Upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI IPS 2 SMAN I Probolinggo dengan metode pembelajaran kooperatif model teams-assisted-individualization / Indra Ari Pradana - Repositori Universitas Negeri Malang

Upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI IPS 2 SMAN I Probolinggo dengan metode pembelajaran kooperatif model teams-assisted-individualization / Indra Ari Pradana

Pradana, Indra Ari (2010) Upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI IPS 2 SMAN I Probolinggo dengan metode pembelajaran kooperatif model teams-assisted-individualization / Indra Ari Pradana. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Probolinggo Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Teams Assisted Individualization Indra Ari Pradana S1 Pendidikan Akuntansi DR. Dyah Aju Wardhani M.Si Ak. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Abstract Pradana Indra Ari. 2009. Motivation and Study Results Improvement of Accounting Students Class XI IPS in SMAN 1 Probolinggo by Using Cooperative Learning Methods of Teams Assisted Individualisation Model. Thesis Department of Accounting Education Economic Faculty Malang State University. Supervisors (1) Dr. Dyah Ayu Wardani Msi Ak (2) Eka Ananta Sidharta SE. Msi Ak Keywords Cooperative Learning Method of Teams Assisted Individualization Model motivation study result. Based on the results of observation and interview with the accounting subject s teachers in SMAN 1 Probolinggo it was identified that the methods of accounting subject in class included speech method discussion or review on accounting book s exercises. These methods absolutely influence the motivation of student to actively study the subject. Consequently it affects the student s study result which is shown by many students who have to repeat the exam since their score are lower than the Minimum Fulfilment Criteria established by SMAN 1 Probolinggo which is 75 points. Therefore learning strategy is crucial to overcome this problem. One of the learning strategies which was used in this research is Teams Assisted Individualization Model. The aim of this research was to identify the motivation and study result of accounting students class XI IPS in SMAN 1 Probolinggo trough the implementation of cooperative learning method of Teams Assisted Individualization Model. This research was classified as non-experimental research with using Class Action Research (CAR) design which was consisted of two cycles. Data was collected from 2 March 2009 to 25 May 2009. Data on the student s study motivation was gained from observation and the student s study result was obtained from post-test result in the end on each cycle. The research results demonstrated that the student s study motivation before the treatment was 32 99% categorized as very low. Their motivation improved to 53 97% in cycle I and classified as low as well as in cycle II which increased to 82 89% and classified as good. The same as student s study result also climbed up. Before the treatment the average score of study result was 44.48 points with the study fulfilment of 6.90%. Then after treatment in cycle I this score increased at point of 66.90 with the study fulfilment of 38% and in cycle II there was an increase where the average score was 77.76 points with the study fulfilment of 78.98%. However based on these results from cycle I and II it can be stated that these result has not been classically achieve the study fulfilment because it still lower that 85% of the students total number who have absorptive power of more than 75%. In conclusion the implementation of cooperative learning method of Teams Assisted Individualization Model could improve the student s motivation and study result on the accounting subjects with the sub theme of Accounting Cycle of Service Company partially the students class XI IPS in SMAN 1 Probolinggo. It is recommended that the accounting teachers are needed to continuously improve his/hers professionalism competency by which enhance the student perception about this matter and will positively influence the student s motivation and study results. And for the readers who interested doing the same research it is suggested to use the sample research with broaden population and expand other problems related with the student s motivation and study results. Furthermore it is expected that the research result will exploit other problems as well as provide benefit and information for many parties. Dalam perkembangan globalisasi seperti sekarang ini diharapkan bangsa Indonesia mengalami kemajuan dalam berbagai sektor termasuk sektor pendidikan. Upaya peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan menjadi salah satu tuntutan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Titik berat penyelenggaraan pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu pendidikan. Untuk memperoleh hasil pendidikan yang maksimal maka peningkatan mutu pendidikan harus dilaksanakan secara terus menerus terencana dan bertahap. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan antara lain penyempurnaan kurikulum peningkatan kualitas guru perbaikan proses pembelajaran serta pengadaan sarana dan prasarana. Peningkatan mutu dan kualitas pendidikan tidak hanya dilihat dari proses pembelajarannya. Orbana (dalam Muslihati 2005 1) mengungkapkan bahwa salah satu sebab belum tercapainya tujuan pendidikan terutama terletak pada inti pembelajaran yang belum banyak melibatkan siswa secara aktif. Inti pembelajaran yang dimaksud adalah pemilihan dan penerapan metode pembelajaran penguasaan materi pembelajaran dan interaksi siswa dengan siswa serta interaksi siswa dengan guru. Proses pembelajaran di kelas memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Guru hendaknya dapat memilih dan menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi atau bahan ajar yang akan diberikan pada siswa. Pemilihan dan penentuan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi atau bahan ajar yang akan diajarkan diharapkan akan memudahkan siswa untuk memahami materi yang diajarkan dan pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Dengan diterapkannya variasi pembelajaran akan menumbuhkan motivasi dalam proses belajar mengajar yang menimbulkan kemauan memberi semangat dan menimbulkan motivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Dalam pembelajaran Akuntansi dimana akuntansi merupakan pengetahuan yang mempunyai peran sangat besar dalam kehidupan sehari-hari maupun pengembangan ilmu pengetahuan diperlukan tingkat pemahaman dan ketelitian yang tinggi dari siswa. Untuk itu diperlukan adanya motivasi yang tinggi dari peserta didik untuk dapat lebih memahami materi yang diterangkan. PEMBELAJARAN KOOPERATIF Dari berbagai model pembelajaran terdapat model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran akuntansi dan peningkatan hasil belajar adalah pembelajaran kooperatif karena dengan metode pembelajaran kooperatif ini siswa dapat bekerja sama dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Setiap anggota kelompok dituntut untuk saling bekerja sama dengan teman kelompoknya. Setiap anggota kelompok harus membantu teman dalam kelompoknya dengan cara melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok itu berhasil dan yang lebih berani mengungkapkan pendapat dan bertanya satu sama lain. Selain itu rasa jenuh pada diri siswa karena materi yang rumit dan kompleks serta suasana belajar di kelas yang kurang menyenangkan akan teratasi. MANFAAT PEMBELAJARAN KOOPERATIF Ada beberapa alasan penting mengapa sistem pengajaran kooperatif ini perlu dipakai lebih sering di sekolah-sekolah. Seiring dengan proses globalisasi juga terjadi transformasi sosial ekonomi dan demografis yang mengharuskan sekolah dan perguruan tinggi untuk lebih menyiapkan anak didik dengan ketrampilan-ketrampilan baru untuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat (Lie Anita 2002 12). Belajar kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran yang diyakini mampu meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa karena pembelajaran ini berorientasi pada siswa. Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk membangun pemahaman konsep melalui aktivitas sendiri dan interaksinya dengan siswa lain. PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION Salah satu model pembelajaran kooperatif yang cocok diterapkan pada mata pelajaran akuntansi dan dirasa mampu meningkatkan hasil belajar akuntansi adalah Team-Assisted Individualization. Team Assisted Individualization adalah model pembelajaran yang dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual dengan mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual (PPPM 2006 8). Model ini mempunyai ciri khas yaitu setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Model ini 4 tahap yaitu mengajar belajar individu belajar kelompok pembahasan soal bersama-sama memberikan kesimpulan akhir tentang materi yang diajarkan Sebagai upaya peningkatan kualitas belajar maka pendekatan Team Assisted Individualization perlu digunakan karena metode ini merupakan penggabungan antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individu sehingga dengan menggunakan metode ini diharapkan nantinya siswa akan memiliki kemampuan lebih dalam memahami konsep materi sikap positif juga keterampilan. Metode ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual dengan mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual (PPPM 2006 8). Dalam penelitian ini pembelajaran yang direncanakan menggunakan ceramah diskusi pemberian tugas secara individual maupun kelompok dan pembelajaran langsung (pelatihan) serta melalui pemberian bantuan/fasilitas (Fasilitator) kepada siswa dalam membuat rangkuman mengarahkan dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari yang dapat membantu siswa dalam mencapai tingkat pemahaman dan keterampilan yang diharapkan. Bantuan berupa tanggapan dalam penelitian yaitu berupa tugas-tugas yang terstruktur kepada siswa baik secara individual maupun kelompok dimana guru juga memberikan bantuan berupa petunjuk peringatan dorongan menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan dan memberikan contoh ataupun yang lain yang memungkinkan siswa tumbuh mandiri. KOMPONEN TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION Retna Kusumaningrum (2007) menjelaskan model pembelajaran tipe Teams Assisted Individualization ini memiliki 8 komponen kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut. 1. Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa. 2. Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu. 3. Student Creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya. 4. Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan. 5. Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. 6. Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok. 7. Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa. 8. Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah HASIL PENELITIAN A. Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Kooperatif Model Teams Assisted Individualization Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa pembelajaran akuntansi dengan menggunakan model Teams Assisted Individualization telah mampu membawa perubahan pada motivasi belajar siswa meskipun masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan dalam penerapannya. Pada siklus I motivasi belajar siswa meningkat dibanding dengan sebelum diberi tindakan yaitu dari 32 99 % dengan taraf keberhasilan sangat kurang menjadi 53 97 % pada siklus I dengan taraf keberhasilan mencapai kurang. Pada siklus II meningkat menjadi 82 89 % dengan taraf keberhasilan baik. Peningkatan motivasi belajar dari Pra Tindakan ke Siklus I ini dimungkinkan karena adanya motivasi baru dalam pembelajaran misalnya dengan diterapkannya model pembelajaran baru yaitu pembelajaran kooperatif model Teams Assisted Individualization siswa tidak lagi merasa jenuh di kelas karena pada model pembelajaran ini diadakan belajar kelompok dengan kelompok yang dibagi secara acak dan heterogen untuk mengerjakan LKS diskusi kelompok pembahasan soal diskusi maupun tugas individu secara bersama-sama membuat siswa lebih termotivasi untuk mengikuti dan memperhatikan penjelasan guru meski peningkatannya belum maksimal. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I ini ternyata masih ada kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran pada siklus I ini. Kekurangan tersebut adalah masih terdapat beberapa siswa yang masih pasif dan kurang semangat untuk belajar kelompok penjelasan guru terlalu cepat sehingga siswa kurang bisa menangkap penjelasan dari guru beberapa siswa masih malas mengerjakan LKS ramainya suasana kelas pada saat diskusi serta adanya siswa yang minta bantuan temannya saat tes berlangsung. Sehingga dari hasil refleksi ini ditempuh perbaikan-perbaikan yang akan dilaksanakan pada tindakan berikutnya. Mengenai kurang aktifnya siswa dalam belajar kelompok hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya adalah siswa tidak terbiasa dengan belajar kelompok ataupun ada siswa yang merasa kurang cocok atau ada masalah dengan teman kelompoknya. Sehingga mereka ada yang malas diajak belajar bersama yang mengakibatkan komunikasi dalam kelompokpun menjadi kurang. Dari hasil inilah kemudian peneliti berusaha memperbaikinya dengan memberikan motivasi-motivasi kepada siswa tentang pentingnya belajar kelompok demi keberhasilan mereka semua. Bahwa dengan belajar kelompok mereka yang tidak mengerti bisa meminta bantuan anggota kelompok yang lain untuk menerangkan kalau hal itu terjadi maka kelompok tersebut bisa memahami pelajaran secara merata. Peneliti juga memberikan pengarahan kepada siswa yang mempunyai masalah pribadi dengan teman sekelompoknya untuk tidak memasukkan permasalahan individu pada saat proses pembelajaran karena hal itu bisa menghambat keberhasilan mereka. Peran LKS ternyata juga membantu dalam proses komunikasi siswa. Peran LKS dalam pembelajaran kooperatif model Team Assisted Individualization adalah sebagai alat untuk memperlancar komunikasi siswa dalam kelompok. Oleh karena itu untuk memperlancar komunikasi maka siswa harus mengetahui dan memahami isi dari LKS yang akan didiskusikan. Dalam memahami LKS ternyata siswa juga mengalami kesulitan. Meskipun siswa sudah mendapatkan materi mengenai Jurnal Penyesuaian Kertas Kerja dan Jurnal Penutup ternyata siswa masih banyak yang belum memahami akun-akun dalam jurnal penyesuaian dan jurnal penutup serta cara penghitungannya. Oleh karena itu peneliti kemudian harus menjelaskan kembali dan membimbing siswa atau kelompok yang memang masih belum mengerti tentang materi yang dijelaskan Dalam mengatasi masalah mengenai siswa yang malas mengerjakan tugas di LKS peneliti mencoba berusaha memberikan motivasi agar siswa tersebut mau dan bersedia mengerjakan tugas di LKS dengan sungguh-sungguh. Sedangkan mengenai keributan yang terjadi oleh peneliti dianggap wajar dalam diskusi asalkan tidak sampai mengganggu kegiatan belajar di kelas lain. Peneliti berusaha menegur siswa yang terlalu berbuat gaduh di dalam kelas agar tidak samapai mengganggu kegiatan belajar di kelas lain. Pada siklus II terjadi peningkatan motivasi dari siklus I dalam pembelajaran kooperatif model Team Assisted Individualization hal ini diindikasikan oleh keterlibatan siswa dalam pembelajaran tinggi siswa menjadi semangat dalam belajar pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata-mata dari guru tetapi juga melalui keterlibatan oleh siswa dapat menumbuhkan sikap-sikap positif dalam diri siswa seperti kerjasama toleransi dan bisa menerima pendapat orang lain. Peningkatan motivasi pada siklus II ini dikarenakan adanya perbaikan dari kekurangan pada siklus I yaitu kelompok dibagi secara adil yaitu dengan mengelompokkan siswa yang memiliki kemampuan lebih dikelompokkan dengan siswa yang memiliki kemampuan kurang atau sedang dilihat berdasarkan nilai pada post-test siklus I sehingga siswa yang pandai akan menularkan ilmunya pada siswa yang kemampuannya sedang atau kurang. Di samping itu peneliti memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya belajar kelompok demi keberhasilan mereka semua. Peneliti juga memberikan pengarahan kepada siswa yang mempunyai masalah pribadi dengan teman sekelompoknya untuk tidak memasukkan permasalahan individu pada saat proses pembelajaran karena hal itu bisa menghambat keberhasilan mereka. Guru mengajak siswa bersama-sama membahas soal-soal yang telah diberikan sehingga membuat siswa lebih mengerti dan memahami tentang materi yang diberikan dan pada saat jam pelajaran menjelang berakhir guru menyuruh siswa secara acak untuk menjelaskan kesimpulan dari materi yang sudah dijelaskan. Oleh karena suasana belajar yang menyenangkan ini maka siswa akan merasa senang dan termotivasi untuk giat belajar dan berusaha secara maksimal demi keberhasilan mereka. Intensitas motivasi belajar seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian hasil belajar. Sehingga jika motivasi belajar pada diri siswa baik maka diharapkan hasil belajarnya pun akan meningkat. Proses perbaikan ini dilakukan pada saat pembelajaran siklus II dan hasilnya kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya berhasil untuk dihilangkan pada siklus II ini. Sehingga proses belajar pun menjadi lancar dan terkendali. B. Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Kooperatif Model Teams Assisted Individualization Sesuai dengan hasil nilai tes (bisa dilihat pada lampiran ) nampak bahwa terjadi peningkatan terhadap hasil belajar siswa. Pada Siklus I nilai rata-rata yang diperoleh adalah 66 90 meningkat daripada sebelum diberi tindakan yang hanya sebesar 44 48. Sedangkan terdapat 38 % siswa yang tuntas belajar yang berarti belum mencapai ketuntasan belajar secara klesikal Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh adalah 77 76 dan terdapat 75 86 % siswa yang mengalami ketuntasan belajar meningkat bila dibandingkan siklus sebelumnya dan hal ini berarti kelas tersebut belum mengalami ketuntasan belajar secara klasikal.. Dari data tersebut maka terlihat adanya peningkatan nilai rata-rata dan prosentase siswa yang tuntas belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa mengalami kemajuan belajar dalam hal pemahaman materi yang dibuktikan dari hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa yang meningkat Hasil ini tidak terlepas dari adanya motivasi siswa yang meningkat karena merupakan suatu hal yang wajar bahwa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa maka hasil belajarnya pun menjadi meningkat. Intensitas motivasi yang dimiliki seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. Berdasarkan refleksi pada siklus I diperoleh bahwa adanya siswa yang belum tuntas belajar disebabkan siswa masih belum memahami materi secara keseluruhan karena penjelasan guru terlalu cepat. Guru sebenarnya telah berusaha membimbing siswa per individu namun ada beberapa siswa yang kurang memanfaatkan kesempatan yang diberikan guru untuk bertanya dan meminta penjelasan yang belum dimengerti. Sehingga pada siklus berikutnya guru (peneliti) berusaha untuk menjelaskan materi dengan waktu yang ditambah sehingga tidak terlalu cepat dalam memaparkan materi. Disamping itu guru juga lebih intens memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa agar siswa yang masih belum paham mengenai penjelasan guru bisa menanyakan kembali materi yang masih belum dipahami dengan harapan agar tujuan pembelajaran yang diharapkan bisa terwujud. Sedangkan pada Siklus II proses belajar berjalan dengan lancar hal ini dibuktikan dengan perolehan hasil belajar yang memuaskan yaitu terdapat 75 86 % siswa yang tuntas belajar artinya mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Selain itu terdapat 7 siswa (24 14 %) siswa yang mendapat nilai dengan kategori cukup 11 siswa (37 93 %) siswa dengan kategori baik dan sebanyak 11 siswa (37 93 %) siswa mendapat kategori sangat baik. Dari pembahasan ini menunjukkan bahwa pembelajaran Team Assisted Individualization merupakan salah satu alternative yang bisa digunakan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa maupun hasil belajar mereka. Namun demikian dari proses penelitian yang dihasilkan maka ada hal-hal penting yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam melaksanakan pembelajaran model Teams Assisted Individualization. Karena pembelajaran model ini membutuhkan banyak waktu dalam pelaksanaannya serta suasana kelas juga sangat ramai dan dilain

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: ?? ??
Divisions: Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) > Departemen Akuntansi (AKU) > S1 Pendidikan Akuntansi
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 17 Mar 2010 04:29
Last Modified: 09 Sep 2010 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/34250

Actions (login required)

View Item View Item