diketahui dari permasalahan yang diberikan. Aktivitas metakognitif siswa berupa evaluasi kesadaran dan regulasi pada scaffolding metakognisi lengkap dijelasakan sebagai berikut. Evaluasi metakognitif meliputi (1) memikirkan kebenaran penyelesaian masalah matematika (2) memeriksa solusi penyelesaian masalah matematika dan (3) memeriksa terkait penggunaan konsep. Kesadaran metakognitif meliputi (1) memikirkan untuk mengerjakan ulang dan memperbaiki penyelesaian masalah yang diberikan (2) memikirkan apa yang diketahui dari permasalahan yang diberikan (3) memikirkan untuk menggunakan cara yang berbeda dalam pemecahan masalah dan (4) memikirkan apa yang harus dilakukan saat ini. Sedangkan regulasi metakognitif meliputi (1) memikirkan untuk mengubah cara penyelesaian masalah matematika (2) memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya dalam penyelesaian masalah matematika (3) memikirkan untuk membuat rencana penyelesaian masalah matematika dan (4) memikirkan untuk menggunakan cara yang berbeda dalam pemecahan masalah.
Item Type: | Thesis (Doctoral) |
---|---|
Divisions: | Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) > Departemen Matematika (MAT) > S3 Pendidikan Matematika |
Depositing User: | library UM |
Date Deposited: | 07 Feb 2024 04:29 |
Last Modified: | 09 Sep 2024 03:00 |
URI: | http://repository.um.ac.id/id/eprint/349446 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |