Penerapan pembelajaran realistic mathematics education (RME) untuk meningkatkan penguasaan konsep operasi perkalian bilangan cacah pada siswa kelas II SDN Sumberbening I Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2008/2009 / Milanita Puspita Willyanti - Repositori Universitas Negeri Malang

Penerapan pembelajaran realistic mathematics education (RME) untuk meningkatkan penguasaan konsep operasi perkalian bilangan cacah pada siswa kelas II SDN Sumberbening I Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2008/2009 / Milanita Puspita Willyanti

Willyanti, Milanita Puspita (2009) Penerapan pembelajaran realistic mathematics education (RME) untuk meningkatkan penguasaan konsep operasi perkalian bilangan cacah pada siswa kelas II SDN Sumberbening I Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2008/2009 / Milanita Puspita Willyanti. Diploma thesis, Universitas Negeri Malang.

Full text not available from this repository.

Abstract

Kurikulum 2004 berbasis kompetensi (KBK) yang diperbaharui dengan Kurikulum 2006 (KTSP) telah berlaku selama 4 tahun dan semestinya dilaksanakan secara utuh pada setiap sekolah. Namun pada kenyataannya pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini tampak pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru dan dari cara guru mengajar di kelas masih tetap menggunakan cara lama yaitu dominan menggunakan metode ceramah-ekspositori. Guru masih mendominasi dalam pembelajaran guru masih menjadi pemain dan siswa penonton guru aktif dan siswa pasif. Paradigma lama masih melekat karena kebiasaan yang susah diubah paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum berubah menjadi peradigma membelajarkan siswa. Padahal tuntutan KBK pada penyusunan RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas ini berarti bahwa guru sebagai sutradara dan siswa menjadi pemain jadi guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan hidup (life skill) untuk bekal hidup dan penghidupannya sebagai insan mandiri. Guru dalam pembelajarannya tidak lepas dari kesulitan. Kesulitan itu bisa muncul dari guru itu sendiri yang tidak menguasai materi atau tidak menemukan metode pembelajaran yang sesuai dan dari siswa yang kesulitan menerima pembelajaran karena kurang memahami apa yang diajarkan. Salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa adalah mata pelajaran matematika. Hudoyo (1983) menyatakan bahwa matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak SD bahkan sejak TK. Namun matematika ada pada hakekatnya merupakan suatu ilmu yang cara bernalarnya deduktif formal dan abstrak harus diberikan kepada anak-anak sejak SD yang cara berpikirnya masih pada tahap operasi konkret. Oleh karena itu kita perlu berhati-hati dalam menanamkan konsep matematika. Di satu pihak siswa SD berpikirnya masih sangat terbatas artinya berpikirnya dengan dikaitkannya dengan benda-benda kongkrit ataupun gambar-gambar dipihak lain matematika itu obyekobyek penelaahnya abstrak artinya hanya ada dalam pemikiran manusia sehingga matematika itu hanyalah suatu hasil karya dari kerja otak manusia. Sebagai guru matematika terlebih lagi di SD perlu disadarkan bahwa matematika itu mempunyai sifat-sifat seperti disebutkan di atas walaupun dalam menyampaikan bahan-bahan matematika harus berorientasi kepada kepentingan siswa. Dengan demikian seorang guru SD semestinya tidak keliru dalam menanamkan konsep-konsep matematika kepada siswanya sebab sekali konsep matematika keliru diterima siswa sangat sulit untuk mengubah pengertian yang keliru tersebut. Selain itu para pengajar matematika diharuskan menjadi seorang profesional yang memiliki kemampuan dan menerapkan metode mengajar yang tepat memilih pendidikan pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran serta mampu melibatkan siswa berpartisipasi secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Menurut Hudojo (dalam Huda 2006) menyatakan bahwa matematika semakin berkembang dan sasarannya ditujukan ke hubungan pola bentuk dan struktur. Oleh karena itu matematika bisa juga untuk melatih cara berpikir dan bernalar untuk menarik kesimpulan. Materi dasar yang diharapkan dipahami oleh siswa pada pelajaran matematika adalah materi operasi perkalian. Perkalian mempunyai peranan penting dan mendasari operasi-operasi yang lain sebagai contoh pada siswa SLTP sudah membahas materi aljabar dan aritmatika sosial dimana materi dipelajari merupakan pengembangan dari materi perkalian pada bilangan. Tidak sedikit siswa pada tingkat lanjutan (SLTP dan SMA) yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Hal ini dapat dikarenakan konsep perkalian yang mereka pelajari belum dipahami secara maksimal. Konsep perkalian di SD kelas dua merupakan dasar materi operasi bilangan yang nantinya akan digunakan dalam pengembangan materi yang lain. Konsep yang diajarkanpun sudah terfokus pada operasinya. Siswa diharapkan memahami konsep ini dengan mantap untuk dapat menunjang konsep-konsep selanjutnya. Penulis menggunakan materi perkalian di kelas II SDN Sumberbening I Kabupaten Ngawi karena berasal dari hasil wawancara yang penulis lakukan kepada guru kelas II SDN Sumberbening I yang mengatakan bahwa kesulitan yang dihadapi anak kelas adalah masalah perkalian. Guru dalam mengajarkan konsep perkalian hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa sulit memahami hal yang bersifat abstrak selain itu anak juga merasa bosan. Padahal penggunaan benda-benda kongkrit sangat membantu anak untuk memahami matematika yang abstrak. Nilai matematika siswa kelas II SDN Sumberbening I pada ujian semester yang lalu rata-rata 50. Nilai rata-rata matematika merupakan nilai yang paling rendah dibanding nilai rata-rata mata pelajaran yang lain itu menandakan bahwa matematika marupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa kelas II. Siswa menganggap matematika pelajaran yang sangat sulit. Dapat diketahui bahwa anak seusia kelas II cara berpikirkan masih kongkrit. Terutama Materi perkalian di kelas II merupakan dasar konsep matematika yang diharapkan dapat dipahami siswa sebelum mempelajari konsep yang lain. Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan pada siswa kelas rendah adalah dengan memberikan hal nyata kepada mereka. Tentunya pemberian hal yang nyata ini sesuai dengan materi yang diajarkan. Realistic Mathematics Education (RME) merupakan salah satu pembelajaran matematika yang mengaitkan materi pelajaran matematika dengan kehidupan nyata. Kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan nyata. Hal ini menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksikan sendiri ideide matematika. Mengaitkan pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran di kelas penting dilakukan agar pembelajaran lebih bermakna. Penerapan pembelajaran RME dalam berbagai materi pelajaran matematika sudah terbukti berhasil pada penelitian-penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Irianto (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa dengan menggunakan RME prestasi belajar anak-anak SD kelas III SDN Rampal Celaket I Kecamatan Klojen Kota Malang yaitu pada siklus I ada 33 siswa (84 6%) sedangkan pada siklus II yang berhasil memperoleh nilai 8805 75 sebanyak 38 anak (97%) ini berarti ada peningkatan yang sangat berarti sebesar 12 4 poin. Demikian juga penelitian yang dilakukan C Dwi dan Nurhakiki (2003) bahwa prestasi belajar siswa dengan menggunakan RME di kelas II SD Laboratorium Universitas Negeri Malang terbukti cukup baik hal ini dapat terlihat dari hasil tes yang diberikan setelah siklus II penguasaan siswa 80. Dengan demikian bahwasanya anak-anak yang diajar dengan pembelajaran RME prestasi belajarnya dapat meningkat. Penulis yakin dengan menggunakan pembelajaran RME pada siswa kelas II di SDN Sumberbening I ini akan berhasil sehingga kesulitan yang dihadapi guru Kelas II SDN Sumberbening I dapat teratasi. Dengan demikian pembelajaran ini akan mempunyai kontribusi yang sangat tinggi dengan pengertian siswa. Oleh karena itu penulis memilih pembelajaran ini dalam penelitian. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dimaksudkan untuk menerapkan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) dalam meningkatkan penguasaan konsep operasi perkalian pada siswa kelas II di SDN Sumberbening I Kabupaten Ngawi agar siswa mampu menguasai konsep perkalian dengan mudah sehingga siswa dalam pembelajaran aktif dan meningkat prestasi belajarnya.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: ?? ??
Divisions: Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) > Departemen Kependidikan Sekolah Dasar & Prasekolah (KSDP) > S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 03 Aug 2009 04:29
Last Modified: 09 Sep 2009 03:00
URI: http://repository.um.ac.id/id/eprint/102499

Actions (login required)

View Item View Item