konstruksi sosial dan makna simbolik tradisi lamaran ndudut mantu di desa sumberjo kecamatan pucuk kabupaten lamongan / fernando biantoro utomo - Repositori Universitas Negeri Malang

konstruksi sosial dan makna simbolik tradisi lamaran ndudut mantu di desa sumberjo kecamatan pucuk kabupaten lamongan / fernando biantoro utomo

Utomo, Fernando Biantoro Utomo (2021) konstruksi sosial dan makna simbolik tradisi lamaran ndudut mantu di desa sumberjo kecamatan pucuk kabupaten lamongan / fernando biantoro utomo. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

Tradisi yang terdapat pada masyarakat di Indonesia cukup beragam salah satunya adalah tradisi lamaran. Lamaran atau peminangan merupakan proses setelah masa perkenalan dan diartikan sebagai pergaulan yang tertutup dari dua individu yang bertujuan untuk menikah. Salah satu prosesi lamaran yang cukup unik yaitu tradisi Ndudut Mantu. Tradisi ini berasal dan berkembang di wilayah Lamongan. Salah satu daerah yang tetap menjalankan tradisi ini adalah masyarakat Desa Sumberjo. Uniknya tradisi ini dilakukan oleh pihak keluarga perempuan kepada pihak keluarga laki-laki. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan sejarah asal-usul tradisi Ndudut Mantu menginterpretasi konstruksi sosial dan makna simbolik serta mendeskripsikan dinamika prosesi tradisi Ndudut Mantu. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan jenis studi kasus. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi wawancara dan dokumentasi. Adapun analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif Miles and Huberman melalui 4 tahapan yaitu pengumpulan data reduksi data penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian di lapangan diperoleh data sebagai berikut tradisi lamaran Ndudut Mantu dipengaruhi oleh adanya kejadian pada abad ke 17 yaitu lamaran putri Andansari dan Andanwangi. Keduanya adalah putri Adipati Wirasaba (Kertosono) yang melamar Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris kedua putra Bupati Lamongan Ke-III yaitu Raden Panji Puspokusuma. Cerita ini dianggap sebagai cerita yang mempengaruhi adanya tradisi wanita melamar pria. Pelaksanaan tradisi Ndudut Mantu tidak terlepas dari teori konstruksi sosial. Teori kontruksi sosial menurut Petter L. Berger terbagi dalam tiga tahap yaitu eksternalisasi objektivitas dan internalisasi. Eksternalisasi ditunjukkan masyarakat dengan mendapat pengetahuan sejak dini dari orang tua dan lingkungan sekitar yang melaksanakan tradisi tersebut. Objektivitas ditunjukkan masyarakat dengan menerima tradisi Ndudut Mantu. Dan tahap Internalisasi ditunjukkan masyarakat dengan mulai menyadari akan pentingnya tradisi tersebut dan menjadikanya suatu keharusan untuk syarat melangsungkan pernikahan. Rangkaian kegiatan tradisi Ndudut Mantu terdiri dari tahap meminta / nggolek lancer tahap melamar / ndudut tahap mbales lamaran dan tahap menentukan hari (neges dino). Seserahan atau gawan yang di bawa oleh pihak wanita kepada keluarga adalah berupa makanan yang berbahan baku ketan. Sifat jajanan yang lengket diharapkan bisa menjadi pelajaran bagi setiap calon pengantin agar keduanya senantiasa memiliki hubungan erat yang susah dipisahkan. Tradisi ini masih tetap berjalan dan diterima dengan baik oleh generasi muda dan hanya berubah pada gawan yang di bawa karena proses modernisasi sehingga lebih terlihat kreatif.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: ?? ??
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial (FIS) > Departemen Sosiologi > S1 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 22 Aug 2021 04:29
Last Modified: 09 Sep 2021 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/140501

Actions (login required)

View Item View Item