Wilujeng, Dewi Sih (2018) Defragmentasi struktur berpikir siswa tipe pemunculan skema dalam menyelesaikan soal program linear / Dewi Sih Wilujeng. Masters thesis, Universitas Negeri Malang.
Full text not available from this repository.Abstract
RINGKASAN Wilujeng Dewi Sih. 2018. Defragmentasi Struktur Berpikir Siswa Tipe Pemunculan Skema dalam Menyelesaikan Soal Program Linear.Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing (1) Dr. Subanji M.Si (2) Dr. Swasono Rahardjo S.Pd M.Si. Kata Kunci Fragmentasi Struktur Berpikir Defragmentasi Struktur Berpikir Tipe Pemunculan Skema Program Linear Fragmentasi struktur berpikir merupakan fenomena pengonsTruksian informasi dalam otak yang tidak efisien sehingga dapat menghambat dalam proses penyelesaian masalah matematika. Fragmentasi struktur berpikir terlihat ketika siswa mengalami kesulitan dan melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika.Subanji menggolongkan fragmentasi struktur berpikir ke dalam lima kategori yaitu fragmentasi struktur tidak lengkap (lubang konstruksi) fragmentasi struktur semu (pseudo-construction) fragmentasi lubang koneksi fragmentasi kesalahan berpikir logis dan fragmentasi kesalahan berpikir analogis. Berdasarkan penelitian pendahuluan ditemukan bahwa masih terdapat siswa yang mengalami fragmentasi konstruksi semu dan lubang konsruksi dalam menyelesaikan soal pertidaksamaan linear dua variabel (materi prasyarat program linear). Untuk mengatasi fragmentasi konstruksi semu dan lubang konsruksi siswa perlu melakukan defragmentasi struktur berpikir tipe pemunculan skema. Siswa melakukan defragmentasi struktur berpikir dengan bantuan dari peneliti melalui intervensi terbatas yang berupa pengondisian disekuilibrasi konflik kognitif dan scaffolding. Penelitian kualitatif ini mengkaji tentang proses defragmentasi struktur berpikir siswa tipe pemunculan skema dalam menyelesaikan soal program linear. Pemilihan subjek penelitian didasarkan pada kelengkapan langkah-langkah penyelesaian yaitu lengkap (L) kurang lengkap (KL) dan tidak lengkap (TL). Siswa dengan kategori TL tidak dipilih sebagai subjek penelitian dikarenakan peneliti tidak dapat mengetahui arah penyelesaian siswa. Setelah itu siswa dengan kategori L dan KL dilakukan wawancara tidak terstruktur untuk melacak adanya fragmentasi konstruksi semudan lubang konsruksi yang dialami siswa. Proses pemilihan subjek juga mempertimbangkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi sehingga diperoleh tiga subjek penelitian. Subjek pertama merupakan siswa dengan kategori jawaban lengkap dan satu-satunya siswa yang dapat menjawab pertanyaan soal dengan benar namun setelah ditelusuri ternyata terjadi fragmentasi lubang konstruksi pada siswa. Subjek kedua merupakan siswa dengan kategori jawaban lengkap. Setelah dilakukan wawancara diketahui bahwa terjadi fragmentasi konstruksi semu dan lubang konstruksi pada siswa. Subjek ketiga merupakan siswa dengan kategori kurang lengkap. Setelah dilakukan penelusuran diketahui bahwa terjadi fragmentasi konstruksi semu dan lubang konstruksi pada siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses menyelesaikan soal program linear terjadi fragmentasi struktur berpikir konstruksi semu dan lubang konstruksi pada siswa. Fragmentasi konstruksi semu yang dialami siswa meliputi (1) memodelkan kendala siswa salah dalam memaknai pemodelan kendala dan (2) menggambar grafik batas kendala siswa dapat menggambar grafik dengan tepat namun tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Fragmentasi lubang konstruksi yang dialami siswa meliputi (1) memodelkan kendala siswa salah dalam memodelkan kendala 2 serta tidak menuliskan kendala terkait syarat variabel (2) menentukan daerah penyelesaian siswa menganggap bahwa hanya (0 0) yang dapat digunakan untuk menentukan daerah penyelesaian (3) menentukan daerah layak siswa tidak menyadari bahwa daerah layak yang diperoleh seharusnya terdapat kendala 4 5 serta daerah layak yang berupa titik-titik dengan koordinat bilangan cacah (4) menentukan nilai maksimum fungsi objektif siswa hanya mengonstruk prosedur metode pojok tanpa mengetahui alasan digunakannya metode tersebut dan (5) menentukan titik pada daerah layak yang memaksimumkan fungsi objektif siswa menganggap titik tersebut selalu diperoleh dari hasil eliminasi dua batas kendala. Untuk memperbaiki fragmentasi konstruksi semu dan lubang konstruksi dapat dilakukan defragmentasi struktur berpikir siswa tipe pemunculan skema. Defragmentasi struktur berpikir semusiswa meliputi (1) pemunculan skema terkait memodelkan kendala melalui scaffolding dan pengondisian disekuilibrasi (2) pemunculan skema terkait menggambar grafik batas kendala melalui konflik kognitif dan scaffolding. Defragmentasi struktur berpikir lubang konstruksi siswa meliputi (1) pemunculan skema terkait memodelkan kendala melalui scaffolding pengondisian disekuilibrasi dan konflik kognitif (2) pemunculkan skema terkait menentukan daerah penyelesaian melalui pengondisian disekuilibrasi dan scaffolding (3) pemunculan skema terkait menentukan daerah layak melalui scaffolding pengondisian disekuilibrasi dan konflik kognitif (4) pemunculan skema terkait menentukan nilai maksimum fungsi objektif melalui scaffolding (5) pemunculan skema terkait menentukan titik pada daerah layak yang memaksimumkan fungsi objektif melalui scaffolding.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Divisions: | Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) > Departemen Matematika (MAT) > S2 Pendidikan Matematika |
Depositing User: | library UM |
Date Deposited: | 23 Aug 2018 04:29 |
Last Modified: | 09 Sep 2018 03:00 |
URI: | http://repository.um.ac.id/id/eprint/110920 |
Actions (login required)
View Item |