Makna simbolik ritual sesaji dalam upacara Larung Sembonyo di Kabupaten Trenggalek / Halimatun Nikmah - Repositori Universitas Negeri Malang

Makna simbolik ritual sesaji dalam upacara Larung Sembonyo di Kabupaten Trenggalek / Halimatun Nikmah

Nikmah, Halimatun (2020) Makna simbolik ritual sesaji dalam upacara Larung Sembonyo di Kabupaten Trenggalek / Halimatun Nikmah. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

RINGKASAN Nikmah Halimatun. 2020. Makna Simbolik Ritual Sesaji Dalam Upacara Larung Sembonyo di Kabupaten Trenggalek Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang Pembimbing Dr. Roekhan M.Pd. Kata Kunci makna simbolik semiotika Roland Barthes Larung Sembonyo Penelitian ini dilatarbelakangi fakta sebuah budaya di mana budaya itu adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tasikmadu Prigi Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. Tradisi tersebut adalah larung sesaji yang dikenal dengan larung sembonyo yang dalam pelaksanaannya adalah berupa slametan yang berada di TPI(Tempat Pelelangan Ikan) di pesisir pantai. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah (1) prosesi ritual sesaji Larung Sembonyo Pantai Prigi Trenggalek (2) makna dan simbol dari setiap ritual sesaji Larung Sembonyo Pantai Prigi Trenggalek. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif. Yang dimaksud dengan metode kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang dilakukan meliputi pengumpulan data transkripsi data transliterasi data penyajian data dan penarikan kesimpulan. Selanjutnya merujuk pada analisis data semiotika. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan pertama tata cara pelaksanaan tradisi Larung Sembonyo terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap pembukaan tahap pelaksanaan dan tahap penutup. Tahap pembukaan dipimpin oleh sesepuh adat ataupun oleh kepala desa dengan diisi sambutan dan doa agar ritual berjalan lancar. Tahap pelaksanaan ini acara inti dari pelaksanaan dilangsungkan yakni dengan kirap buceng/tumpeng yang akan dibawa ke TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kemudian setelah tumpeng sampai di TPI maka akan dibacakan doa oleh ketua adat serta melakukan doa bersama setelah itu buceng bisa dilarungkan ke laut. Jika dilihat proses tersebut sangat unik karena menggunakan sejumlah makanan hasil bumi yang dinamakan tumpeng dan sudah ditata secara baik dan juga terdapat hewan berupa kambing untuk melengkapi pelaksanaan tradisi larung sesaji tersebut. Kedua terdapat berbagai macam makna pada simbol dalam ritual Larung Sembonyo seperti macam-macam jenang dan macam-macam kendi dan juga peralatan kejawen lainnya. Pada dasarnya makna simbol-simbol tersebut adalah untuk memohon keselamatan dan juga anugrah kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya kita selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan dan juga selalu dalam lindungan-Nya. Dalam pandangan Islam pun budaya larungan ini diperbolehkan selagi tidak bertentangan dengan aqidah dan tauhid setiap manusianya. Niat di sini diperuntukkan hanya untuk menyembah Allah SWT dan sebagai rasa syukur terhadap Sang Pencipta karena masih diberi kesehatan dan kelancaran usaha-usaha yang dijalani. Larung sembonyo itu budaya kalau masalah hukumnya bisa dua yaitu haram dan makruh. Berlaku haram jika niatnya tidak karena Allah SWT dan jadi makruh karena kegiatan tersebut tidak terdapat dalam syariah. Halimatun Nikmah Bahasa dan Sastra Indonesia

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: ?? ??
Divisions: Fakultas Sastra (FS) > Departemen Sastra Indonesia (IND) > S1 Bahasa dan Sastra Indonesia
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 21 Feb 2020 04:29
Last Modified: 09 Sep 2020 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/263537

Actions (login required)

View Item View Item