Pembelajaran berdiferensiasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kurikulum merdeka di SMP Kabupaten Banyuwangi / Megawati</p> - Repositori Universitas Negeri Malang

Pembelajaran berdiferensiasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kurikulum merdeka di SMP Kabupaten Banyuwangi / Megawati</p>

Megawati (2023) Pembelajaran berdiferensiasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kurikulum merdeka di SMP Kabupaten Banyuwangi / Megawati</p>. Masters thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

ABSTRAK Megawati. 2023. Pembelajaran Berdiferensiasi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum Merdeka di SMP Kabupaten Banyuwangi. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing (1) Prof. Dr. Imam Suyitno M.Pd. (2) Dr. Titik Harsiati M.Pd. Kata Kunci pembelajaran Bahasa Indonesia diferensiasi asesmen Penelitian ini didasari oleh implementasi Kurikulum Merdeka di seluruh sekolah yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Prinsip pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka adalah pembelajaran berdiferensiasi. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia berdiferensiasi di SMP Kabupaten Banyuwangi memiliki karakteristik tersendiri menyesuaikan dengan karakteristik dan potensi daerah serta lingkungan satuan pendidikan masing-masing. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana karakteristik pembelajaran Bahasa Indonesia SMP di Kabupaten Banyuwangi. Fokus penelitian ini adalah (1) perencanaan pembelajaran serta problematikanya (2) pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia berdiferensiasi serta problematikanya dan (3) asesmen dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berdiferensiasi serta problematikanya. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Karakteristik penelitian kualitatif tampak pada ciri data dan sumber data teknik pengumpulan data teknik analisis data serta penafsiran dan penjelasan data. Penggunaan pendekatan kualitatif dipilih karena dapat menganalisis mengungkap serta memaparkan gambaran secara menyeluruh mengenai pembelajaran Bahasa Indonesia berdiferensiasi sebagai implementasi Kurikulum Merdeka di SMP Kabupaten Banyuwangi. Penelitian dilakukan di enam SMP di Kabupaten Banyuwangi. Proses pengumpulan data penelitian dilakukan dengan metode obsevasi wawancara dan studi dokumentasi. Instrumen pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan pedoman observasi pedoman wawancara dan pedoman dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum menyusun modul ajar guru terlebih dulu melaksanakan asesmen diagnostik kognitif dan nonkognitif. Asesmen diagnostik kognitif yang dilakukan meliputi tes pemahaman konsep teks deskripsi tes menyimak teks deskripsi tes kaidah kebahasaan tes membaca pemahaman dan menulis teks deskripsi. Tes diagnostik nonkognitif yang dilakukan guru menghasilkan informasi tentang kebutuhan belajar peserta didik yang berbeda di antaranya adalah gaya belajar (visual auditif kinestetik) minat dan potensi peserta didik. Problematika yang paling banyak ditemui dalam menyusun perencanaan pembelajaran adalah tentang kompetensi guru terhadap esensi Kurikulum Merdeka khusunya pada bagaimana menginterpretasi CP. Karakteristik pembelajaran berdiferensiasi adalah lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didik. Guru memulai pembelajaran dengan melibatkan semua peserta didik untuk meyusun keyakinan kelas atau kesepakatan kelas. Guru melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap konten proses produk dan lingkungan belajar berdasarkan pemetaan hasil asesmen diagnostik untuk memenuhi kebutuhan belajar mereka. Guru memasukkan pembelajaran sosial emosional dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk menumbuhkan karakter profil pelajar Pancasila dengan beragam teknik. Kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berdiferensiasi adalah pemahaman guru belum sepenuhnya tepat terhadap asesmen diagnostik formatif dan sumatif. Terjadi miskonsepsi pemahaman guru tentang ketiga asesmen tersebut. Asesmen diagnostik dipahami sebagai kegiatan mewawancari peserta didik tentang hobi dan kesukaan mereka. Asesmen sumatif dipahami sebagai asesmen yang dilakukan pada saat ulangan harian atau di akhir lingkup materi sedangkan asesmen formatif dipahami sebagai penilaian tengah semester dan akhir semester atau akhir tahun. Guru masih kesulitan dalam mempraktikkan pembelajaran berdiferensiasi karena banyak sekali komponen yang ada di dalamnya. Guru merasa bahwa komponen-komponen tersebut harus diperhatikan dan sulit dipraktikkan. Kendala berikutnya yang disebutkan oleh semua guru adalah masalah fasilitas pembelajaran. Permasalahan fasilitas erat kaitannya dengan sarana prasarana yang tersedia di lingkungan sekolah atau kelas. Terkait dengan asesmen sumatif guru belum melakukan diferensiasi di dalamnya. Hal ini tampak pada tipe soal yang dibuat sama untuk semua peserta didik. Belum ada pembedaan soal untuk peserta didik dengan level kognitif yang berbeda yaitu low medium dan high. Stimulus dalam asesmen sumatif juga belum menunjukkan penyesuaian terhadap gaya belajar peserta didik. Akan tetapi stimulus yang muncul dalam soal telah mengangkat tema-tema kearifan lokal Banyuwangi. Terdapat teks-teks yang disajikan sesuai dengan konteks daerah.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Sastra (FS) > Departemen Sastra Indonesia (IND) > S2 Pendidikan Bahasa Indonesia
Depositing User: library UM
Date Deposited: 24 Jan 2023 04:29
Last Modified: 09 Sep 2023 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/322400

Actions (login required)

View Item View Item