Numertayasa, I Wayan (2024) Pertarungan wacana penolakan sampradaya di media sosial / I Wayan Numertayasa</p>. Doctoral thesis, Universitas Negeri Malang.
Full text not available from this repository.Abstract
Sampradaya dalam agama Hindu diartikan sebagai sistem tradisi spiritual yang melibatkan suksesi guru ke murid melalui inisiasi spiritual. Istilah ini merujuk pada sekolah spiritual di India Selatan yang muncul pada abad kesebelas. Tradisi ini juga dikenal di Indonesia sebagai bagian dari pembelajaran vedanta dan aguron-guron. Di Bali sampradaya berkembang mulai tahun 1980 dan menjadi komunitas spiritual baru yang berhubungan dengan tradisi Hindu dari India. Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) mengakomodasi sampradaya seperti Hare Krishna (HK) dan Sai Baba. Namun kehadiran HK sering menimbulkan konflik dengan tradisi Hindu Bali menyebabkan protes dari masyarakat dan keputusan hukum yang melarang ajaran HK. Konflik antara Sampradaya HK dan masyarakat Hindu tradisional Bali memuncak pada akhir tahun 2019 dengan penolakan yang terlihat dalam bentuk penutupan ashram dan spanduk-spanduk penolakan. Protes ini juga meluas ke media sosial di mana akun-akun Facebook menyuarakan penolakan mereka. Diskusi dan perdebatan di media sosial menjadi ajang pertarungan ideologi dengan penggunaan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan dan mempengaruhi opini publik. Media sosial berfungsi sebagai sarana ekspresi diri dan alat pengaruh namun juga dapat menimbulkan perselisihan dan penyebaran ujaran kebencian. Wacana yang muncul di media sosial mencerminkan dinamika pertarungan kepentingan dan ideologi dalam masyarakat. Dengan demikian penelitian ini berkaitan dengan pertarungan wacana penolakan sampradaya di media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) wujud wacana yang bertarung pada wacana penolakan sampradaya di media sosial (2) representasi ideologi wacana penolakan sampradaya di media sosial dan (3) strategi pertarungan wacana penolakan sampradaya di media sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan berorientasi pada paradigma kritis dengan menggunakan perpaduan dua metode yaitu metode analisis wacana kritis dan metode netnografi. Data primer penelitian ini adalah jejak digital yang ditinggalkan di Facebook. Sumber data penelitian ini adalah komunitas daring pada media sosial Facebook. Data wacana dalam penelitian ini terdiri atas 60 wacana yang terdiri atas 20 wacana dominan 20 wacana marginal dan 20 wacana penengah. Data wacana ini didapatkan dari kurun waktu tahun 2021 sampai dengan tahun 2023. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan prosedur analisis wacana kritis yang dikemukakan oleh Van Dijk yaitu analisis teks konteks dan kognisi sosial. Selain itu penelitian ini juga menggunakan prosedur Discourse Networks Analysis (DNA). Untuk mendukung panduan analisis tersebut digunakan tahapan analisis data yang mengacu pada metode netnografi yaitu pengkodean refleksi membandingkan mengecek kembali generalisasi dan perumusan dalam bentuk teori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wujud wacana yang bertarung pada pertarungan wacana penolakan sampradaya di media sosial adalah wacana keyakinan terhadap Tuhan wacana Agama Hindu dan wacana posisi PHDI dalam perdebatan sampradaya. 2) Bentuk jaringan aktor pada pertarungan wacana penolakan sampradaya di media sosial menunjukkan terdapat 38 aktor yang terlibat dalam perdebatan dan aktor Hare Krisnha News adalah aktor yang menjadi pusat pembicaraan baik mendapat dukungan maupun mendapat penolakan dari aktor lainnya. 3) Bentuk jaringan konsep pada pertarungan wacana sampradaya di media sosial menunjukkan terdapat 83 argumentasi yang ditampilkan oleh aktor media sosial dan argumentasi ldquo Hare Krishna tidak menyembah leluhur rdquo adalah argumentasi yang paling populer. 4) Bentuk modularitas pada pertarungan wacana penolakan sampradaya di media sosial menunjukkan aktor dan konsep terbagi ke dalam lima kluster yaitu empat kluster berisi aktor dan konsep yang mendukung menentang dan netral terhadap penolakan sampradaya dan satu kluster yang murni menjadi penengah penolakan sampradaya. Selanjutnya ideologi yang direpresentasikan dalam wacana dalam pertarungan wacana penolakan sampradaya di media sosial terdiri atas ideologi Hindu Bali yang disampaikan wacana dominan dan penengah ideologi keyakinan Hare Krishna yang disampaikan wacana marginal ideologi politik identitas yang disampaikan wacana marginal ideologi perdamaian yang disampaikan wacana marginal dan penengah ideologi pluralisme yang disampaikan wacana marginal dan penengah dan ideologi sinkretisme yang disampaikan wacana marginal. Lebih lanjut strategi wacana dalam pertarungan wacana penolakan sampradaya di media sosial adalah strategi pertarungan wacana penolakan sampradaya di media sosial terdiri atas strategi kapital simbolik strategi reproduksi strategi distingsi strategi penolakan dan pengecualian dan strategi transformasi yang disampaikan secara langsung dan tidak langsung melalui penggunaan kata frasa kalimat dan paragraf. Adapun simpulan penelitian ini adalah wujud wacana penolakan sampradaya di media sosial berupa teks yang menggambarkan konsep keyakinan terhadap Tuhan agama Hindu dan PHDI yang diproduksi oleh aktor-aktor media sosial dan membentuk kluster jaringan wacana sampradaya. Aktor-aktor media sosial memiliki peranan yang sangat penting dalam menyampaikan ideologi ke dalam berbagai wacana penolakan sampradaya di media sosial. Dengan demikian pengetahuan terhadap aktor media sosial sangat mempengaruhi pemahaman terhadap wacana penolakan sampradaya di media sosial. Representasi ideologi dalam pertarungan wacana penolakan sampradaya di media sosial secara eksplisit maupun implisit terdapat pada kata frasa kalimat dan paragraf. Dengan demikian pilihan kata frasa kalimat dan paragraf memiliki peranan yang sangat penting dalam menyampaikan ideologi pada pertarungan wacana penolakan sampradaya di media sosial. bahwa strategi pertarungan wacana penolakan sampradaya di media sosial disampaikan secara langsung melalui kata frasa kalimat dan paragraf untuk melegitimasi ideologi dan menolak ideologi lawan dan disampaikan secara tidak langsung melalui kata frasa kalimat dan paragraf untuk menciptakan simbol ideologi menciptakan kembali ideologi dan mengubah ideologi lawan dalam rangka mempertahankan kuasa dan merebut kekuasaan dalam pertarungan wacana sampradaya di media sosial. Dengan demikian pilihan kata frasa kalimat dan paragraf sangat berperan untuk menyampaikan ideologi yang digunakan untuk mempertahankan kuasa dan merebut kekuasaan pada pertarungan wacana sampradaya di media sosial. Berdasarkan simpulan penelitian saran yang dapat disampaikan adalah 1) kepada pemroduksi teks media sosial agar selalu memperhatikan aturan penyusunan teks yang baik dalam menyusun teks sehingga maksud yang disampaikan melalui teks dapat dipahami dengan baik oleh pengonsumsi teks media sosial. 2) Kepada pengonsumsi teks di media sosial disarankan agar memahami struktur teks dan konteks sehingga mampu memahami maksud dari teks di media sosial secara komprehensif. 3) Kepada peneliti wacana disarankan agar lebih banyak melaksanakan penelitian wacana di media sosial yang berfokus pada kajian aktor media sosial. 4) Kepada dunia pendidikan antara lain dunia pendidikan tinggi yaitu program studi pendidikan bahasa agar menambah porsi kajian tentang wacana fungsional dan wacana media sosial pada kurikulum yang diimplementasikan. Kepada dunia pendidikan di sekolah menengah pertama dan menengah atas agar mengembangkan materi ajar pembelajaran bahasa dengan menambahkan fokus materi pembelajaran teks fungsional sehingga pemahaman terhadap teks peserta didik tidak hanya sebatas pada pemahaman struktural saja. 5) Kepada masyarakat pengguna media sosial agar dalam memahami teks di media sosial selalu mempertimbangkan bahwa setiap kata frasa kalimat dan paragraf dalam teks di media sosial adalah cara penulis untuk mempengaruhi masyarakat sehingga setiap kata frasa kalimat dan paragraf harus dipandang memiliki maksud tertentu. 6) Secara khusus kepada masyarakat Bali pengonsumsi teks media sosial disarankan agar meningkatkan literasi berkaitan dengan penolakan sampradaya di Bali sehingga mayarakat mampu memahami setiap strategi aktor yang disampaikan pada teks perdebatan sampradaya di media sosial dan dapat terhindar dari informasi yang tidak benar.
Item Type: | Thesis (Doctoral) |
---|---|
Divisions: | Fakultas Sastra (FS) > Departemen Sastra Indonesia (IND) > S3 Pendidikan Bahasa Indonesia |
Depositing User: | library UM |
Date Deposited: | 27 Aug 2024 04:29 |
Last Modified: | 09 Sep 2024 03:00 |
URI: | http://repository.um.ac.id/id/eprint/349278 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |