tradisi lisan mpama hepe dalam dinamika kehidupan sosial etnik donggo / erwin - Repositori Universitas Negeri Malang

tradisi lisan mpama hepe dalam dinamika kehidupan sosial etnik donggo / erwin

Erwin (2021) tradisi lisan mpama hepe dalam dinamika kehidupan sosial etnik donggo / erwin. Doctoral thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

Mpama hepe adalah salah satu bentuk tradisi lisan yang dimiliki oleh masyarakat etnik Donggo yang berdomisili di wilayah kecamatan Donggo kabupaten Bima provinsi Nusa Tenggara Barat. Dalam dinamika kehidupan sosial masyarakat etnik Donggo mpama hepe menjadi salah satu tradisi lisan yang diwariskan dari generasi ke generasi ketika itu. Seiring berjalannya waktu dalam dinamika perkembang peradaban yang kian modern kini memaksa masyarakat untuk terus beradabtasi dan menyesuaikan diri. Arus perubahan yang kini terus mengalami pergeseran tersebut tentu berdampak pada terjadinya pergeseran perilaku dan sikap masyarakat terhadap kearifan budaya lokal yang mestinya menjadi identitas kelompok serta harus terus terpelihara dan diwariskan secara turun-temurun. Penelitian ini difokuskan pada tiga hal yaitu kategori tradisi lisan mpama hepe realitas penuturan mpama hepe dan makna tradisi lisan mpama hepe. Data dalam penelitian ini adalah berupa tuturan mpama hepe dan informasi-informasi yang teramati di lapangan serta data konfirmasi yang diperoleh dari masyarakat etnik Donggo. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Sumber data penelitian diperoleh dari masyarakat etnik Donggo yang dalam hal ini disebut sebagai informan. Dalam upaya untuk mengumpulkan data dari informan peneliti (etnografer) menggunakan teknik observasi (pengamatan terlibat) dan wawancara (percakapan persahabatan). Setelah data dikumpulkan analisis data dilakukan dengan tahapan analisis domain analisis taksonomi analisis komponen analisis tema budaya dan menulis laporan (deskripsi etnografis). Berdasarkan fokus penelitian dan hasil analisis dapat dinyatakan beberapa hal sebagai berikut. Pertama tradisi lisan mpama hepe dalam dinamika kehidupan sosial etnik Donggo dikelompokan dalam tiga kategori yaitu kategori topik tradisi lisan kategori isi dan kategori bentuk. Kategori topik tradisi lisan mpama hepe meliputi tentang rasa tempat sifat benda perilaku sosial hewan perabot rumah tumbuhan buah infrastruktur alam dan etika sosial. Kategori isi mpama hepe terdiri dari (1) berdasarkan topik rasa ada 3 (tiga) kategori (2) berdasarkan topik tempat ada 2 (dua) kategori (3) berdasrkan topik sifat benda ada 40 (empat puluh) kategori (4) berdasarkan topik perilaku sosial ada 17 (tujuh belas) kategori (5) berdasarkan topik binatang ada 10 (sepuluh) kategori (6) berdasarkan topik perabot rumah ada 2 (dua) kategori (7) berdasarkan topik tumbuhan ada 5 (lima) kategori (8) berdasarkan topik buah ada 2 (dua) (9) berdasarkan topik infrastruktur alam ada 7 (enam) kategori dan (10) berdasarkan topik etika sosial ada 1 (satu). Kategori bentuk mpama hepe terdiri dari (1) berdasarkan topik rasa ada 2 (dua) kategori (2) berdasarkan topik tempat ada 2 (dua) kategori (3) berdasarkan topik sifat benda ada 11 (sebelas) kategori (4) berdasarkan topik perilaku sosial ada 11 (sebelas) kategori (5) berdasarkan topik binatang ada 5 (lima) kategori (6) berdasarkan topik perabot rumah ada 2 (dua) kategori (7) berdasarkan topik tumbuhan ada 4 (empat) kategori (8) berdasarkan topik buah ada 2 (dua) kategori (9) berdasarkan topik infrastruktur alam ada 4 (empat) kategori serta (10) berdasarkan topik etika sosial ada 2 (dua) kategori. Kedua realitas penggunaan tradisi lisan mpama hepe dalam dinamika kehidupan sosial etnik Donggo dapat dinyatakan bahwa eksistensinya mengalami pergeseran. Tradisi lisan mpama hepe tidak lagi ditemukan penuturannya dalam realitas sosial kehidupan masyarakat etnik Donggo sebagaimana yang lazimnya terjadi di masa lalu. Dengan kata lain proses pewarisanya tidak dilakukan lagi (terhenti). Oleh karena itu eksistensi tradasi lisan mpama hepe sudah berada dalam kondisi yang memperihatinkan (Tradisi lisan mpama hepe sedang diambang kepunahan). Walau demikian tradisi lisan mpam hepe masih ada yang tahu dan bisa menuturkan. Pada umumnya apresiasi masyarakat terhadap eksistensi tradisi lisan mpama hepe sudah mengalami pergeseran (mpama hepe dianggap sudah tidak penting atau tidak relevan dengan zaman). Hal-hal yang menyebabkan perubahan sikap masyarakat terhadap eksistensi tradisi lisan mpama hepe dalam dinamika kehidupan sosial etnik Donggo adalah karena (1) faktor kesadaran kolektif masyarakat (2) faktor perubahan perspektif masyarakat (3) faktor modernisasi dan (4) faktor motivasi dan dukungan. Ketiga makna tradisi lisan mpama hepe dalam dinamika kehidupan sosial etnik Donggo adalah sebagai berikut. Konstruksi makna tradisi lisan mpama hepe dalam dinamika kehidupan sosial etnik Donggo meliputu konstruksi makna tradisi lisan mpama hepe dengan menggunakan citraan (1) penglihatan (2) pendengaran (3) pencecapan (4) gerak (5) penciuman (6) ekspresi rasa (7) penglihatan dan pendengaran (8) penglihatan pencecapan dan perabaan (9) penglihatan dan perabaan (10) penglihatan dan gerak (11) penglihatan dan ekspresi rasa (12) pendengaran dan penglihatan (13) pendengaran dan gerak (14) pencecapan dan penglihatan (15) penciuman dan penglihatan (16) citraan gerak dan penglihatan (17) gerak dan pendengaran (18) gerak dan ekspresi rasa (19) ekspresi rasa dan pendengaran (20) ekspresi rasa dan gerak dan (21) gerak penglihatan dan ekspresi rasa. Penggunaan tradisi lisan mpama hepe dalam dinamika kehidupan masyarakat etnik Donggo memiliki kebermaknaan (a) sebagai bentuk ekspresi sosial budaya (b) sebagai media dan strategi untuk melatih dan mengasah kemampuan berpikir kritis (c) sebagai sarana untuk melakukan control sosial dan (d) sebagai hiburan. Disamping kebermaknaan tersebut dalam interaksi kehidupan sosial etnik Donggo ditemukan realitas penggunaan pernyataan (komentar) mpama hepe sebagai ungkapan bermakna sindiran dan ungkapan bermakna nasihat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tradisi lisan mpama hepe dituturkan oleh etnik Donggo merupakan wujud ekspresi masyarakat terhadap realitas kehidupan sosial sehari-hari. Seiring dengan perubahan dinamika sosial kehidupan masyarakat penuturnya kini mpama hepe sudah tidak lagi dituturkan (sedang berada diambang kepunahan). Sementara itu makna tradisi lisan mpama hepe dikonstruksi dengan menggunakan kiasan melalui ilustrasi citraan yang khas dan unik.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Sastra (FS) > Departemen Sastra Indonesia (IND) > S3 Pendidikan Bahasa Indonesia
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 25 Aug 2021 04:29
Last Modified: 09 Sep 2021 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/192479

Actions (login required)

View Item View Item