Tuturan eksplanatif guru dalam wacana kelas / Rusdhianti Wuryaningrum - Repositori Universitas Negeri Malang

Tuturan eksplanatif guru dalam wacana kelas / Rusdhianti Wuryaningrum

Wuryaningrum, Rusdhianti (2019) Tuturan eksplanatif guru dalam wacana kelas / Rusdhianti Wuryaningrum. Doctoral thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

RINGKASAN Wuryaningrum Rusdhianti. 2018. Tuturan Eksplanatif Guru dalam Wacana Kelas. Disertasi Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Prof. Dr. Imam Suyitno M.Pd. (II) Prof. Dr. Suyono M.Pd. (III) Dr. Sunaryo H.S. S.H. M.Pd. Kata Kunci tuturan guru wacana kelas tindak tutur Penelitian ini bertujuan memaparkan tuturan eksplanatif guru dalam wacana kelas. Fokus penelitian ini yaitu konten kiat pengembangan dan sifat serta fungsi tuturan eksplanatif. Pada dasarnya tuturan eksplanatif merupakan penerapan fungsi referensial (darstellungfunktion). Data penelitian ini berupa kalimat atau pernyataan guru yang menerapkan fungsi referensial dalam wacana kelas. Sumber data penelitian adalah tuturan guru dalam wacana kelas pada proses pembelajaran. Data diperoleh dengan perekaman video di tiga sekolah. Di tiap sekolah terdapat tiga guru. Dengan demikian terdapat sembilan guru yang direkam tuturan eksplanatifnya. Hasil penelitian dan pembahasan konten eksplanasi menunjukkan terdapat tiga hal yang menjadi prioritas eksplanasi guru yaitu eksplanasi konsep prosedur dan objek. Ketiganya menunjukkan pembelajaran yang bersifat konkret dan terstruktur. Dalam subtansi eksplanasi diketahui terdapat pelibatan aspek pengalaman dan pengetahuan guru berkenaan dengan pemilihan contoh perujukan fenomena dan penjelasan fungsi objek. Dalam aspek pengetahuan guru cenderung menginternalisasikan pengalaman pribadi berkenaan dengan materi peristiwa sosial dan fenomena alam yang terdapat dalam konteks kehidupan nyata. Dalam aspek pemahaman nilai guru cenderung menginternalisasi nilai-nilai karakter berbasis etika budaya cara berinteraksi sesuai nilai budaya religiusitas refleksi diri sebagai manusia yang lemah dan kecintaan terhadap alam. Hasil penelitian dan pembahasan kiat pengembangan eksplanasi menunjukkan terdapat penyesuaian register kelas. Hal tersebut tampak pada penggunaan kosa kata berbahasa daerah (bahasa Jawa dialek Osing) dalam interaksi sosial usia perkembangan siswa dan kebutuhan pemahaman materi. Oleh karena itu guru menggunakan kosakata daerah dalam memahamkan pengetahuan sosial dan sains dalam wujud analogi verbal ungkapan-ungkapan yang bersumber dari dialek bahasa Jawa dan bahasa Jawa berdialek Osing. Di samping itu untuk mengkonkretkan informasi dan mengakomodasi imajinasi siswa terdapat pengembangan analogi visual dengan simile dan ilustrasi yang sesuai dengan kondisi siswa. Dalam pengembangan untuk mengubah kemasan tuturan agar bermakna guru memodifikasi tuturan menjadi sebuah cerita (penarasian) pengembangan rangakaian tuturan dengan perunutan informasi dan pengreasian kata. Untuk menekankan hubungan teks guru mengembangkan tuturannnya dengan generalisasi penguraian sebab-akibat dan penginferensian. Di samping itu dalam kiat pengembangan tuturan eksplanatif terdapat dua model produksi wacana yaitu knowledge-telling dan knowledge-transforming. Dalam knowledge telling guru menyajikan tuturan apa adanya kurang memanfaatkan referen lain yang terkait dengan materi. Dalam knowledge-transforming terdapat upaya guru memahamkan dengan beragam referen dan konteks pada siswa. Hasil dan pembahasan sifat dan fungsi tuturan menunjukkan karakteristik tuturan eksplnatif. Melalui dua jenis produksi wacana tersebut terdapat tiga sifat tuturan guru berkenaan dengan referen atau informasi yaitu menyampaikan informasi menggunakan infromasi dan memproduksi informasi. Dalam proses pembelajaran v pada umumnya guru bertutur dengan menggunakan informasi dan memproduksi informasi. Dengan demikian produksi wacana pembelajaran cenderung menggunakan model knowledge-transforming. Model knowledge transforming dapat mendukung pengetahuan deskriptif dan prosedural. Berdasarkan pengamatan terhadap peran guru dapat disimpulkan dominasi aspek kognitif guru terhadap siswa dan lingkungan. Guru menunjukkan dirinya sebagai subjek yang lebih memiliki pengetahuan dan meyakini adanya kepercayaan lingkungan sekitar siswa terhadap pengetahuan yang dimilikinya. Hal tersebut ditunjukkan dengan meminta siswa menjadikan pemikiran atau tuturan guru tersebut sebagai referensi penyaranan kepada orang tua dan lingkungan sekitar siswa. Di samping itu guru menunjukkan rujukan agama hati nurani untuk keperluan menjaga lingkungan dan interaksi sosial serta etika sosial yang bersumber dari budaya. Eksplanasi guru tidak hanya bertujuan memahamkan pengetahuan tetapi juga mengubah cara berpikir dan cara bertutur siswa. Fungsi eksplanasi menunjukkan pelibatan fungsi referensial (darstellungfunktion) dengan dominasi referen atau objek materi yang difokuskan pada tuturan guru. Di samping itu fungsi konatif (appellfunktion) diperankan guru untuk keperluan memotivasi dan memberikan nasihat (sugesti). Fungsi emotif (ausdruckfunktion) ditunjukkan guru pada pemahaman nilai yang berkenaan dengan emosi seperti prihatin kecewa dan bahagia. Dengan demikian penerapan fungsi referensial diikuti dengan fungsi-fungsi lain untuk mengoptimalkan pemahaman pengetahuan dan nilai. vi

Item Type: Thesis (Doctoral)
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Sastra (FS) > Departemen Sastra Indonesia (IND) > S3 Pendidikan Bahasa Indonesia
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 07 Aug 2019 04:29
Last Modified: 09 Sep 2019 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/115447

Actions (login required)

View Item View Item